Ceramah Master Cheng Yen: Mengenang perakitan rumah sementara di Filipina.
Karena Tzu Chi didirikan di Filipina pada 23
tahun yang lalu, barulah insan Tzu Chi bisa bersumbangsih di sana selama 20
tahun lebih ini. Setiasp kali terjadi bencana besar di sana, insan Tzu Chi
Filipina selalu mengemban tanggung jawab untuk menyalurkan bantuan. Saat Ormoc diguncang
gempa dahsyat, insan Tzu Chi segera memberi bantuan dan perhatian di lokasi
bencana.
Bagi warga yang rumahnya roboh, kita juga
menyediakan rumah sementara bagi mereka. Kita mengirimkan kerangka rumah
sementara ke lokasi bencana dan telah mendirikannya. Seorang pastor juga hadir
untuk melakukan pemercikan air suci agar warga bisa pindah ke sana dengan
tenang. Ini sungguh tidak mudah. Saya sangat tersentuh dan bersyukur.
Kita juga melihat relawan kita di Yordania terus
memberikan bantuan biaya pengobatan di kawasan kamp pengungsi. Selama beberapa
tahun ini, insan Tzu Chi bukan hanya memperhatikan kebutuhan hidup para
pengungsi, tetapi juga kesehatan mereka. Lihatlah para pengungsi itu. Betapa
menderita dan sulitnya kondisi mereka. Karena terpaksa mengungsi, mereka
merasakan penderitaan yang tak terkira. Insan Tzu Chi di Yordania terus
mengunjungi mereka dan berinteraksi dengan mereka.
Kita juga melihat bagaimana insan Tzu Chi Afrika
menyerap Dharma ke dalam hati dan menjalankan ikrar dengan keyakinan yang
teguh.
Cinta kasih Tzu Chi mengelilingi dunia
Di seluruh penjuru dunia
Mengelilingi seluruh dunia
Cinta kasih Tzu Chi mengelilingi dunia
Kami
akan sukses karena memiliki ajaran Master
Kami telah menyaksikan ajaran Master
Kami akan menjangkau berbagai tempat
Untuk menolong orang yang menderita
Kami telah menyaksikan ajaran Master
Kami akan memperhatikan semua makhluk
Bagai
seorang ibu
Master menemukan kami di tanah yang tandus
Master membangkitkan kami
Master Cheng Yen
Bagaimana
Master menemukan kami
Meski nyanyian tadi terdengar seperti sambung-menyambung,
tetapi sesungguhnya, itu dinyanyikan di negara yang berbeda-beda. Inilah
relawan kita di Afrika. Lihatlah para Bodhisatwa ini. Hidup mereka juga serba
kekurangan. Namun, mereka bisa menyerap Dharma ke dalam hati dengan penuh
ketulusan meski harus mengatasi berbagai kesulitan.
Untuk mendengar Dharma, mereka harus naik
opelet. Opelet di sana berkapasitas 9 tempat duduk. Namun, opelet berkapasitas
9 tempat duduk itu mengangkut lebih dari 20 orang. Seorang relawan yang tulang
kakinya retak tetap bersiteguh mendengar Dharma.
“Dari rumah saya, saya harus ganti kendaraan tiga
kali. Tentu, juga ada rute lain, tetapi saya harus ganti kendaraan empat kali.
Pada dasarnya, perjalanan saya menghabiskan waktu 3,5 jam,” kata seorang
relawan.
Dia tetap mendengar Dharma meski kakinya
terluka. Ini sungguh sangat menyentuh. Lihatlah, begitu banyak orang yang
antusias mendengar Dharma.
“Amitabha. Berikan penghormatan”.
Mereka mundur untuk memberi penghormatan.
Dilihat dari belakang, panjangnya barisan yang mundur sungguh menakjubkan.
Lihatlah, mereka mundur dengan khidmat. Mereka tidak menegakkan tubuh mereka karena
sedang memberi penghormatan. Setelah diberi instruksi mundur, mereka pun
mundur. Mereka juga melepas alas kaki. Sesungguhnya, di dalam tidak ada yang
istimewa, juga tanah berpasir seperti di luar. Namun, mereka merasa bahwa itu
adalah aturan yang harus ditaati.
Mereka menyusun alas kaki di luar dengan rapi, lalu
masuk ke dalam yang juga tanah berpasir. Sesuai aturan, mereka melepas alas
kaki di luar garis pembatas dan menyusunnya dengan rapi. Kegiatan ini sudah
diadakan cukup lama dan tetap diikuti banyak orang. Bagaimana mereka memahami
ceramah saya? Denise menerjemahkannya ke dalam bahasa Inggris. Kemudian,
relawan lain menerjemahkannya ke dalam bahasa Portugis yang diterjemahkan lagi ke
dalam bahasa setempat.
Setelah mereka memahami Dharma, Denise pun
meminta mereka untuk menciptakan sebuah lagu. Mereka langsung menciptakan lagu dengan
lirik yang sangat menyentuh. Mereka menuangkan isi hati mereka dan ajaran
kebajikan ke dalam lagu. Mereka bahkan bisa menampilkan ajaran kebajikan lewat
sandiwara. Sutra Bakti Seorang Anak juga ditampilkan lewat sandiwara di
Mozambik. Mereka menampilkannya dengan cara mereka. Sandiwara yang ditampilkan
bukanlah fiksi, melainkan kisah nyata seorang relawan setempat.
“Sesungguhnya, dahulu saya sering melakukan hal-hal
yang ditampilkan dalam sandiwara. Meski dahulu saya membangkang dan tidak
menghormati ibu saya, tetapi dia tetap mendampingi saya. Dia terus mengajari
saya bagaimana berinteraksi dengan orang lain dan bagaimana menapaki jalan yang
benar demi masa depan yang lebih baik. Saya ingin lebih banyak belajar.
Tzu Chi telah mengajari saya banyak hal. Setelah
mendalami ajaran Master, saya bisa menolong orang lain. Saya dengan senang hati
menolong setiap orang yang membutuhkan. Saya juga memahami bahwa yang
dibutuhkan orang-orang bukan hanya bantuan materi, tetapi juga cinta kasih
tanpa pamrih.
Kini dia menjadi seorang insan Tzu Chi yang
sangat tulus dan sangat berdedikasi. Singkat kata, mereka selalu sangat tulus. Meski
terdapat perbedaan bahasa, tetapi mereka yakin pada ajaran saya.
“Yang membuat saya sangat terharu adalah saat mereka mempelajari
sesuatu yang berbeda dengan yang mereka ketahui. Saya bertanya pada setiap
relawan, “Yang mana yang kalian percayai?” Mereka menjawab, “Kami percaya pada
ajaran Master”, cerita Denise Tsai, relawan Tzu Chi.
Kami berada di sini bukan tanpa alasan.
Segala sesuatu yang kami lakukan bermakna
Master Cheng Yen
Kami tahu akan mendapat ajaran Master
Ini lebih penting dari apa pun
Ajaran
Master adalah kekuatan untuk maju
Bayangkanlah bagaimana mereka mendengar dan
mempraktikkan Dharma. Ini sungguh menyentuh. Terlebih, ceramah saya harus
melalui tiga atau empat kali penerjemahan agar mereka dapat memahaminya.
Setelah memahaminya, mereka menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Bagaimana
bisa saya tidak mengasihi mereka? Tindakan mereka sungguh sangat menyentuh.
Kisah yang menyentuh sangatlah banyak. Intinya,
kalian harus menonton Da Ai TV pada hari Minggu. Kalian harus meluangkan waktu
untuk menonton Da Ai TV agar bisa mengetahui bagaimana kehidupan kita dan mereka,
bagaimana pelatihan diri kita dan mereka, serta bagaimana mereka mengatasi
kesulitan.
Mengenang perakitan
rumah sementara di Filipina
Insan Tzu Chi
Yordania terus memberikan bantuan biaya pengobatan
Mengatasi berbagai
kesulitan untuk mendengar Dharma
Relawan di Afrika memiliki hati yang tulus
Ceramah Master Cheng Yen tanggal 10 November 2017
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia,
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina