Ceramah Master Cheng Yen: Mengembangkan Welas Asih dan Kebijaksanaan untuk Mendatangkan Harapan

Tahun lalu, Topan Nepartak mendatangkan kerusakan parah bagi Taitung. Akibatnya, banyak petani buah-buahan yang memerlukan waktu paling sedikit empat tahun untuk memulihkan kehidupan mereka.Bagaimana cara para petani buah-buahan bertahan hidup selama beberapa tahun ini?

Saat itu, Universitas Sains dan Teknologi Tzu Chi tengah meneliti quinoa merah. Mereka menemukan bahwa quinoa merah mengandung nutrisi yang tinggi baik disajikan dalam makanan maupun minuman. Selain itu, ia juga dapat dibuat menjadi produk kecantikan. Karena itu, kita mulai mencurahkan perhatian bagi para petani di Taitung untuk mencari tahu bagaimana cara membantu mereka.

Kita berbagi informasi tentang quinoa merah kepada mereka. Saya juga memberi tahu para petani, “Produk lokal kalian sangat baik, jangan membiarkan benihnya terputus. Kalian harus tetap menanam  buah-buahan lokal. Selama 4 tahun ini, kalian dapat menanam quinoa merah karena masa panennya sangat singkat. Ia dapat dipanen dalam waktu 90 hari. Kalian dapat mencobanya.”

Para petani buah-buahan itu pun mencobanya. Ditambah dengan bimbingan Universitas Sains dan Teknologi Tzu Chi yang penuh cinta kasih dan tanpa pamrih, 90 hari kemudian, para petani memanen hasil yang berlimpah. Setelah quinoa merah diproduksi dalam berbagai produk, ia dapat digunakan secara lebih luas oleh konsumen.

Ceramah Master Cheng Yen

”Menurut saya, kerja sama dengan industri dan sekolah ini  sangat bermanfaat bagi keberlangsungan produksi kami,” ujar Wu Zheng-zhong, seorang petani.

Universitas Sains dan Teknologi Tzu Chi juga menulis makalah atas penelitian ini dan mengirimkannya ke Amerika Serikat. Mereka juga berpartisipasi dalam sebuah kontes di Amerika Serikat dan memenangkan sebuah medali emas.

“Kami mengekstrak sel induk dari quinoa merah dan mengembangkannya menjadi komponen bioaktif yang sangat efektif untuk memperbaiki jaringan tubuh. Berhubung sumber daya para petani sangat terbatas, selain mengajarkan mereka cara menanam quinoa merah, kami juga memikirkan cara untuk membantu mereka mengembangkan beberapa produk agar mereka dapat membawanya ke pasar internasional guna memperluas wawasan mereka. Dengan demikian,  pendapatan para petani dapat meningkat,” kata salah seorang Relawan Tzu Chi.

Universitas Sains dan Teknologi Tzu Chi sangat aktif dapat melakukan penelitian. Dari segi akademis, mereka memiliki prestasi yang baik. Bagi para petani lokal, penanaman quinoa merah membawa manfaat besar bagi kehidupan mereka. Bagi para petani yang terkena dampak bencana, ini merupakan cara mereka untuk mencari nafkah dan memulihkan kehidupan. Saya sungguh berterima kasih.

Bencana di dunia terjadi silih berganti. Belakangan ini, di Tiongkok, hujan lebat berkepanjangan mendatangkan banjir. Di Changsha, ada seorang anggota TIMA yang sangat aktif. Kali ini, dia juga terkena dampak bencana. Dia mengesampingkan kliniknya yang tergenang air dan keluar bersama relawan Tzu Chi untuk menghibur korban bencana lain. Saya memberi tahu para korban bencana bahwa saya sangat memahami perasaan mereka.

Ceramah Master Cheng Yen

”Pertama, saya adalah seorang relawan Tzu Chi. Kedua, saya adalah seorang dokter. Ketiga, saya adalah seorang korban bencana yang sama dengan mereka. Saya juga mengalami kerugian sebesar ratusan ribu. Namun, apa yang dapat saya lakukan? Saat bencana alam menerjang, kita tidak dapat berbuat apa-apa. Kita harus mengesampingkan kepentingan pribadi dahulu. Mulanya, saya juga merasakan kesedihan sepanjang hari di rumah. Namun, setelah dipikir-pikir, lebih baik saya mengenakan seragam relawan saya dan keluar untuk membantu kalian.

”Selama proses ini, saya melihat ada orang yang kondisinya lebih buruk dari saya. Mereka kehilangan semua harta mereka. Boleh dikatakan mereka kehilangan segalanya. Selama memberi bantuan, saya melihat ada orang  yang lebih menderita dari saya. Karena itu, saya merasa bahwa saya harus lebih membantu mereka. Selama memberi bantuan, saya juga melihat banyak hal yang menyentuh hati. Contohnya, saat memindahkan tempat tidur lipat, banyak korban bencana yang berinisiatif untuk membantu kami. Saat itu, saya tengah mengambil foto. Melihat setiap gambar yang diambil, saya sungguh tersentuh hingga menitikkan air mata. Saya sungguh ingin mengambil setiap gambar itu. Saya mengambil banyak foto,” kata Binbin, Relawan Tzu Chi.

Saat barang bantuan Tzu Chi tiba, dia juga ikut berpartisipasi untuk membantu. Dia sungguh merupakan seorang teladan. Relawan Tzu Chi lain juga membantunya membersihkan klinik sebelum mengakhiri bantuan di Changsha.

Lalu, pada tanggal 13 Juli, sebuah bencana banjir lain kembali melanda Kota Jilin di bagian Timur Laut Tiongkok. Bencana banjir itu juga sangat besar. Relawan Tzu Chi dari Changchun menempuh perjalanan sejauh ratusan kilometer ke Jilin untuk mencurahkan perhatian. Mereka berusaha semaksimal mungkin untuk memberi bantuan.

Bencana terjadi akibat ketidakselarasan unsur alam. Inilah ketidakkekalan di dunia. Bagaimana seharusnya manusia berinteraksi dengan antarsesama? Inilah yang dilakukan oleh relawan Tzu Chi di Tiongkok.

Ceramah Master Cheng Yen

Di Singapura, ada sebuah keluarga yang hidup serba sulit. Di antara 6 anggota di keluarga itu, ada 5 orang yang mengalami keterbelakangan mental. Anak paling bungsu mengalami keterbatasan gerak yang sangat serius. Mulanya, sang ayah yang berusia 77 tahun yang membersihkan rumah dan merawat anggota keluarga itu.

Namun, pada awal tahun ini, sang ayah terjatuh dan meninggal dunia. Akhirnya, sang istri yang harus merawat keluarga itu. Akan tetapi, sang istri sudah berusia lanjut dan mengalami sedikit keterbelakangan mental. Karena itu, sangatlah sulit baginya untuk merawat keluarga itu.  Dia tidak bisa dan tidak mengerti.

”Saya terus mencari siapa yang dapat membantu saya. Sepupu ipar saya lalu mengirim surat elektronik kepada Tzu Chi. Tak disangka, sekelompok relawan pun datang untuk membantu saya. Saya sangat gembira dan berterima kasih. Bodhisatwa tidak melupakan saya,” kata Goh Ai Tee.

Lebih dari 20 relawan Tzu Chi bergerak dan menghabiskan waktu 10 jam untuk membersihkan rumah itu. Mereka menghabiskan waktu 10 jam untuk membersihkan seluruh rumah itu dari langit-langit hingga lantai.

“Hari ini, saya melihat kelompok relawan Tzu Chi membantu kakak saya membersihkan rumah. Saya sangat berterima kasih kepada Tzu Chi dan semua relawannya. Saya sangat terharu. Terima kasih,” ujar Goh Ai Tee.

Selanjutnya, kami berharap dapat lebih banyak membantu mereka. Kami juga berharap dapat membimbing sang ibu untuk melakukan daur ulang. Kita harus menginspirasi orang berada untuk membantu orang kurang mampu. Keluarga ini sungguh membutuhkan bantuan dari orang yang penuh cinta kasih dan berkemampuan.

Singkat kata, dunia ini dipenuhi oleh kehangatan dan harapan. Sungguh, di dunia ini, kita harus berusaha untuk membawa harapan dan keharmonisan bagi sesama. Ini tidak sulit. Asalkan hati setiap orang mengarah pada kebajikan, ini tidaklah sulit untuk dicapai. Kita harus memanfaatkan waktu dan kesempatan untuk membawa manfaat bagi orang lain.

Melakukan penelitian untuk membantu korban bencana
Membimbing dengan penuh cinta kasih untuk memulihkan kehidupan warga
Mengesampingkan kepentingan pribadi demi membantu orang banyak
Membimbing orang berada untuk membantu orang kurang mampu

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 21 Juli 2017

Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia,

Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina

Ditayangkan tanggal 23 Juli 2017
Dengan keyakinan yang benar, perjalanan hidup seseorang tidak akan menyimpang.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -