Ceramah Master Cheng Yen: Mengembangkan Potensi Kebajikan dan Membangkitkan Kekayaan Batin

Sepuluh tahun yang lalu, tepatnya tanggal 29 Agustus 2005, Amerika Serikat diterjang badai Katrina yang mendatangkan bencana yang sangat besar. Penyaluran bantuan di Amerika Serikat saat itu sungguh sangat sulit. Untuk membawa sebuah mobil pelayanan kesehatan dari California ke Texas saja, dibutuhkan waktu selama lebih dari 40 jam. Terlebih lagi, saat itu, memasuki tempat penampungan bukanlah hal yang mudah.

 Namun, begitu berhasil masuk ke sana, terjadilah berbagai kisah yang penuh kehangatan dan menyentuh hati. Kisah-kisah pada saat itu tidak bisa saya bahas satu per satu. Hidup manusia tidak kekal dan penuh penderitaan. Namun, dunia ini juga penuh kasih sayang dan kehangatan. Kita bisa mengenang banyak hal pada hari ini. Untuk menciptakan negara yang penuh kehangatan, kita membutuhkan orang yang penuh cinta kasih. Jika orang-orang penuh dengan cinta kasih maka masyarakat akan harmonis dan dunia akan aman dan tenteram.

 Di Malaysia,ada seorang nenek berusia 80 tahun lebih yang hidup sebatang kara, kekurangan, dan menderita. Atap rumahnya bocor dan rumahnya penuh dengan tumpukan sampah. Relawan Tzu Chi terus memperhatikan dan menasihatinya untuk mengizinkan mereka membantunya membersihkan sampah-sampah di dalam rumah dan memperbaiki rumahnya agar dia dapat tinggal di tempat yang nyaman. Namun, tidak peduli bagaimana relawan kita menasihatinya, dia tetap bersikeras menolak bantuan kita.

 Akhirnya, relawan kita berhasil meyakinkannya. Ini membutuhkan banyak waktu dan pikiran. Lihatlah, dia begitu senang dan bahagia. Relawan Tzu Chi tidak mengharapkan imbalan apa pun. Mereka hanya ingin melihat nenek itu tersenyum dan dengan senang hati mengizinkan mereka membersihkan rumahnya agar sang nenek dapat tinggal di tempat yang nyaman dan bersih. Hanya ini yang diinginkan oleh insan Tzu Chi. Mereka tidak mengharapkan imbalan apa pun, hanya ingin melihat nenek itu bahagia. Jadi, dunia yang penuh cinta kasih sungguh indah.

 Kisah seperti ini sangatlah banyak. Orang yang hidup sebatang kara seperti nenek itu sangatlah banyak, tetapi kita tidak tahu keberadaan mereka karena tidak ada jalinan jodoh. Nenek itu memiliki berkah dalam hidupnya. Dia juga memiliki jalinan jodoh dengan para relawan Tzu Chi. Karena itulah, para relawan kita dapat memperhatikannya dalam jangka waktu panjang dan menasihatinya dengan sabar. Singkat kata, berkat adanya jalinan jodoh, para relawan kita dapat membimbing nenek itu dan mengubah penderitaannya menjadi kebahagiaan. Kini rumahnya menjadi sangat bersih. Dia juga merasa gembira saat melihat insan Tzu Chi. Apa pun yang kita lakukan, semuanya berawal dari sebersit niat untuk bersumbangsih tanpa pamrih. Inilah Bodhisatwa yang paling responsif.

 Tentu saja, kita juga harus percaya terhadap hukum karma. Kita harus memercayainya karena ini merupakan Dharma. Buddha mengajarkan kepada kita bahwa kita tidak boleh hanya menguntungkan diri sendiri,tetapi juga harus menguntungkan orang lain. Dengan demikian, barulah orang-orang yang menderita bisa mendapatkan bantuan dari penyelamat mereka. Inilah Bodhisatwa dunia. Untuk mempraktikkan Dharma seperti ini juga dibutuhkan jalinan jodoh.

 Kita juga bisa melihat seorang anggota Tzu Ching di Kuala Lumpur. Dia menderita skoliosis. Namun, dia menghadapinya dengan tegar. Sejak kecil, dia sudah tahu akan penyakit yang dideritanya. Namun, meski mengalami keterbatasan gerak, dia tidak menyerah begitu saja. “Jika kaki saya semakin lemah maka tangan saya harus mengeluarkan lebih banyak tenaga. Saat tangan dan kaki saya sakit secara bersamaan, bahkan gerakan-gerakan yang paling mendasar, seperti pindah tempat duduk, juga sulit untuk saya lakukan. Jika demikian, maka kualitas hidup saya akan menurun secara drastis. Ini membuat saya merasa bahwa hidup ini sungguh tidak kekal dan saya harus memanfaatkan waktu untuk melakukan hal-hal yang ingin saya lakukan,” ucap Tzu Ching.

 

“Apa yang ingin Anda lakukan?” tanya relawan.

“Menjadi relawan Tzu Chi. Kakek Guru (Master Cheng Yen –red) mengajari kita bahwa hidup manusia penuh dengan penderitaan, tetapi selama kita bisa membina hati dengan penuh cinta kasih universal untuk belajar bersumbangsih, maka hidup kita akan sangat bermakna,”ucap Chen Xiao-yan dengan yakin.

 Dia sungguh seorang pemberani. Dia berusaha untuk menjalani hidup seperti orang-orang pada umumnya. Meski kondisi fisiknya berbeda dengan orang lain, tetapi dia ingin memiliki potensi kebajikan yang sama dengan orang lain. Jadi, begitu ada jalinan jodoh, dia pun bergabung menjadi relawan Tzu Chi.

 Di Taiwan juga ada seorang relawan yang dahulu pernah hidup dalam ketersesatan. Dahulu, dia gemar mengonsumsi alkohol dan bersenang-senang. Usahanya berjalan dengan cukup baik. Namun, pola hidupnya di masa lalu telah menghancurkan keluarganya. Setelah ditinggalkan istrinya, dia hidup bersama anaknya. Dia menjalani hidup dengan bermabuk-mabukan. Lalu, dia tiba-tiba terkena stroke. Ini membuatnya merasa bahwa hidup manusia sungguh tidak kekal. Saat menonton drama Da Ai TV yang berdasarkan kisah nyata, dia sangat tersentuh.

 Selain itu, dia juga bertemu penyelamat dalam hidupnya. Temannya memperkenalkan Tzu Chi kepadanya. Inilah yang membuatnya mulai mengenal Tzu Chi. Dia berkata bahwa kini dia bertobat atas kesalahannya di masa lalu. Dia ingin mengubah kehidupannya menjadi kehidupan yang berguna. Dengan satu tangan, dia juga bisa melakukan banyak hal. Kehidupan kita bergantung pada pikiran kita. Bapak Su telah mengubah kehidupannya. Kini dia berusia 50-an tahun, perjalanan hidupnya masih panjang. Karena itu, dia sangat menghargainya. Dengan setengah tubuhnya yang masih berfungsi, dia tetap bisa bersumbangsih. Dia juga memiliki hakikat Buddha yang sempurna, memerhatikan bumi ini, dan bergabung dalam barisan Bodhisatwa dunia. Sungguh, kekuatan cinta kasih bisa  mengubah kehidupan. Dia menganggap posko daur ulang sebagai rumahnya sendiri dan menganggap relawan Tzu Chi sebagai saudaranya sendiri. Dia telah mengubah kehidupannya.

 

Mengenang sejarah yang penuh kehangatan pada sepuluh tahun yang lalu

Mendampingi Lansia yang hidup sebatang kara dan menghormatinya bagaikan orang tua sendiri

Mengembangkan potensi kebajikan dan membangkitkan kekayaan batin

Memanfaatkan potensi kebajikan dengan baik untuk mengubah kehidupan

Sumber: Lentera Kehidupan  - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina

Ditayangkan tanggal 31 Agustus 2015
Tanamkan rasa syukur pada anak-anak sejak kecil, setelah dewasa ia akan tahu bersumbangsih bagi masyarakat.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -