Ceramah Master Cheng Yen: Mengenang Kembali Bencana Topan Morakot

Perubahan iklim sungguh sangat mengkhawatirkan. Meski sekarang adalah musim semi, tetapi badai salju masih terjadi di Amerika Serikat dan banjir juga telah merendam beberapa tempat di sana. Kita dapat merasakan kondisi iklim sungguh sangat ekstrem. Relawan Tzu Chi yang memiliki cinta kasih berusaha secepat mungkin untuk memberikan bantuan kepada mereka yang terkena dampak bencana.

Kali ini, relawan kita pergi ke Myanmar untuk melakukan pembagian benih. Mereka bersumbangsih dengan sukacita. Kita bisa melihat sekarung demi sekarung beras yang terkumpul dari pemulangan celengan beras. Meski mereka tidak dapat menyisihkan uang tunai ke dalam celengan bambu, tetapi mereka dapat menyisihkan segenggam beras setiap hari.

Kali ini, mereka membawa celengan beras untuk mengikuti pemulangan celengan beras. Setelah beras yang dibawa semua orang dikumpulkan menjadi satu, jumlahnya sangat banyak. Lihatlah, sekarung demi sekarung ditumpuk, hasilnya juga tidak sedikit. Ini karena banyak orang datang untuk menyumbangkan beras mereka. Mereka sangat patut dipuji. Selain itu, saya terus mengingatkan insan Tzu Chi untuk baik-baik mengenang masa lalu.


Di wilayah selatan Taiwan, yang harus kita kenang ialah bencana Topan Morakot. Tahun ini merupakan tahun ke-10 sejak terjadinya bencana tersebut. Gempa 21 September 1999 tahun ini memasuki tahun ke-20. Bagi wilayah selatan Taiwan, bencana Topan Morakot merupakan bencana besar yang serius. Banyak relawan Tzu Chi yang bersumbangsih dalam bantuan bencana saat itu.

Ketika mereka berpikir kembali, banyak kenangan yang terlintas dalam pikiran mereka. Dengan berbagi kisah satu sama lain, kisah yang dapat mereka kenang akan semakin banyak. Kita bisa melihat bahwa tempat ini merupakan tempat yang saya kunjungi dalam survei pascabencana. Ketika tiba di sana, saya melihat satu unit rumah tiga lantai yang fondasinya bahkan ikut runtuh. Itu sungguh sangat menakutkan.

Hati-hati. Apakah semuanya selamat? (Ya) Baik. Saya mendoakan Anda. Jagalah diri Anda. Mendengar pemilik rumah berkata bahwa mereka meminjam uang untuk membangun rumah dan akhirnya hilang semuanya, saya merasa sangat tidak tega. Jadi, kita membuat perencanaan untuk membantu mereka membangun kembali rumah permanen di Gaoshu.


“Dapur dan sawah kami hanyut terbawa banjir. Yang tersisa hanya kayu-kayu yang terapung. Tzu Chi membangun rumah permanen untuk kami. Kami benar-benar sangat berterima kasih,” petikan wawancara Huang Shan-fu, warga setempat.

“Rumah-rumah ini dibangun dengan sangat baik, juga ada lanskap dan taman kecil, bagus sekali,” petikan wawancara Yi Qiu-xin, warga.

“Setelah rumah mereka terbawa oleh banjir, awalnya warga sangat putus asa. Kemudian, mendengar informasi bahwa Tzu Chi akan membantu mereka membangun rumah permanen, mereka pun bersemangat kembali,” petikan wawancara Yang Xiu-li, relawan Tzu Chi.

Sebenarnya, sebidang tanah ini kita peroleh berkat bantuan Bupati Pingtung. Tanah itu sangat sesuai untuk pembangunan rumah. Sebuah sekolah setempat memiliki sebidang tanah dengan luas 0,4 hektare di samping jalan besar di depan sekolah. Jadi, kita berdiskusi dengan pihak sekolah bahwa kita ingin membangun rumah permanen di tanah itu bagi warga korban bencana.


“Saya sangat bersyukur bahwa saya memiliki kesempatan untuk bekerja di SD Xinfeng. Bencana Topan Morakot terjadi pada 10 tahun yang lalu, tetapi saya datang ke sini baru 3 tahun. Staf sekolah kami sering meminta saya untuk membubuhkan stempel pada daftar aset sekolah kami,”

“Tahun pertama, saat saya baru bekerja di sekolah ini, saya bertanya, "Bukankah luas sekolah kita 2,7 hektare?" "Mengapa kini hanya seluas 2,3 hektare?" "Tanah seluas 0,4 hektare hilang ke mana?"

“Saat itu saya tidak tahu tentang hal ini. Suatu kali, staf kami memberi tahu saya, "Kepala Sekolah, tanah seluas 0,4 hektare itu ada di seberang sekolah kita." Saya berkata, "Ternyata SD Xinfeng memiliki jalinan jodoh dengan warga korban bencana Topan Morakot."

“Saya merasa sangat bersyukur. Itu adalah jalinan jodoh yang sangat baik. Malam ini, Kakak Xiu-li telah menceritakan seluruh proses pembangunan di masa lalu. Apakah itu telah membuat kita teringat kembali kenangan di masa lalu? Mengapa dia bisa tahu begitu jelas tentang proses pembangunan?”


“Karena dia telah berpartisipasi secara mendalam, maka ingatannya juga dalam. Untuk datang membantu, dia harus mengesampingkan suaminya, anaknya, pekerjaan dapur, dan hartanya, benar tidak? Mari kita berikan tepuk tangan kepada kakak-kakak dari Tzu Chi,” petikan pidato dari Wei Yi-gen, Kepala Sekolah Dasar Xinfeng.

Kita bisa mendengar kepala sekolah itu berbagi pengalaman. Dia bisa bersikap penuh pengertian dengan sangat cepat. Dia tidak perhitungan dan bersikap penuh pengertian dengan sangat cepat. Dia berkata, "Ternyata sekolah kita memiliki jalinan jodoh seperti itu dengan warga korban bencana Topan Morakot." Kita membangun rumah permanen bagi beberapa korban bencana banjir pada 10 tahun lalu sehingga mereka memiliki tempat tinggal yang aman.

Kepala sekolah itu sungguh sangat mengagumkan. Singkat kata, ini semua patut kita kenang. Sebenarnya, hal seperti ini, saya sudah lupa sejak lama, tetapi melalui kilas balik masa lalu, saya teringat kembali satu demi satu kenangan itu. Pada saat itu, kepala sekolah itu sama sekali tidak tahu bahwa Tzu Chi telah membantu warga korban bencana membangun rumah dan baru mengetahuinya saat bekerja di sekolah itu.


Mendengar interaksi insan Tzu Chi dengan pemilik rumah dan kisah yang mereka bagikan, kepala sekolah itu semakin tersentuh. Seperti inilah kehidupan. Dengan hati yang polos, kita memuji orang atas perbuatan baik mereka. Hal yang benar, lakukan saja. Seperti inilah kita membangun pikiran baik. Berhubung kita mungkin tidak tahu semua sejarah Tzu Chi, kita membutuhkan penerima bantuan atau relawan Tzu Chi yang terlibat untuk berbagi dengan kita.

Lewat interaksi dan cerita mereka, kita mampu memahami yang terjadi pada masa lalu. Dengan demikian, banyak kisah nyata dan kisah yang menyentuh dapat disajikan untuk diingat semua orang. Ini semua harus kita kenang. Kita telah melihat proses bantuan Tzu Chi di Pingtung pada bencana Topan Morakot. Kita tidak hanya membangun rumah permanen di Kaohsiung saja, tetapi juga di Kabupaten Pingtung.

Singkat kata, ini semua berkat kekuatan cinta kasih insan Tzu Chi. Dengan berjalan di Jalan Bodhisatwa, mereka dapat melihat semua makhluk dengan penuh welas asih, mendengar penderitaan mereka, dan memberikan bantuan. Inilah yang harus Bodhisatwa latih dan pelajari.

 

Membantu orang yang menderita dan bersumbangsih dengan cinta kasih

Memberi bantuan bencana dengan penuh welas asih dan kebijaksanaan

Mengukir sejarah secara nyata di dunia

Bersama-sama menghimpun cinta kasih dengan niat baik

 

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 26 Februari 2019

Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina, Lilie

Ditayangkan tanggal 28 Februari 2019

Bila sewaktu menyumbangkan tenaga kita memperoleh kegembiraan, inilah yang disebut "rela memberi dengan sukacita".
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -