Ceramah Master Cheng Yen: Mengembangkan Keyakinan, Tekad, dan Praktik Nyata
“Setelah lebih berfokus mendengar ceramah pagi kehidupan dan pola pikir saya berubah. Pekerjaan di bidang teknologi membuat saya sangat tertekan. Saat memperoleh banyak keuntungan, kita mudah tersesat. Saat tidak memperoleh keuntungan, tekanan kita sangat besar
sehingga semakin mudah tersesat. Saya merasa sangat baik memiliki tempat pertemuan relawan ini. Saya merasa bahwa ini sangat penting bagi insan Tzu Chi di Zhuke. Di Zhuke, beruntung ada Kakak De Cun dan Kakak De Guang. yang menyediakan sebuah tempat bagi kami sehingga kami bisa mendengar Dharma setiap hari. Selain itu, pertemuan relawan setiap Selasa malam juga sangat penting. Sebelumnya, ada dua hal yang paling saya khawatirkan. Yang pertama adalah melakukan perjalanan dinas, tetapi saya hampir setiap bulan harus melakukan perjalanan dinas. Jika melakukan perjalanan dinas, saya tidak bisa mendengar ceramah pagi Master Cheng Yen. Yang kedua adalah seperti sebelumnya, Master Cheng Yen sempat beberapa waktu tidak bisa memberikan ceramah pagi. Saya sangat khawatir. Kita jangan membicarakan hal ini lagi. Membicarakan hal ini membuat saya sangat sedih. Kini kekhawatiran saya semakin berkurang. Kini, setiap kali melakukan perjalanan dinas, saya selalu membawa buku Sutra Bunga Teratai, CD, dan buku catatan. Jadi, saya tetap bisa mendengar Dharma dengan sepenuh hati setiap pagi,” ujar Ye Jian-xun Relawan Tzu Chi.
Kehidupan manusia penuh dengan ketidakkekalan. Selama beberapa waktu itu, saya benar-benar tidak bisa memberikan ceramah. Sesungguhnya, saya juga sangat panik. Kalian juga sangat khawatir. Ini juga merupakan salah satu ketidakkekalan yang bisa kalian lihat lewat diri saya. Sungguh, kalian hendaknya senantiasa mengingatnya di dalam hati.
Kita juga harus menghargai waktu. Karena itu, setiap orang hendaknya terus mendengar Dharma. Saya tidak tahu berapa lama saya bisa berbagi Dharma dengan kalian. Namun, saya akan berusaha semampu saya. Kalian juga harus berusaha semampu kalian untuk mendengar Dharma.
Kehidupan manusia sungguh sangat tidak kekal. Karena itulah, hidup manusia selama puluhan tahun berlalu dengan sangat cepat. Terlebih lagi pada tahun ini, saya semakin merasakan cepatnya waktu berlalu. Saya tiba-tiba merasakan penuaan orang-orang di sekitar saya. Kali ini, saat berkunjung ke Taichung, ada beberapa insan Tzu Chi Taichung yang paling senior datang untuk menemui saya. Mereka berjalan ke depan dengan bergandengan tangan dan memegang tongkat untuk bertemu dengan saya. untuk bertemu dengan saya. Mereka berkata kepada saya: “Master Cheng Yen, hari ini saya ada jadwal piket.”
“Master Cheng Yen, lama tidak bertemu,” ujar Ke Wang-you, salah satu relawan Tzu Chi saat bertemu dengan Master Cheng Yen. “Duduklah,” ujar Master Cheng Yen. Ke Wang-you berkata, “Kebetulan saya piket hari ini.”
“Anda piket? Berapa usia Anda?” tanya Master Cheng Yen.
“Saya sudah bertahun-tahun tidak melihat Master Cheng Yen,” ujar Ke Wang-you lagi.
“Ya, saat saya berkunjung ke sini, Anda bisa datang untuk melihat saya,” tutur Master Cheng Yen.
“Saat sangat ramai, kami tidak berani berdesak-desakan untuk masuk. Berbahaya jika kami sampai terjatuh. Kami sudah beberapa kali terjatuh,” jawabnya. “Kalian harus menjaga diri baik-baik. Hati-hatilah saat berjalan,” pesan Master Cheng Yen.
“Berapa usia Anda?” tanya Master Cheng Yen lagi. “Usianya 88 tahun,” jawab salah satu relawan lain. “Di Taipei, ada relawan yang telah berusia 102 dan 104 tahun dan mereka masih sangat sehat,” cerita Master Cheng Yen. “Ini bergantung pada jalinan jodoh masing-masing,” timpal Ke Wang-you lagi.
Sesungguhnya, sejak mereka bergabung dengan Tzu Chi hingga kini, selama 30 hingga 40 tahun ini, mereka selalu aktif dan tekad pelatihan mereka tidak pernah tergoyahkan. Tidak peduli terjadi bencana alam ataupun konflik di masyarakat, tekad pelatihan mereka tidak pernah tergoyahkan.
Saat bergabung dengan Tzu Chi, mereka baru berusia paruh baya. Saat bertemu dengan tiga relawan ini, salah satu dari mereka berkata, “Master Cheng Yen, saya tidak pernah berhenti bersumbangsih.” “Saya pernah berkata kepada Master Cheng Yen bahwa saya sudah tua dan tidak berguna. Namun, Master Cheng Yen berkata bahwa saya tetap bisa keluar untuk dilihat orang lain.” Jadi, dia merasa, “Meski usia saya sudah hampir 90 tahun, tetapi saya tetap dapat keluar untuk dilihat orang lain.”
Karena itu, dia setiap hari duduk di bagian informasi bersama relawan lainnya sehingga orang lain bisa melihatnya. Saat melihat mereka, saya tiba-tiba merasa bahwa waktu benar-benar berlalu dengan sangat cepat. Meski baru beberapa tahun tidak melihat mereka, tetapi mereka sudah semakin tua. Beberapa tahun yang lalu, saat melihat mereka pada usia 80 tahun, saya tidak merasa bahwa mereka sudah tua. Hanya beberapa tahun tidak bertemu, kini mereka terlihat semakin tua. Singkat kata, waktu tidak menunggu siapa pun. Kita sungguh harus menggenggam setiap waktu.
Dalam kunjungan saya ke Taichung kali ini, saya juga melihat seorang Bodhisatwa berusia 80 tahun lebih. Dia menderita kanker usus besar. Putrinya sangat berbakti dan berharap dia dapat menerima pengobatan. Dokter juga menyarankan demikian. Namun, dia berkata, “Biarkan segalanya berjalan secara alami saja.”
Sekitar satu hingga dua tahun yang lalu, dokter berkata kepadanya bahwa hidupnya sudah tidak lama lagi. Namun, dia tetap menjalani hidup seperti biasa. Dia tetap melakukan daur ulang setiap hari hingga melupakan waktu. Setiap hari, dia melakukan daur ulang dari pagi hingga malam hari. Dia memberi tahu setiap orang bahwa meski dia menderita penyakit serius, tetapi itu tidak menjadi masalah baginya. Dia menganggap jatuh sakit sebagai sebuah permainan.
Saya belum pernah mendengar bahwa ada orang yang menganggap jatuh sakit sebagai permainan. Meski Bodhisatwa ini sudah lanjut usia, tetapi dia sangat tegar. Dia berkata bahwa jatuh sakit bagaikan sebuah permainan. Dia mengucapkannya dengan santai. Dia juga tidak terlihat seperti jatuh sakit. Meski dokter telah memvonis bahwa hidupnya tidak lama lagi, tetapi dia sangat optimis.
Dia berkata bahwa hidupnya tidak sia-sia karena dia telah bergabung dengan Tzu Chi. Dia bisa naik dan turun tangga tanpa dipapah oleh orang lain. Dia selalu sangat optimis. Kita bisa melihat para Bodhisatwa lansia yang meski menghadapi berbagai masalah dan isu, tetapi tetap dapat berfokus mengemban misi Tzu Chi. Saat membicarakan Tzu Chi, mereka terlihat sangat gembira. Inilah kelapangan hati dan kekuatan cinta kasih mereka.
Adakalanya, mereka juga bisa berargumen dan saling menyalahkan. Namun, setelah itu, mereka tetap saling merangkul. Mereka hanya berargumen untuk bermain-main. Mereka sangat menggemaskan. Kali ini, saat saya pergi ke Taichung, semua relawan berinteraksi dengan harmonis. Mereka berusaha untuk mewujudkan permintaan saya, yakni mendalami Dharma dan membina keharmonisan. Mereka ingin saling menjadi teladan sebagai murid yang membuat saya merasa tenang. Karena itu, kini mereka bisa saling memuji dan bertukar pendapat satu sama lain.
Perjalanan saya kali ini membuat saya merasa sangat tenang. Saya melihat para relawan kita memiliki tekad pelatihan yang teguh. Selain itu, mereka juga sangat aktif mengemban misi Tzu Chi.
Kita melakukan segala hal yang harus dilakukan. Terhadap masyarakat dan para donatur, kita juga tidak menyalahi hati nurani kita. Kita telah bersumbangsih semaksimal mungkin. Jadi, apa lagi yang bisa mengganggu pikiran kita? Semua isu itu tidak berkaitan dengan kita. Jadi, saya berharap kalian semua dapat yakin terhadap diri sendiri. Jalan yang kalian tempuh sudah benar. Kalian bisa terus melangkah maju.
Saya pernah berkata kepada kalian bahwa dalam hidup ini, harapan saya hanya satu, yaitu membuat kalian semua tidak menyesal bergabung dengan Tzu Chi. Inilah tujuan saya. Jadi, saya berharap kalian semua dapat memiliki keyakinan dan keteguhan ikrar.
Kehidupan manusia tidaklah kekal, segala sesuatu berproses timbul dan lenyap
Tekad pelatihan yang teguh mendatangkan kedamaian fisik dan batin
Insan Tzu Chi mendalami Dharma dan menjadi teladan satu sama lain
Mengembangkan keyakinan, tekad, dan praktik nyata untuk menapaki Jalan Kebenaran
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina
Ditayangkan tanggal 26 September 2015
Ceramah Master Cheng Yen tanggal 24 September 2015