Ceramah Master Cheng Yen: Mengenang Gempa 921
Kemarin adalah tanggal 21 September. Mendengar 21 September, saya yakin semua orang akan teringat akan gempa bumi pada 21 tahun lalu. Gempa bumi tiba-tiba mengguncang saat semua orang sedang tidur nyenyak dan bermimpi indah. Kita bisa melihat bahwa bumi sangat rentan dan tidak sanggup menghadapi kemurkaan alam.
Sebuah jalan di antara Dongshi dan Fengyuan mengalami kerusakan serius akibat gempa bumi. Ada bagian yang terangkat, ada pula yang terputus. Saat kita melakukan survei bencana, saya juga melewati jalan-jalan seperti itu. Banyak permukaan jalan yang retak. Gunung yang besar pun tidak sanggup menghadapi guncangan gempa. Inilah kekuatan alam.
Bagaimana bisa manusia mengalahkan alam? Kekuatan manusia sangatlah kecil. Jangan merasa bahwa diri sendiri sangat kuat. Sebaliknya, kita hendaknya rendah hati dalam interaksi antarmanusia setiap hari. Terhadap langit dan bumi, kita harus lebih rendah hati dan tulus daripada terhadap sesama manusia.
Pada tahun 1999, selain Gempa 921 di Taiwan, Turki juga diguncang gempa dahsyat pada tanggal 17 Agustus. Gempa tersebut berkekuatan 7,4 SR dan menimbulkan dampak yang amat serius. Saat itu, insan Tzu Chi menjangkau Turki untuk memberikan bantuan.
Saat insan Tzu Chi sudah berada di Turki, Bapak Faisal Hu mengirimkan sebuah artikel ke United Daily News yang salah satu kalimatnya berbunyi,“Saat Turki diguncang gempa dahsyat, di manakah Taiwan?” Saat membaca artikel itu, saya berkata bahwa kita harus segera mencari dan menghubunginya untuk memberitahunya bahwa insan Tzu Chi sudah berada di sana. Demikianlah kita menjalin jodoh dengannya.
Berhubung Turki sangat jauh dari Taiwan, sebagian relawan tidak bisa pergi ke sana. Relawan yang bisa pergi ke sana menyumbangkan tenaga di lokasi bencana, sedangkan yang tidak bisa pergi ke sana menyumbangkan uang dan terjun ke jalan untuk menggalang dana.
Saat itu, relawan yang kembali ke Hualien selalu berkata pada saya bahwa saat mereka terjun ke jalan untuk menggalang dana bagi Turki, mereka dikritik oleh orang-orang. Mendengar ucapan mereka, saya sangat sedih. Ada banyak relawan yang berkata bahwa saat menggalang dana bagi korban gempa Turki, mereka mendapat kritikan dari orang-orang.
Saya selalu menghibur mereka, tetapi siapa yang tahu bahwa saya juga sangat khawatir? Banyak orang yang berkata bahwa di Taiwan masih ada banyak orang yang membutuhkan bantuan. Ini bagai mengutuk diri sendiri. Karena itu, saya sangat khawatir dan tidak sengaja berkata,“Taiwan diguncang gempa dahsyat seperti Turki bukanlah hal yang mustahil.”
Tidak disangka, pada suatu dini hari, Taiwan diguncang gempa bumi. Semua orang berlari ke luar bangunan, termasuk saya. Kemudian, saya mendengar suara seseorang, yaitu Relawan Stephen Huang. Dia berkata, “Master baru berkata bahwa Taiwan diguncang gempa dahsyat seperti Turki bukan hal yang mustahil.”Sungguh, saya sangat menyesalinya.
Pada saat itu, terjadi gempa susulan. Pascagempa, kita langsung menyalurkan bantuan bencana dengan prinsip menenteramkan fisik, batin, dan kehidupan para korban bencana. Setiap kali mengenang Gempa 921, itu sungguh menakutkan. Saya sangat bersyukur kepada para insan Tzu Chi yang langsung bergerak begitu mendengar seruan saya, bagaikan Bodhisatwa yang bermunculan dari bumi.
Saat itu, saya terus berkata bahwa mereka sungguh bagaikan Bodhisatwa yang bermunculan dari bumi, sesuai yang diulas dalam Sutra Teratai. Ada banyak kisah yang menyentuh. Relawan kita sungguh luar biasa. Meski akses jalan terputus, mereka dapat memikirkan segala cara untuk mencari jalan lain dan mengatasi kesulitan guna menjangkau lokasi bencana.
Begitu matahari terbit, relawan kita telah menyediakan sarapan di lokasi bencana. Demikianlah insan Tzu Chi. Setelah mendapati bahwa ada yang membutuhkan, relawan kita langsung bermunculan. Inilah kekuatan para relawan Tzu Chi. Ini sungguh tidak mudah.
Mengenang tahun itu, saya sungguh berharap ada lebih banyak orang yang dapat berbagi pengalaman mereka saat itu agar bisa dicatat dalam sejarah kita. Gempa dahsyat menjelang pergantian abad ini telah menimbulkan dampak yang sangat serius. Pascagempa, para relawan kita mengerahkan cinta kasih dan bermunculan untuk bersumbangsih sebagai Bodhisatwa dunia.
Semua ini patut dan perlu untuk dicatat dalam sejarah kita. Mengenang masa lalu, jalinan jodoh sungguh tidak terbayangkan. Karena itulah, saya terus berkata bahwa jangan melupakan tahun itu. Semakin banyak yang saya pikirkan, semakin banyak yang bisa saya bagikan.
Bodhisatwa sekalian, saya berharap kita dapat mengenang masa lalu agar daya ingat kita semakin tajam dan sel otak kita aktif kembali. Ini bermanfaat untuk otak, pikiran, dan daya ingat kita. Jangan merasa bahwa kita tidak bisa mengingat apa pun karena sudah lanjut usia. Kita hendaknya berusaha untuk memutar otak agar sel otak kita kembali aktif dan dapat mengingat tahun itu.
Dengan kisah yang kalian bagikan, kita bisa mencatat sejarah tahun itu. kita bisa mencatat sejarah tahun itu. Jadi, mari kita lengkapi sejarah Tzu Chi dengan mengenang pengalaman masing-masing.
Mengenang penyaluran bantuan pascagempa 921
Sejarah tahun itu terukir di dalam hati dan sulit untuk dilupakan
Para Bodhisatwa bersama-sama menulis sejarah Tzu Chi
Membentangkan jalan dan menggali mata air cinta kasih
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina
Ditayangkan tanggal 24 September 2020