Ceramah Master Cheng Yen: Mengembangkan Potensi Kebajikan untuk Membabarkan Dharma

Pada sore hari kedua Tahun Baru Imlek, berhubung orang-orang kembali ke rumah itu, maka saya memiliki lebih banyak waktu luang. Karena itu, saya berkeliling sebentar di luar ruangan untuk melihat dekorasi di luar. Meski hanya berkeliling sebentar, juga dibutuhkan waktu satu jam lebih. Setiap tempat didekorasi dengan sangat kreatif.

Setiap tahun, relawan dari berbagai wilayah kembali ke kampung halaman batin mereka ini untuk mendirikan stan dengan kekreatifan masing-masing. Setiap stan mengandung Dharma masing-masing. Saat berkeliling, saya melihat sekelompok Tzu Ching yang sedang memperkenalkan kode QR agar orang-orang dapat lebih memahami Tzu Chi. Dengan memindai kode QR menggunakan ponsel, orang-orang bisa mendapatkan banyak informasi tentang Tzu Chi. Suasana saat itu sungguh sangat meriah.

Dari jauh, saya sudah melihat ada orang di gubuk kayu yang sedang memberikan penjelasan. Ternyata, gubuk kayu itu juga sebuah stan. Saya pun masuk ke dalam untuk melihat-lihat. Gubuk itu mirip dengan gubuk saya dahulu.  

doc tzu chi

Setelah masuk dari depan dan keluar dari belakang, saya melihat sebuah kuali. Saat menjulurkan kepala, saya melihat air di dalam kuali tersebut memantulkan begitu banyak pemandangan. Jadi, saya tidak boleh berkata sembarangan karena setiap perkataan saya harus bisa dibuktikan. Isi kuali tersebut sungguh memantulkan pemandangan yang ada di sekitar sana.

Kemarin, ada seorang anak perempuan berusia 6 tahun yang berkata, “Bolehkah memberi saya sedikit waktu untuk berbagi sebuah kisah?” Dia sangat menggemaskan. Dia berbagi kisah dalam dialek Taiwan.

“Hari ini, saya akan berbagi tentang kisah orang yang gemar mengonsumsi ikan. Pada zaman dahulu, ada seseorang yang sangat gemar makan ikan, terlebih ikan yang masih hidup. Karena itu, di halaman belakang rumahnya, dia menggali kolam ikan yang sangat besar dan membeli banyak ikan untuk dipiara,” kata Relawan cilik berusia 6 tahun, Fan Ting-jie.

doc tzu chi

“Setiap hari, dia menangkap seekor ikan untuk dimakan. Dia terus memakannya hingga ikan terakhir yang merupakan ikan terbesar. Saat dia akan menangkapnya untuk dimakan, ikan itu pun berbicara, “Saya mohon, saya mohon, jangan makan saya, jangan makan saya.” Orang itu terkejut, tetapi dia berkata pada ikan itu, “Tidak, saya membelimu untuk dimakan, bagaimana mungkin saya melepaskanmu?” Usai berbicara, dia pun menangkap ikan itu dan memotongnya menjadi tiga bagian. Satu bagian dimasak menjadi sup ikan, satu bagian dibuat menjadi bakso ikan, dan yang terakhir digoreng. Setelah makan, dia pun pergi tidur,” lanjut Fan Ting-jie.

“Tengah malam, perutnya terasa sangat sakit hingga dia berguling-guling di lantai. Keluarganya segera memanggil dokter untuk memeriksanya. Namun, dokter  tidak menemukan masalah apa pun. Meski minum obat, dia tetap tidak sembuh. Karena itu, dia kesakitan hingga jatuh pingsan. Dia bermimpi tentang seorang anak kecil yang berkata padanya, “Saya menyuruhmu jangan memakan saya, tetapi kamu tetap memakan saya. Karena itulah, sakit perutmu tak kunjung sembuh.”  Setelah anak itu selesai berbicara, orang itu pun siuman, tetapi perutnya tetap terasa sangat sakit,” sambungnya.

“Seorang bhiksu yang melewati rumahnya dan mengetahui hal ini berkata padanya,“Kamu makan terlalu banyak ikan dan membunuh terlalu banyak hewan. Karena itulah, sakit perutmu tak kunjung sembuh. Kamu harus berikrar.” Orang itu pun berikrar di hadapan Bodhisatwa, “Kelak, saya tidak akan makan daging dan membunuh hewan lagi.” Usai berikrar, sakit perutnya perlahan-lahan sembuh. Sejak saat itu, orang itu tidak pernah makan ikan dan daging lagi,” pungkas Fan Ting-jie.

Usai berbagi tentang kisah ini, dia mengajak orang-orang untuk bervegetaris. Anak-anak juga bisa berbagi Dharma. Dia sungguh menggemaskan. Dalam suasana Tahun Baru Imlek ini, hal yang menyentuh sungguh sangat banyak.

doc tzu chi

Kita juga melihat seorang kepala departemen pembangunan kesejahteraan sosial dari Samut Prakan, Thailand. Saat datang ke Taiwan pada tahun 2011, beliau mengenal Empat Misi Tzu Chi dan memutuskan untuk menjalankannya di Thailand. Karena itu, beliau bersungguh-sungguh dan tulus mengikuti kegiatan Tzu Chi hingga memutuskan untuk mengikuti pelatihan dan akhirnya dilantik menjadi relawan Tzu Chi. Ini membuat orang sangat tersentuh.

Dengan adanya kekuatan cinta kasih, setiap orang bisa menuju arah kebajikan. Lihatlah, dia juga mempersembahkan teh dan berjongkok untuk membasuh kaki. Intinya, manusia harus rendah hati, jangan terlalu angkuh. Bisa merendahkan hati meski berkedudukan tinggi, inilah yang membuat orang merasa kagum.

Kemarin, kita juga melihat kepala RS Fuding, mantan wakil wali kota Fuding, dan seluruh staf RS Fuding mengucapkan selamat Tahun Baru Imlek dengan penuh suasana pelatihan.

“Master yang terhormat dan terkasih, hari ini, yang mengucapkan selamat Tahun Baru Imlek di sini terdiri atas 15 orang tenaga medis RS Fuding dan 140 orang relawan Tzu Chi Fuding,” Chen Mei mantan wakil wali kota Fuding.

“Master yang terhormat dan terkasih, kami mengucapkan selamat Tahun Baru Imlek. Semoga Master selalu sehat dan panjang umur,” ucap Ji Yuanzhong, mantan kepala RS Fuding.

“Master yang terhormat, selamat Tahun Baru Imlek. Kami dengan tulus mendoakan Master semoga selalu sehat dan panjang umur. Dahulu, Tzu Chi menyumbangkan 10 juta dolar NT untuk membantu pembangunan RS Fuding serta membawa semangat budaya humanis dalam pelayanan medis ke sini. Kini, kami merasa bahwa nilai semangat budaya humanis yang penuh cinta kasih ini jauh lebih besar dari 10 juta dolar NT. Semangat ini akan menjadi warisan keluarga para tenaga medis RS Fuding. Di sini, pada usia Master yang ke-80, kami mendoakan Master semoga selalu sehat, senantiasa memutar roda Dharma, dan panjang umur, Li Guixin, Kepala RS Fuding.

Sungguh, inilah dunia yang damai dan sangat indah. Semua orang bekerja sama dengan harmonis. Kepala RS Ji adalah mantan kepala RS Fuding, sedangkan Kepala RS Li adalah kepala RS Fuding sekarang. Mereka terus mewariskan semangat Tzu Chi dan membangun ikrar. Saya sungguh sangat bersyukur.

Namun, kebakaran hutan di Cile semakin lama semakin ganas. Kini telah diketahui bahwa ada orang yang sengaja menyulut api. Ulah manusialah yang menimbulkan bencana ini. Kini berbagai negara mulai mengutus petugas pemadam kebakaran untuk membantu. Ada lebih dari 500 petugas berkumpul di Cile dan berusaha untuk memadamkan api.

Sementara itu, di Peru, hujan deras mengakibatkan banjir. Ada wilayah yang dilanda kebakaran, ada pula wilayah yang dilanda banjir. Keganasan air dan api telah menimbulkan bencana. Karena itu, umat manusia hendaknya membulatkan tekad dan memiliki kesadaran.

Janganlah kita membiarkan batin kita tersesat hingga kita perhitungan terhadap hal kecil. Sikap perhitungan dapat menciptakan kegelapan batin. Timbulnya satu kegelapan batin akan diikuti oleh kegelapan batin yang tak terhingga.

Insan Tzu Chi dari berbagai wilayah menunjukkan kekreatifan mereka

Memanfaatkan media komunikasi untuk membabarkan Dharma

Berhenti membunuh hewan dan bervegetaris untuk membina welas asih

Setiap orang hendaknya segera tersadarkan dan mengikis karma buruk

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 31 Januari 2017

Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia,

Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina

Ditayangkan tanggal 2 Februari 2017

Tak perlu khawatir bila kita belum memperoleh kemajuan, yang perlu dikhawatirkan adalah bila kita tidak pernah melangkah untuk meraihnya.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -