Ceramah Master Cheng Yen: Mengenal Rasa Puas dan Mempraktikkan Kebajikan


“Kita dapat melihat jejak Tzu Chi dalam membantu bencana banjir di Kenya. Kami bekerja sama dengan Love Binti dan beberapa LSM lokal untuk mendistribusikan paket bahan makanan, perlengkapan higiene, selimut, dan kelambu kepada setiap keluarga. Makanan pokok yang diberikan mencapai lebih dari 50 kg,”
kata Simon Shyong Wakil ketua Yayasan Tzu Chi.

Pada setiap hari dan setiap waktu, saya selalu mengucap syukur. Saya bersyukur atas banyaknya orang yang peduli terhadap aktivitas Tzu Chi dan sangat ingin memahami apa yang dikerjakan insan Tzu Chi. Kini, kalian sepenuh hati mendengarkan saya secara daring bagaikan menggunakan kekuatan batin telinga dewa dan dapat mendengar suara saya dengan jelas. Kita semua adalah Bodhisatwa dunia yang setiap harinya melakukan aktivitas Bodhisatwa.

Belakangan ini, jika kalian terus mengikuti aktivitas saya secara daring, dalam sesi mana pun, ketika saya berbicara dengan para insan Tzu Chi luar negeri yang kembali ke Griya Jing Si, kalian akan sering mendengar saya menekankan pentingnya meneladan Buddha. Bagaimana kita meneladan Buddha? Kita perlu menyebarkan Dharma yang dibabarkan Buddha. Apa yang Buddha sampaikan kepada kita di dunia ini? Buddha mengajarkan kepada kita untuk menghindari kejahatan dan mempraktikkan kebajikan.

Dengan melakukan perbuatan baik, tubuh dan pikiran kita akan selalu damai. Hati kita dapat merangkul seluruh alam semesta karena memiliki kelapangan yang tak terbatas. Tim relawan Tzu Chi tersebar di berbagai komunitas dan ada di seluruh dunia. Di tempat-tempat relawan Tzu Chi berada, sebuah informasi selalu dapat tersebar dengan sangat cepat. Terlebih sekarang, di mana pun kita memberikan bantuan, kita dapat mengirimkan informasi terkini hanya dengan satu ketukan jari.


Belakangan ini, Tzu Chi tengah bekerja di berapa negara? Beberapa negara telah terdampak bencana dan kita harus menyalurkan bantuan. Kini, Tzu Chi juga telah menjalin kerja sama dengan banyak LSM di seluruh dunia untuk menyalurkan bantuan ke tempat-tempat yang membutuhkan. Di mana pun bencana terjadi, kita akan bergerak untuk menyalurkan bantuan.

Dalam waktu 1 hari, relawan kita bergerak di banyak negara. Agar memiliki kekuatan yang cukup, kita tentu memerlukan lebih banyak orang. Orang-orang di Sierra Leone dan Kenya sedang mengalami kesulitan yang begitu besar. Lingkungan tempat tinggal mereka telah rusak, berantakan, dan kotor. Banyak orang menjalani hidup dalam kondisi seperti itu. Melihat kondisi ini, hati saya sungguh tidak tega dan seketika terpikir betapa beruntungnya kita saat ini.

Lingkungan sekitar kita begitu cerah, rapi, dan bersih. Karena itu, saya merasa kehidupan kita sangat penuh berkah. Mengapa kita begitu penuh berkah? Karena kita telah menciptakan berkah pada masa lalu. Berkah yang ditabur pada masa lalu berbuah pada masa sekarang. Kita hendaknya segera bertanya kepada diri sendiri.

Pada masa lalu, kita telah menabur benih kekayaan, benih ketenteraman, dan benih cinta kasih sehingga kita dapat menuai buahnya saat ini. Namun, kita hendaknya segera menginventarisasi apa yang telah kita lakukan dalam kehidupan sekarang. Berkah kita pada kehidupan sekarang berasal dari kehidupan sebelumnya.


Memiliki kehidupan yang penuh berkah bukan berarti harus memiliki banyak uang. Sebagian orang kaya malah sangat menderita dan risau. Penderitaan yang mereka alami sangat besar. Berkah dalam hidup kita tidak ditentukan oleh seberapa banyak uang yang kita punya, melainkan tentang bagaimana kita menjalani kehidupan yang kaya makna. Kita tidak kekurangan apa-apa. Perut kita kenyang, tempat tinggal kita bersih, kita memiliki sarana transportasi yang nyaman, dan sebagainya. Lantas, apa lagi yang membuat kita merasa tidak puas? Kita seharusnya merasa sangat puas.

Kita hendaknya mendoakan diri sendiri dan menghargai berkah yang kita miliki. Dengan begitu, barulah hati kita bisa merasa damai dan tenteram setiap harinya. Kita seharusnya menyadari bahwa apa yang kita miliki sudah sangat cukup. Dengan begitu, kita dapat merasakan hidup yang berkelimpahan. Jika selalu merasa kurang, selamanya kita tidak akan merasa cukup. Sebaliknya, jika kita merasa cukup dengan apa yang kita miliki, kita akan bisa menikmati kelimpahan dan menerima berkah tanpa perlu meminta. Selama kita melayani dengan sungguh-sungguh, berkah akan datang dengan sendirinya tanpa diminta.

Bodhisatwa sekalian, kita telah melakukan itu semua. Selain itu, dengan mendengarkan ajaran Tzu Chi dan menapaki Jalan Bodhisatwa, kita terus-menerus menabur dan memupuk berkah. Karena itu, kita hendaknya merasa tenang. Ada banyak hal yang patut kita syukuri. Saya percaya kalian semua sudah sering mendengarkan ajaran yang saya sampaikan. Kalian hendaknya menyimpan perkataan saya dalam kesadaran kedelapan serta menyelami kesadaran kesembilan yang merupakan hakikat sejati kita.


Kita semua pada dasarnya memiliki hakikat sejati yang sama. Dengan menyelaminya, kita dapat merasa tenang. Kita semua harus mengenal rasa puas dan meredam ketamakan. Apa yang perlu kita lakukan setelah merasa cukup? Bersumbangsih. Karena itulah, kita semua menapaki jalan Tzu Chi, yaitu Jalan Bodhisatwa yang penuh cinta kasih berkesadaran.

Saya sering menggunakan dua aksara Tionghoa, yaitu "belajar" dan "sadar" yang secara berurutan mengandung aksara "anak" dan "melihat". Jadi, seorang anak harus belajar. Murid TK kita memiliki hati yang begitu polos dan murni. Kita perlu mulai mengajari mereka bagaimana menapaki jalan kebajikan. Jalan kebajikan ini adalah Jalan Bodhisatwa.

Melalui Jalan Bodhisatwa, kita belajar untuk mewujudkan cinta kasih berkesadaran. Kita tidak boleh berhenti belajar hingga kita melihat jalan kebenaran. Setelah kita dibimbing untuk menapaki jalan itu, kita akan dapat melihat kebenaran dan menjadi sadar. Jadi, bermula dari belajar di Jalan Bodhisatwa, kita akan mencapai kesadaran atau pencerahan. Sekarang, kita harus belajar menapaki Jalan Bodhisatwa.   

Meneladan Buddha dan mempraktikkan kebajikan
Menghimpun cinta kasih untuk membantu orang-orang yang membutuhkan
Menyadari berkah setelah melihat penderitaan serta memahami hukum sebab akibat
Batin yang mengenal rasa puas akan merasakan ketenangan dan kelimpahan

Ceramah Master Cheng Yen Tanggal 13 Juni 2024
Sumber: Lentera Kehidupan – DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Marlina, Shinta, Janet
Ditayangkan Tanggal 15 Juni 2024
Mengonsumsi minuman keras, dapat melukai orang lain dan mengganggu kesehatan, juga merusak citra diri.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -