Ceramah Master Cheng Yen: Mengenang Asal Mula Silsilah Dharma Jing Si

Kita semua tahu asal usul silsilah Dharma Jing Si. Ketika memutuskan untuk menjadi bhiksuni, saya memiliki beberapa tekad. Tekad saya ini harus saya wujudkan. Inilah arah hidup saya. Tidak benar jika memiliki tekad, tetapi kita tidak berusaha mewujudkannya. Jadi, saya sering merasa kagum pada diri sendiri karena memilih arah yang benar. Hal yang benar, akan saya lakukan dengan tindakan nyata.

Di tengah keterbatasan saat itu, saya telah bekerja keras  untuk mewujudkan tekad saya. Saya dan para bhiksuni Griya Jing Si hidup mandiri dengan usaha sendiri. Kami bertahan hidup dengan beberapa cara. Contohnya, kami mengumpulkan kantong semen, lalu membongkarnya. Bagian luar dan bagian paling dalam kantong semen tentu saja kotor, tetapi di bagian tengah masih ada 2 lembar yang bersih. Kami harus mengelap bagian luar dan dalam agar ia menjadi bersih.

 

Berhubung dua lembar yang di bagian tengah sudah sangat bersih, kami hanya perlu memisahkannya. Jika dipikir-pikir, saat itu kami sudah melakukan daur ulang. Seperti inilah kami hidup mandiri dengan usaha sendiri pada lebih dari 50 tahun lalu. Saat Tzu Chi belum didirikan, kami sudah mulai hidup mandiri dengan usaha sendiri. Inilah asal usul silsilah Dharma Jing si.

Di belakang gubuk kayu kecil tempat saya tinggal ada sebidang tanah. Kami menanam kacang tanah dan tanaman lainnya di sana. Kami mengandalkan tanaman yang kami tanam sendiri untuk bertahan hidup. Seperti inilah kami melewati hidup di masa-masa sulit.

Di tengah keterbatasan saat itu, saya menggenggam jalinan jodoh untuk bersumbangsih. Perbincangan saya dengan para biarawati telah menginspirasi saya untuk mendirikan Tzu Chi. Para biarawati bertanya, "Apa kontribusi umat Buddhis bagi masyarakat?" Ajaran Buddha sangat menyentuh  dan kebenaran yang dijelaskan dalam Sutra begitu menakjubkan dan luar biasa, serta ada begitu banyak kisah tentang bagaimana orang menyelamatkan orang lain dengan mengorbankan diri mereka sendiri.

 

Saya pun bertanya-tanya, "Mengapa umat Buddhis tidak berkontribusi bagi masyarakat?" Para biarawati itu telah menyadarkan saya bahwa umat Buddhis juga dapat berkontribusi bagi masyarakat dan mendorong lebih banyak orang untuk melakukan perbuatan baik dengan arah yang sama.

Seperti inilah jalinan jodoh saya mendirikan Tzu Chi. Yang lebih menakjubkan lagi ialah jalinan jodoh yang terjadi setelah pertemuan saya dengan para biarawati itu. Pada saat itu, guru saya ingin saya meninggalkan Hualien dan pergi ke Chiayi. Namun, ada sekelompok Bodhisatwa lansia tidak ingin saya meninggalkan Hualien. Mereka meminta ahli tulis untuk menulis surat permohonan agar saya tidak meninggalkan Hualien.

Saya berkata kepada mereka, "Jika kalian bisa melakukan satu hal

untuk saya, saya selamanya tidak akan meninggalkan Hualien." "Apa yang harus kami lakukan?" Saya berkata, "Saya berharap orang yang menginginkan saya tinggal di Hualien dan orang yang membubuhkan tanda tangan di surat permohonan itu, setiap hari harus menyumbang 50 sen." "Untuk apa menyumbang 50 sen? Bukankah biasanya Master hidup mandiri dengan usaha sendiri? Mengapa meminta kami menyumbang 50 sen?"

 

Saya menjawab, "Lima puluh sen yang kalian sumbangkan dapat kita gunakan untuk menolong orang. Kalian yang membubuhkan tanda tangan di surat permohonan itu berjumlah 30 orang. Jika setiap orang dari kalian menyumbang 50 sen setiap hari, bukankah totalnya ada 15 dolar NT per hari? Ini berarti lebih dari 400 dolar NT per bulan dan ribuan dolar NT per tahun. Ketika menemukan orang yang membutuhkan, kita dapat segera memberikan bantuan. Namun, meskipun kita punya uang, tetapi orang kita sedikit, kita belum tentu akan menemukan orang yang membutuhkan. Jadi, kita harus menginspirasi lebih banyak orang untuk bergabung dengan kita. Dengan demikian, kita memiliki lebih banyak mata untuk melihat lebih luas. Ketika ada orang yang menderita di sekitar mereka, barulah orang-orang itu bisa mendapat bantuan."

Jadi, Tzu Chi dimulai dari menghemat 50 sen. Saya meminta mereka menghemat 50 sen setiap hari di celengan bambu. Saya pun pergi ke belakang gunung untuk menggergaji beberapa bambu, lalu memberikannya kepada 30 orang itu. Saya berkata kepada mereka, "Setiap hari kalian harus menghemat 50 sen dolar NT dan membangun niat baik. Ini semua adalah cinta kasih. Orang berkata bahwa kita harus banyak berbuat baik untuk menghimpun pahala. Setiap hari, setiap orang dari kalian harus mengembangkan cinta kasih dan kebajikan kalian. Dengan demikian, kalian akan dipenuhi sukacita karena kalian sudah bersumbangsih dengan cinta kasih. Kalian harus menghemat 50 sen sebelum pergi membeli sayur."


Mereka bertanya, "Mengapa harus dilakukan sebelum pergi membeli sayur? Apakah malam hari tidak boleh?" Saya menjawab, "Saya ingin kalian menghemat uang dari uang belanja sayur. Saya tidak ingin uang lebih dari kalian. Saya hanya ingin kalian menghemat 50 sen dari uang belanja sayur." Saat mengambil keranjang belanja, mereka akan memasukkan 50 sen ke dalam celengan bambu. Dengan demikian, ingatan mereka masih sangat segar.

Setelah tiba di pasar, dengan sendirinya mereka akan berkata kepada penjual sayur, "Saya ingin membeli lebih sedikit karena saya harus menghemat 50 sen." Penjual sayur akan bertanya, "Untuk apa Anda menghemat 50 sen?" Mereka menjawab, "Lima puluh sen itu untuk menolong orang." "Apakah Anda sedang bercanda? Bagaimana mungkin 50 sen bisa menolong orang?"

Mereka menjawab, "Guru saya berkata bahwa dana kecil bisa terakumulasi menjadi banyak dan kemudian bisa menolong orang." Penjual sayur lalu berkata, "Berhubung Anda ingin menghemat 50 sen, maka saya juga bisa menyumbang 50 sen." Seperti inilah kita menyebarkan cinta kasih di pasar tradisional dan misi amal Tzu Chi dimulai. Jadi, penggalangan dana sebenarnya tidaklah sulit karena kita menggalang hati mereka. Kita berharap bahwa dengan membangun niat bajik untuk berbuat baik setiap hari, pahala yang mereka himpun akan lebih banyak.

 

Saya berharap semua orang membangun niat  untuk berbuat baik, ini sangat penting. Bodhisatwa sekalian, saya bukanlah ingin semua orang menggalang dana, melainkan ingin menyucikan hati manusia. Kita merupakan jembatan yang dapat membimbing orang mengubah kejahatan menjadi kebaikan, pikiran jahat menjadi pikiran baik, ketamakan menjadi berdana. Kita memberi mereka petunjuk arah kehidupan.

Saya berharap semakin banyak orang memahami arti kehidupan dan menciptakan lebih banyak berkah di tengah penderitaan. Saya berharap insan Tzu Chi dapat menyerap Dharma ke dalam hati dan mempraktikkannya. Inilah persembahan yang terbaik bagi saya. Saya berharap semua orang benar-benar menyerap ajaran Buddha ke dalam hati. Dengan demikian, batin kalian akan lebih luas dan setiap hari dipenuhi sukacita dalam Dharma. Jika kalian dipenuhi sukacita dalam Dharma dan dapat melenyapkan noda batin, ini akan membuat saya sangat terhibur.

 

Mengenang perjalanan di masa-masa sulit

Silsilah Dharma Jing Si dimulai dalam kemandirian

Menginspirasi orang dengan semangat celengan bambu

Menyucikan hati manusia dan menciptakan berkah bagi dunia

 

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 18 April 2019

Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia,

Penerjemah: Hendry, Karlena, Li Lie, Marlina

Ditayangkan tanggal 20 April 2019

Dengan keyakinan yang benar, perjalanan hidup seseorang tidak akan menyimpang.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -