Ceramah Master Cheng Yen: Mengembangkan Kebajikan dan Menjalankan Praktik Bodhisatwa


“Nama saya Tan Beng-hong. Nama Dharma yang diberikan Master kepada saya ialah Lü Wei. Saya telah menjalankan pelestarian lingkungan sekitar 10 tahun,”
kata Tan Beng-hong relawan Tzu Chi.

“Bibi, Anda kuat sekali.”
“Ya, saya sangat kuat,” jawab Tan Beng-hong relawan Tzu Chi.
“Anda kuat sekali.”

“Saya suka tampil cantik, sering membeli baju dan sepatu baru, dan melakukan perawatan rambut. Saya biasanya pergi ke salon dua kali seminggu. Setelah bergabung bersama Tzu Chi, saya memperbaiki kebiasaan saya. Saya tidak lagi berbelanja berlebihan. Master pernah berkata bahwa kita harus mengenal rasa puas. Jadi, saya tidak lagi pergi melihat-lihat ataupun berbelanja berlebihan. Saya menjalankan pelestarian lingkungan dengan sukarela dan menerima segala kondisi dengan sukacita. Jika kita tidak melakukan daur ulang, sampah-sampah akan makin banyak dan itu pasti akan menimbulkan kerusakan Bumi,” kata Tan Beng-hong relawan Tzu Chi.

“Apakah setiap kali Anda yang menyapu lantai?”

“Ya, setelah semua pekerjaan selesai, saya menyapu. Setelah itu, saya baru pulang. Menyapu lantai bagaikan membersihkan hati kita. Jadi, kita tidak akan lagi menyimpan hal-hal yang tidak baik di dalam hati kita. Saya sering berpikiran negatif. Saya menderita depresi sedang dan telah menjalani pengobatan selama lebih dari 20 tahun. Dahulu, saya tidak bisa berdiam di rumah. Saya selalu ingin keluar rumah. Kini, kondisi saya sudah membaik,” lanjut Tan Beng-hong relawan Tzu Chi.

“Menyapu lantai membuat saya makin senang. Menyapu lantai bagaikan membersihkan hati kita. Saya senang menjalankan pelestarian lingkungan di sini. Meskipun sesungguhnya kami tidak mendapatkan apa-apa darinya, tetapi saya merasa apa yang kami lakukan sangatlah bermakna. Saya juga merasa bahwa inilah misi saya. Master pernah berkata bahwa tangan yang menjalankan pelestarian lingkungan adalah tangan yang terindah,” pungkasnya.


Bodhisatwa sekalian, setiap hari, saya selalu mengucap syukur. Saya bersyukur karena kita penuh berkah. Karena itu, hendaklah kita bersyukur kepada Buddha yang telah datang ke dunia untuk menguraikan banyak prinsip kebenaran serta membuka jendela hati kita.

Mari kita buka jendela hati kita agar cahaya dapat menerangi hati kita yang bagaikan ruangan sudah gelap bertahun-tahun serta diliputi kegelapan batin dan pikiran pengganggu. Hati kita telah lama tertutup sehingga selama ini kita hidup dalam kegelapan. Inilah yang kita sebut kegelapan batin.

Kita sering melafalkan, "Semoga tiga rintangan dan noda batin lenyap adanya." Tiga rintangan itu meliputi noda dan kegelapan batin kita. Itulah yang merintangi manusia. Karma dan buah karma merintangi kita sehingga kita terlahir dalam kemiskinan. Namun, di antara orang-orang yang menderita, ada relawan Tzu Chi yang membawa mereka keluar dari penderitaan sehingga kehidupan mereka berubah dan mereka dapat memiliki batin yang kaya. Mereka yang kehidupannya telah berubah turut menjadi relawan dan juga bisa mengubah kehidupan sesama. Inilah yang disebut "memasuki pintu Buddha tidak miskin; keluar dari pintu Buddha tidak kaya."

Setelah bergabung bersama Tzu Chi, orang-orang yang hidup kekurangan pun dapat memiliki batin yang kaya karena mereka telah membuka pintu hati mereka. Mereka memiliki batin yang kaya, karena cahaya telah memasuki batin mereka. Cahaya ini ialah kebenaran. Kebenaran ajaran Buddha telah menerangi batin mereka yang gelap menjadi cemerlang. Ketika mereka membuka pintu hati dan dapat berjalan keluar dari kegelapan dengan cahaya yang menyinari pintu itu, mereka juga bisa membimbing sesama. Inilah yang disebut kaya di tengah kekurangan.

Mereka yang menabur benih kebajikan juga disebut menabur benih berkah. Dengan menginspirasi banyak orang, mereka telah mengembangkan nilai kehidupan mereka. Mari kita menginventarisasi kehidupan masing-masing. Jika kita penuh dengan berkah, hendaklah kita mengenal rasa puas. Jika sedang hidup menderita, kita harus mengetahui prinsip kebenaran di baliknya, yaitu karma yang telah kita ciptakan di masa lalu. Karena itu, kita harus melenyapkan rintangan karma itu.

Hendaklah kita sungguh-sungguh menyadari berkah dan mengenal rasa puas. Hanya orang yang mengenal rasa puas yang dapat menerima dengan ikhlas hal-hal tidak baik akibat karma kehidupan lampau dan mengubahnya menjadi jalinan jodoh baik. Semoga kita dapat melenyapkan tiga rintangan. Ketamakan, kebencian, dan kebodohanlah yang merintangi batin kita.

Dahulu, karena ketamakan dan sikap perhitungan, kita telah menjalin jodoh buruk dengan banyak orang. Karena itulah, kita harus melenyapkan tiga rintangan. Bagaimana kita memutus jalinan jodoh buruk dengan orang lain? Dengan melenyapkan ketamakan kita.

Mari kita melenyapkan ketamakan, mengekang nafsu keinginan, bersumbangsih dengan sukarela, dan mengucap syukur. Dengan rasa syukur yang tulus ini, kita dapat menjalin jodoh baik dengan sesama. Dengan melenyapkan jalinan jodoh buruk, kita pun dapat menambah jalinan jodoh baik. Demikianlah kita melenyapkan tiga rintangan dan noda batin. Dengan memiliki jalinan jodoh penuh berkah, kita tidak akan lagi terjerat dalam kegelapan batin. Kita bisa menciptakan berkah.

Bodhisatwa sekalian, kita semua memiliki jalinan jodoh baik. Mari kita menggenggam setiap detik dalam setiap harinya dan jangan pernah menyia-nyiakan waktu kita. Mari kita juga banyak menjalin jodoh baik dan banyak memupuk benih-benih kebajikan. Satu benih kebajikan yang kita tabur akan menghasilkan berkah yang tak terhingga.

Saat kita memiliki berkah, orang yang bersukacita saat melihat kita. Dengan demikian, kita dapat membimbing semua makhluk secara luas. Inilah yang disebut jalinan jodoh penuh berkah dan sukacita dalam Dharma. Semoga setiap orang dapat menggenggam jalinan jodoh baik ini.

Pandemi Covid-19 belum berakhir. Semua orang di seluruh dunia merasa cemas setiap hari. Jadi, jagalah diri kalian semua dengan baik. Selain menjaga diri sendiri dengan baik, kita juga harus mengimbau semua orang untuk melakukan hal yang sama. Bagaimana agar ketenteraman terjaga? Semua orang harus menciptakan berkah.


Salah satu berkah terbesar ialah membebaskan satwa. Membebaskan satwa berarti tidak membunuh hewan. Untuk membebaskan satwa dan berhenti membunuh hewan, kita harus memulainya dari mulut kita. Kita harus terlebih dahulu mengekang nafsu makan kita.

Janganlah mengonsumsi daging hewan dan jangan pula menciptakan karma buruk dari pembunuhan hewan. Mari kita menjauhi itu semua. Hanya jika kita tidak mengonsumsi daging, barulah hewan-hewan tidak perlu diternak secara sengaja. Kita melatih diri agar tidak jatuh ke alam binatang. Jadi, mari kita mengubah alam manusia menjadi surga agar kita dapat menjauhi neraka, alam setan kelaparan, ataupun alam binatang.

Alam manusia terletak di tengah-tengah enam alam kehidupan. Hanya hidup di alam manusialah, kita baru dapat melatih diri. Dengan mengembangkan kebajikan, kita dapat menciptakan surga di alam manusia. Mereka yang tetap tekun melatih diri meski sudah penuh berkah adalah Bodhisatwa. Mereka yang tekun dan bersemangat melatih diri di Jalan Bodhisatwa akan mencapai kebuddhaan atau kesadaran agung.

Alam manusia ada di planet Bumi ini. Dengan melestarikan Bumi, menyucikan dunia, dan membimbing semua manusia menjadi Bodhisatwa, kita dapat menjauhi alam kehidupan yang buruk. Semoga tiga rintangan dan noda batin lenyap adanya. Semoga kita memperoleh kebijaksanaan dan pemahaman yang benar. Semoga semua rintangan karma terkikis habis.

Untuk melenyapkan rintangan karma buruk, kita harus memiliki kebijaksanaan. Dengan demikian, barulah kita dapat menapaki Jalan Bodhisatwa dari kehidupan ke kehidupan.  

Menyerap Dharma ke dalam hati untuk menerangi kegelapan batin
Menghentikan keburukan, mengembangkan kebajikan, dan menciptakan berkah
Melenyapkan kegelapan batin demi menjauhi alam kehidupan yang buruk
Memperoleh kebijaksanaan dan menjalankan praktik Bodhisatwa

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 10 April 2022
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina, Devi
Ditayangkan tanggal 12 April 2022
Dalam berhubungan dengan sesama hendaknya melepas ego, berjiwa besar, bersikap santun, saling mengalah, dan saling mengasihi.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -