Ceramah Master Cheng Yen: Mengenang Sejarah dan Mempertahankan Tekad Awal

Dua hari lalu ialah tanggal 17 Agustus. Pada hari itu 33 tahun yang lalu, RS Tzu Chi Hualien diresmikan. Sebelum RS Tzu Chi Hualien diresmikan, kita mengalami banyak kesulitan dalam proses pembangunan. Kesulitan pertama ialah mencari lahan. Tentu saja, orang yang tahu jelas dan bisa berbagi tentangnya tidak banyak. Lebih banyak orang yang tahu tentang peletakan batu pertama dan peresmian. Selain itu, juga ada Majalah Bulanan Tzu Chi yang mendokumentasi berbagai kegiatan Tzu Chi. Kisah yang menyentuh sangat banyak.

Sesungguhnya, kita mengadakan dua kali peletakan batu pertama untuk RS kita. Lahan kita pertama kali mengadakan peletakan batu pertama dipenuhi semak belukar dan sangat luas. Demi menghemat uang, para anggota komite dan Tzu Cheng membersihkan lahan itu dengan sabit dan mesin pemotong rumput.

Saya masih ingat pada tanggal 23 bulan 12 Imlek tahun itu, yakni sehari sebelum hari pembagian bantuan bulanan, berhubung itu merupakan pembagian bantuan terakhir tahun itu, insan Tzu Chi dari seluruh Taiwan kembali ke Griya Jing Si untuk mengemas barang bantuan. Dengan demikian, kita bisa membagikan barang bantuan pada penerima bantuan sehingga mereka bisa melewati Tahun Baru Imlek dengan baik.

 

Saya berpikir, “Semua relawan kembali ke Griya Jing Si, mengapa peletakan batu pertama tidak diadakan pada hari ini saja?” Dengan demikian, anggota komite dan Tzu Cheng kita tidak perlu kembali dua kali. Karena itu, kita segera mempersiapkan lahan karena waktunya hampir tiba. Sehari sebelum peletakan batu pertama, tiba-tiba turun hujan. Apa yang kita lakukan? Insan Tzu Chi sangat genius. Mereka mengumpulkan sekam padi dan menaburnya di atas tanah sehingga lahan tersebut terlihat berwarna keemasan.

“Saat itu, ada 12 anggota Sangha yang menghadiri peletakan batu pertama. Itu merupakan upacara besar dalam komunitas Buddhis. Saat itu, kita mengundang Master Hsing Yun untuk memberikan ceramah. Berhubung turun hujan, maka Master Hsing Yun berkata bahwa tetes-tetes air hujan bagaikan embun Dharma yang manis yang terus berjatuhan di atas lahan pembangunan rumah sakit itu. Beliau juga mengimbau insan mulia di tengah masyarakat untuk menghimpun tetes demi tetes kekuatan guna mendukung pembangunan rumah sakit. Beliau bertanya, “Apakah kalian tahu bagaimana para Buddha dan Bodhisatwa datang ke sini?” Berhubung saat itu ada angin dan hujan, beliau berkata, “Para Buddha, Bodhisatwa, dan Makhluk Pelindung Dharma datang dengan angin dan hujan. Jadi, turunnya hujan hari ini menandakan para Buddha dan Bodhisatwa hadir di lokasi upacara ini.” Saya mengenang sejarah-sejarah ini. Saya memiliki jalinan jodoh untuk mendokumentasi kegiatan-kegiatan Tzu Chi. Semua artikel yang dimuat di Majalah Bulanan Tzu Chi adalah fakta. Jadi, saya sangat bersyukur kepada Master. Jika tahun ini Master tidak berkata bahwa jangan melupakan tahun itu, saya yakin kita akan melupakan banyak sejarah Tzu Chi,” tutur Li hui-ying, Relawan Tzu Chi.


Upacara peletakan batu pertama untuk pertama kalinya dihadiri oleh banyak anggota Sangha. Upacara berlangsung dengan khidmat. Semua orang dipenuhi sukacita karena di atas lahan itu akan didirikan sebuah rumah sakit. Namun, apakah kini RS Tzu Chi Hualien didirikan di atas lahan itu? Bukan. Setelah itu, diumumkan bahwa lahan tersebut akan digunakan untuk kepentingan militer. Rencana pembangunan rumah sakit kita pun dibatalkan. Apa yang kita lakukan? Kita kembali mencari lahan lain.

Tentu saja, saat mencari lahan kedua, kita juga mengalami berbagai kesulitan. Akhirnya, kita membangun rumah sakit di atas lahan yang lebih dekat dengan pusat perkotaan Hualien. Ini sungguh luar biasa. Tentu saja, dalam proses ini, banyak orang yang memberikan dukungan. Sungguh luar biasa kita bisa mengadakan peletakan batu pertama untuk kedua kalinya.

Kali ini, kita sungguh membangun sebuah rumah sakit. Pembangunan yang semula butuh waktu 3 tahun rampung dalam waktu 2 tahun 3 bulan. Saya sangat bersyukur kepada kontraktor kita, Bapak Lü. Beliau dan para pekerja konstruksi tersentuh oleh insan Tzu Chi dan memburu waktu untuk merampungkan pembangunan demi membantu Tzu Chi menghemat biaya.


Saya tentu sangat bersyukur. Namun, pembangunan yang rampung 9 bulan lebih awal juga merupakan tantangan bagi saya. Setelah pembangunan rampung, para pekerja juga memburu waktu untuk menyelesaikan pengerjaan interior. Jadi, kita harus mencari tenaga kerja dalam waktu singkat. Dahulu, kita selalu berpacu dengan waktu. Setelah pembangunan tahap pertama rampung, rumah sakit kita sudah bisa digunakan setelah dibersihkan.

Pada hari Minggu, relawan kita memiliki waktu luang dan pergi membersihkan rumah sakit sehingga bisa langsung digunakan. Pengobatan gratis selama setengah bulan pun dimulai.

Kita bisa mengenang banyak kisah menarik. Mantan kepala RS kita, dr. Chen Ing-ho, merupakan dokter pertama yang mendedikasikan diri di RS kita. Sejak rumah sakit kita diresmikan, beliau membantu memasang banyak peralatan medis di ruang operasi dan ruang lainnya. Suatu kali, saya melihat beliau di koridor dan merasa heran mengapa beliau berjongkok di sana. Ternyata, meja operasi sudah datang dan beliau sedang memasangnya. Beliau merupakan tenaga medis pertama yang memasang sekrup pertama untuk peralatan medis. Beliau sudah bergabung dari awal. Semua ini kenangan penuh kasih sayang.

Ada banyak kisah luar biasa tentang tahun itu, orang itu, dan tekad mereka yang masih terbayang jelas dalam benak saya. Jadi, kita harus mengenangnya. Kini kita memiliki banyak relawan senior. Saya berharap kalian dapat mengenang dan mencatat apa yang kalian ingat. Semua itu merupakan sejarah dan jejak langkah Tzu Chi.

Mengenang perjalanan pembangunan RS Tzu Chi Hualien
Bekerja keras menjalankan ikrar yang penuh welas asih
Mempertahankan tekad awal dan menjadi teladan
Mengenang sejarah yang penuh jalinan kasih sayang yang panjang

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 19 Agustus 2019
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia,
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina
Ditayangkan tanggal 21 Agustus 2019

Hadiah paling berharga di dunia yang fana ini adalah memaafkan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -