Ceramah Master Cheng Yen: Mengenang Perjalanan Tzu Chi Indonesia
Tzu Chi sudah berdiri setengah abad. Kita telah menyalurkan bantuan ke setengah dari jumlah negara di dunia. Meski ini adalah sebuah proyek yang besar, tetapi masih banyak tempat yang belum terjangkau oleh kita.Tentu saja, kita sangat berharap dunia dapat aman dan tenteram serta tidak membutuhkan bantuan. Namun, di negara yang sangat makmur sekalipun tetap ada orang yang hidup menderita.
Relawan Tzu Chi telah menjangkau lima benua di dunia. Relawan Tzu Chi telah tersebar di lima benua. Contohnya Indonesia. Tzu Chi Indonesia bermula dari seorang pengusaha asal Taiwan yang pergi ke Indonesia. Istri dari pengusaha ini, Su-mei, membantu orang-orang di Indonesia dengan hati penuh cinta kasih. Saat terjadi bencana di sana, dia segera menghubungi kita. Demikianlah benih Tzu Chi mulai tumbuh di Indonesia.
Sekelompok kecil relawan di sana mulai membantu orang-orang yang membutuhkan. Saat melihat orang yang hidup kekurangan, mereka pun pergi memberikan penghiburan dan bantuan. Dimulai dari sekelompok kecil relawan, perlahan-lahan Tzu Chi mulai berkembang di sana. Salah seorang relawan kita adalah Ibu Murdaya. Dia mengelola bisnis yang besar dan telah menginspirasi banyak orang untuk berbuat baik. Perlahan-lahan, dia mengenal relawan Tzu Chi di Indonesia dan mulai bergabung dengan mereka. Setelah bergabung, mereka mulai menjangkauorang-orang di wilayah pedesaan.
Setelah menstabilkan misi amal Tzu Chi, mereka mulai memberikan bantuan obat-obatan dan makanan kepada orang yang membutuhkan. Seorang relawan kita yang lain adalah Chia Wen-yu yang merupakan sekretaris Bapak Eka Tjipta Widjaja. Dia memiliki hubungan yang baik dengan Su-mei. Setiap kali terjadi bencana di Indonesia, ia akan segera melaporkannya kepada Bapak Eka Tjipta Widjaja. Lalu, Bapak Eka Tjipta Widjaja akan memberikan dukungan sehingga para relawan perempuan di sana dapat melakukan banyak hal. Selama masa-masa itu, misi Tzu Chi di Indonesia diemban oleh para relawan perempuan.
Pada tahun 1998, terjadi ketegangan yang memicu terjadinya kerusuhan, penjarahan, dan pembakaran. Banyak pengusaha yang menderita kerugian besar. Beberapa bank dan pasar swalayan juga terbakar. Situasi saat itu sangat berbahaya. Banyak pengusaha besar yang meninggalkan negara itu. Akan tetapi, para relawan perempuan kita sangat berani dan tetap tinggal di sana.
Para penerima bantuan Tzu Chi juga mulai memberi dukungan. Melihat relawan kita berasal dari Taiwan,
mereka pun mulai melindungi relawan kita.Beberapa relawan Tzu Chi perempuantetap menjalankan misi amal di sana. Saat kobaran api menyala, bukan hanya toko milik warga Tionghoa yang terbakar, tetapi rumah milik warga lainnya juga terkena dampaknya. Pascakerusuhan itu beberapa relawan perempuan kita mulai menyalurkan bantuan. Mereka tetap melanjutkan pembagian bantuan.
Melihat hal tersebut, beberapa pengusaha sangat tersentuh. Karena itu, Bapak Eka Tjipta Widjaja memberikan dukungan penuh untuk sekretarisnya dan Tzu Chi. Sejak saat itu, kita menerima dukungan penuh dari pengusaha setempat. Tidak lama kemudian, Bapak Eka Tjipta Widjaja membawa anaknya ke Taiwan. Bapak Eka Tjipta Widjaja adalah umat Kristen, tetapi beliau membawa anaknya ke Hualien untuk menyatakan berguru pada saya. Sesungguhnya, bank miliknya juga terbakar.
Saya berkata padanya, “Kalian harus tetap tinggal di sana untuk bersumbangsih bagi Indonesia.” Setelah perusahaannya mulai mendukung Tzu Chi, perusahaan-perusahaan lain yang menjalin relasi dengannya juga ikut mendukung Tzu Chi. Sejak saat itu, relawan Tzu Chi Indonesia mulai membagikan bantuan beras kepada warga setempat selama beberapa tahun berturut-turut. Mereka membagikan bantuan beras bulanan secara rutin.
Beberapa pengusaha juga mengajak karyawan mereka untuk membantu memanggul beras. Warga setempat mulai melihat kekuatan cinta kasih relawan Tzu Chi yang tidak terputus. Mereka bukan hanya menyalurkan bantuan sekali. Selama 12 bulan dalam setahun, mereka terus membagikan bantuan dan mencurahkan perhatian bagi warga lokal. Kegiatan itu mereka lakukan selama 5 tahun. Kini bisnis warga Tionghoa sangat berkembang. Kehidupan warga Indonesia juga sangat stabil.
Saat itu, kondisi Kali Angke juga sangat memprihatinkan. Pascabanjir besar pada tahun 2002, banyak orang bergerak untuk memberikan bantuan. Saya menyarankan mereka untuk melakukan program 5P. Yang pertama adalah melakukan penyedotan air. Setelah airnya disedot, segera lakukan upaya pembersihan dan penyemprotan kuman. Lalu, dilanjutkan dengan mengadakan baksos pengobatan dan upaya pembersihan Kali Angke.
Saya menyarankan mereka membangun rumah bagi warga yang tinggal di bantaran kali. Para relawan berkata bahwa ini merupakan proyek besar. Saya memberi tahu mereka bahwa asalkan mereka bersungguh hati dan bersedia bersumbangsih untuk membersihkan Kali Angke, maka mereka dapat membuat seluruh Jakarta bersinar. Karena proyek Kali Angke inilah, kita membangun Perumahan Cinta Kasih Tzu Chi.
Saudara sekalian, saya ingin memberi tahu kalian bahwa asalkan ada tekad, maka kita akan memiliki kekuatan. Asalkan berbuat baik, maka kita akan memperoleh berkah. Jadi, kalian sungguh harus bekerja sama dengan kesatuan hati dan harmonis. Jika dapat demikian, maka berarti kalian telah memberikan dukungan terbesar dan persembahan paling tulus kepada saya.
Seumur hidup ini, saya hanya memiliki satu tekad, yakni bertekad untuk menapaki Jalan Bodhisatwa. Saya mendedikasikan seumur hidup saya untuk menjalankan dua pesan dari guru saya. (Berjuang demi ajaran Buddha dan demi semua makhluk) Ya, dua kalimat ini merupakan misi saya, yakni berjuang demi ajaran Buddha dan demi semua makhluk.
Saya sungguh-sungguh memanfaatkan waktu untuk mengemban misi saya. Bagaimana dengan kalian? Apakah kalian juga sama?(Ya).Baik.Selain mengemban misi Tzu Chi,kalian juga harus mengikutilangkah saya dengan rapatserta bekerja sama dengankesatuan hati dan harmonis.Kita juga harus memiliki semangat seperti para pengusaha di Indonesia. Kita harus membuat orang-orang tahu apa manfaat yang diberikan Tzu Chi bagi komunitas. Tzu Chi memberikan bantuan di saat ada orang yang membutuhkan. Pada saat kondisi aman dan tenteram, kita juga hendaknya membalas budi komunitas. Inilah yang harus kita lakukan.
Bodhisatwa sekalian, kita harus sangat bersungguh hati. Sebagai relawan Tzu Chi, kita harus mewariskan ajaran Jing Si dan membangun mazhab Tzu Chi. Ajaran Jing Si bagaikan air yang dapat membasahi benih kebajikan untuk menumbuhkan jiwa kebijaksanaan. Mazhab Tzu Chi bagaikan bumi dengan gunung yang tinggi dan tanah yang tebal mengandung Dharma. Kita semua harus lebih bersungguh hati.
Mengenang perjalanan Tzu Chi di Indonesia
Satu benih tumbuh menjadi tak terhingga dan senantiasa menghimpun cinta kasih
Menjalankan program 5P untuk membersihkan Kali Angke
Mazhab Tzu Chi bagaikan gunung yang tinggi dan tanah yang tebal mengandung Dharma
Ceramah Master Cheng Yen tanggal05 Februari 2017
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina
Ditayangkan tanggal07 Februari2017