Ceramah Master Cheng Yen: Mengenang Jasa Dokter Teladan
Kemarin, staf dari empat badan misi Tzu Chi berkumpul bersama. Setiap badan misi memberikan laporan yang berbeda-beda. Sungguh membuat orang tersentuh. Contohnya, dari misi kesehatan, kepala rumah sakit dan dokter melaporkan bahwa RS Tzu Chi memiliki satu tujuan baru. Setiap dokter berupaya untuk menyembuhkan pasien, meningkatkan kualitas medis, mencari metode terbaik untuk menyelamatkan pasien, dan lain-lain.
Kini teknologi medis di Taiwan sangat berkembang. Puluhan tahun lalu, sarana pengobatan di Taiwan bagian timur sangat minim. Karena itulah, saya bertekad untuk membangun rumah sakit yang sangat kekurangan sarana medis, yakni di Hualien. Selama beberapa tahun itu, kita melewati banyak rintangan hingga akhirnya kita berhasil melakukan peletakan batu pertama pada tanggal 5 Februari 1983. Upacara peresmian rumah sakit itu dilakukan pada tahun 1986.
Proyek pembangunan rumah sakit tersebut memakan waktu kurang dari 3 tahun. Selama masa persiapan dan pembangunan rumah sakit, Yang Sze-piao, dr. Tu Shih-mien, dan dr. Tseng Wen-ping memberi dukungan penuh kepada kita. dr. Wang Yu-ming yang merupakan wakil kepala RS Cathay juga sangat mendukung kita.
Suatu kali, saya berkata kepada dr. Chen yang menjabat sebagai kepala RS Cathay, “Proyek pembangunan RS Tzu Chi sudah hampir rampung. Siapa yang akan menjadi kepala rumah sakit kita? Kami belum memutuskannya.” Kepala RS Chen bertanya kepada saya, “Master, apakah di dalam hati Master sudah ada kandidat?” Saya menjawab, “Kandidat pilihan saya adalah dr. Tu Shih-mien.”
Kepala RS Chen berkata, “Master, apakah Master tidak tahu bahwa Beliau menderita penyakit hati? Selain itu, ada seorang profesor yang mengumumkan bahwa hidupnya hanya tersisa 3 bulan lebih.” Saya berkata, “Saya tahu. Saya sangat berharap semua orang dapat berdoa dengan tulus untuk beliau. Jika beliau menjadi kepala rumah sakit, maka akan menerima doa dari banyak orang. Dengan begitu, semoga beliau bisa panjang umur.
Kemudian, ada orang pergi mengundangnya. Beliau terlihat sangat gembira dan bersemangat. Saya berkata, “dr. Tu, proyek pembangunan RS Tzu Chi sudah hampir rampung. Kami membutuhkan seorang kepala rumah sakit. Saya ingin mengundang Anda untuk mengisi posisi ini.”
Dia berkata, “Namun, di dalam tubuh saya ada sebuah bom yang bisa meledak kapan saja.” Saya berkata, “Bukan hanya di dalam tubuh Anda yang terdapat bom. Bom di dalam tubuh saya lebih besar dari Anda karena saya mengidap penyakit jantung. Saya memakan obat sesuai resep dr. Chen. Jadi, kehidupan manusia tidak kekal. Belum tentu orang yang menderita penyakit akan meninggal dahulu. Kehidupan ini sulit untuk diprediksi. Relawan Tzu Chi berjumlah puluhan ribu orang. Saat mengetahui siapa kepala rumah sakit kita, mereka akan mendoakan Anda. Saya berharap Anda dapat menjadi kepala Rumah Sakit Tzu Chi.”
Beliau menjawab, “Master sungguh begitu yakin terhadap saya?” Saya menjawab, “Ya.” dr. Tu memiliki kekuatan tekad. Meski kesehatannya kurang baik, beliau tetap menjadi komite perencanaan rumah sakit kita dan tetap melayani pasien. Saat dirawat di rumah sakit, beliau divonis bahwa hidupnya hanya tersisa 3 bulan lagi. Meski demikian, jubah dokternya masih tergantung di kamar tempat beliau dirawat.
Saya berkata padanya, “Sekarang kamu adalah pasien. Untuk apa menggantung jubahmu di sini?” Beliau menjawab, “Ada pasien saya yang dirawat di rumah sakit. Nanti saya harus pergi memeriksanya.” Beliau juga menyanggupi permintaan saya untuk menjadi kepala rumah sakit. Beliau melayani pasien tanpa mementingkan kondisi kesehatannya sendiri. Bukankah ini sama seperti yang tertulis di dalam Sutra Makna Tanpa Batas?
Nakhoda tetap berusaha menyeberangkan semua makhluk ke pantai kebahagiaan meski dirinya menderita penyakit. Nakhoda itu menyeberangkan makhluk yang menderita ke tempat yang aman. Inilah tabib agung yang tertulis di dalam Sutra. Kita bisa membaca Sutra, tetapi kita bukanlah dokter. dr. Tu tidak bisa membaca Sutra, tetapi beliau adalah dokter.
Lewat Sutra, kita tahu apa yang dilakukan oleh tabib agung. Kita hanya mengetahuinya, tetapi dr. Tu tahu cara untuk menjalankannya. Jadi, kekuatan tekad sangatlah penting. Meski kesehatanya tidak baik, tetapi beliau terus mendedikasikan diri di Tzu Chi. Meski divonis hidupnya hanya tersisa 3 bulan, beliau tetap mengemban tanggung jawab di rumah sakit selama 5 tahun. Inilah orang yang memiliki kekuatan tekad. Beliau mengembangkan potensi yang besar.
Kita sungguh jangan melupakan dr. Tu dan apa yang terjadi di tahun itu. Saya sungguh merindukan beliau. Beliau adalah seorang dokter yang baik. Beliau mejadi kepala RS Tzu Chi dan dokter spesialis THT. Pasiennya sangat banyak. Beliau sangat baik terhadap orang.
Saya tidak pernah melihatnya marah. Beliau selalu tersenyum. Saat menangani masalah pun beliau selalu tersenyum. Beliau adalah orang baik dan dokter yang baik. Beliau adalah orang yang jujur. Saya sangat mengagumi beliau. Beliau memiliki kehidupan yang bermakna. Hanya saja umurnya tidak terlalu panjang. Beliau meninggal pada usia 60-an tahun.
Inilah kehidupan. Kita jangan melupakan tahun dan hari itu. Tzu Chi memiliki beberapa rumah sakit. Setiap rumah sakit berdiri pada tahun yang berbeda, didukung oleh orang yang berbeda dan tekad yang berbeda. Namun, setiap orang memiliki satu arah yang sama. Dengan satu arah yang sama, mereka bergabung dengan Tzu Chi dalam waktu yang berbeda-beda untuk mengemban tanggung jawab Tzu Chi.
Setiap orang memiliki sejarah masing-masing. Ada banyak kisah tentang kepala RS Tzu Chi yang pertama. Jadi, janganlah kita melupakan tahun itu, orang itu, dan sebersit niat itu.
Mengenang kembali perjalanan pembangunan RS Tzu Chi
Dokter agung bersumbangsih sebagai Bodhisatwa
Mengesampingkan kepentingan pribadi demi melayani semua makhluk
Memiliki kekuatan tekad dan mempraktikkan Sutra
Ceramah Master
Cheng Yen tanggal 14 Juni 2019
Sumber:
Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia,
Penerjemah:
Hendry, Karlena, Li Lie, Marlina
Ditayangkan tanggal 16 Juni
2019