Ceramah Master Cheng Yen: Mengenang Guru De Ci


“Sejak menyatakan berguru kepada Master pada tahun 1964, kami bekerja untuk memenuhi kebutuhan sendiri. Ini adalah prinsip Master. Saat itu, kami juga harus menjalankan misi amal. Sejak tahun 1964 hingga sekitar tahun 1991, kami melakukan 21 jenis pekerjaan. Ada banyak orang yang berkata pada saya, "Kondisi pada masa-masa awal begitu sulit. Makanan, tempat tinggal, dan pakaian kalian begitu terbatas. Kalian juga harus melakukan pekerjaan berat dengan membajak sawah sendiri. Selain itu, kalian juga berutang. Apakah Anda tidak berpikir untuk menyerah dan pulang ke rumah?" Saya berkata, "Tidak,"
kata Guru De Ci Bhiksuni Griya Jing Si.

“Saat itu, saya merasa bahwa menjadi bhiksuni adalah suatu berkah, dapat mengenal dan dekat dengan Master juga merupakan jodoh baik dan berkah. Tubuh ini memang merasa sangat lelah, tetapi hati saya sangat gembira,” pungkasnya.

Dalam hidup ini, ada berbagai belenggu perasaan yang membuat orang-orang tidak bisa tenang. Kita harus melampaui belenggu perasaan ini agar bisa hidup damai dan tenang. Kehidupan ini penuh dengan penderitaan.


Dahulu, di tengah kondisi yang serba sulit, kita harus bekerja keras demi bertahan hidup. Namun, hidup dan mati adalah bagian dari hukum alam. Saat waktunya tiba, kita harus menerimanya meski merasa tidak rela.

Saya terus berkata bahwa kita harus melampaui belenggu perasaan agar bisa damai dan tenang. Kita harus melepas kemelekatan. Ingatlah bahwa Sutra Teratai adalah yang terindah. Dengan menapaki Jalan Bodhisatwa, kondisi batin kita akan menjadi yang terindah. Inilah yang akan bertahan hingga selamanya.

Buddha mengajari kita untuk bersumbangsih dengan cinta kasih berkesadaran hingga selamanya. Buddha juga mengajari kita untuk memperluas cinta kasih hingga meliputi seluruh alam semesta.


Puluhan tahun lalu, ada seorang pesohor yang bertanya pada saya apa yang menjadi landasan saya untuk mendirikan Tzu Chi dan membangun rumah sakit. Saya berkata bahwa hanya satu, yaitu cinta kasih. Cinta kasih terhadap alam, semua orang, dan segala sesuatu di dunia ini.

Penderitaan terbesar dalam kehidupan manusia adalah penderitaan akibat penyakit. Hidup dan mati adalah hukum alam. Namun, ada orang yang hidup dalam kesulitan, ada pula yang menderita karena penyakit sebelum meninggal dunia. Demikianlah kehidupan.

Untuk menolong orang-orang yang mengalami kesulitan hidup, kita harus mengerahkan cinta kasih. Untuk menolong pasien yang tersiksa karena penyakit, kita harus memberikan pengobatan. Jadi, kita menjalankan misi amal untuk menolong orang-orang yang menderita karena kekurangan dan mendirikan rumah sakit untuk meringankan penderitaan para pasien. Misi amal dan kesehatan sangatlah penting bagi dunia ini.


Makhluk berkesadaran harus mengembangkan kebijaksanaan. Kita harus memandang hidup dan mati dengan kebijaksanaan. Jadi, meski memiliki perasaan sayang dan cinta, kita harus tetap damai dan tenang.

Intinya, kita harus bersungguh hati memahami Dharma. Ini disebut mencapai pembebasan. Jangan membiarkan diri kita terbelenggu oleh perasaan sayang dan cinta.

“Saya bertobat. Saya akan mengikuti Master menapaki Jalan Bodhisatwa dari kehidupan ke kehidupan,” kata kata Guru De Ci Bhiksuni Griya Jing Si.

De Ci, jodoh kita sebagai guru dan murid telah terjalin hampir 60 tahun. Kamu adalah murid pertama saya. Kamu telah mendampingi saya sepanjang perjalanan saya ini. Kamu telah bekerja keras. Kamu telah menciptakan berkah besar. Berkat dirimu, Tzu Chi bisa seperti sekarang dan menolong orang-orang yang menderita di seluruh dunia. Pahalamu sungguh tak terhingga.


Saat saya membawa manfaat bagi dunia dengan menjalankan misi Tzu Chi, kamu bersungguh hati menjaga Griya Jing Si. Di Griya Jing Si, kita memiliki aturan. Kita mempraktikkan ajaran Jing Si dan bekerja untuk memenuhi kebutuhan sendiri.

Sejak menjadi murid saya, kalian turut membuat sepatu bayi, membuat kantong semen, serta menanam ubi jalar dan menjualnya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari kita. Jadi, Tzu Chi bisa berkembang seperti hari ini, ini berkat dirimu yang telah menjaga aturan Griya Jing Si dan menjadi teladan bagi para bhiksuni lain. Jadi, kamu bisa merasa tenang.

Kita telah melakukan apa yang harus kita lakukan di kehidupan sekarang. Kita membawa manfaat bagi semua makhluk. Kita tidak memiliki penyesalan dalam kehidupan ini. Jika arah kita benar, orang yang pergi dahulu akan segera kembali untuk terus membentangkan jalan dan orang yang pergi belakangan hendaknya menyusul dan kembali melapangkan jalan ini. Jadi, jalinan jodoh antara guru dan murid akan berlanjut dari kehidupan ke kehidupan.


Shao Wei, De Ci. Saat kamu menjadi murid saya, saya memanggilmu "Shao Wei". Hingga kini, saya juga berkata, "Bagaimana kondisi Shao Wei?" Di dalam hati saya, kamu tetaplah Shao Wei pada hampir 60 tahun yang lalu.

Kamu selalu menjaga misi dan aturan kita. Saya sangat bersyukur kepadamu. Saya mendoakanmu.

“Terima kasih, Master,” kata kata Guru De Ci Bhiksuni Griya Jing Si.

Semoga kamu damai dan tenang. Saya mendoakanmu. Kita harus membebaskan diri dari berbagai belenggu perasaan, baru bisa merasa damai dan tenang. Kita memiliki jalinan jodoh baik. Saya berharap saat waktunya tiba, kita dapat menenangkan pikiran dan menghapus noda batin agar dapat merasa damai dan tenang. Inilah ajaran yang terus saya babarkan.


Dharma adalah yang terbaik dan terindah. Dharma mengulas tentang kekosongan agar semua orang memahaminya dan tidak memiliki kemelekatan. Selain kekosongan, Dharma juga mengulas tentang cinta kasih yang merupakan eksistensi ajaib.

Benih terpenting untuk mencapai kebuddhaan adalah cinta kasih yang murni tanpa noda. Kita harus menapaki Jalan Bodhisatwa dengan cinta kasih berkesadaran dan tanpa noda. Kita harus memperpanjang jalinan kasih sayang dan memperluas cinta kasih. Mari kita lebih bersungguh hati.  

Melepas kemelekatan untuk memperoleh kedamaian
Bersumbangsih dengan cinta kasih berkesadaran yang murni tanpa noda
Mempraktikkan Sutra Teratai untuk memperoleh ketenangan
Mencapai pembebasan di Jalan Bodhisatwa yang panjang        

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 27 Mei 2021
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia,
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina
Ditayangkan tanggal 29 Mei 2021
Memberikan sumbangsih tanpa mengenal lelah adalah "welas asih".
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -