Ceramah Master Cheng Yen: Mengenang Sejarah dan Menelusuri Jalinan Jodoh Tzu Chi

Hari ini kalian memberi persembahan sepanjang hari. Kalian berbagi pengalaman pada pagi hari dan mempersembahkan pementasan pada sore hari. Hari ini merupakan sejarah bagi esok hari. Kemarin merupakan sejarah bagi hari ini.

Kemarin, saya datang ke Taipei. Tahukah kalian bahwa jalinan jodoh Tzu Chi dan Taipei telah terbentuk selama 45 tahun? Jalinan jodoh Tzu Chi dan Taipei telah terbentuk begitu lama. Jing Ming merupakan relawan Tzu Chi pertama di Taipei. Setelah mengenal saya, dia membeli sebuah rumah baru dan menyediakan sebuah ruangan untuk saya jika saya berkunjung ke Taipei. Dia berkata, “Jika Master datang ke Taipei dan tidak ada tempat bermalam, Master bisa bermalam di sini.”

Rumah Jing Ming merupakan tempat bermalam pertama saya di Taipei. Rumahnya berada di Sanchong. Saya sungguh sangat bersyukur. Jing Ming sangat ahli menginspirasi relawan baru. Ada tiga orang kakak beradik yang dibimbing oleh Jing Ming dari donatur menjadi relawan Tzu Chi. Mengenang sejarah pada masa-masa awal, saya sungguh sangat bersyukur.

Setelah menjalankan misi amal Tzu Chi sekitar sepuluh tahun, saya mulai berpikir untuk membangun RS karena setelah memberi pelayanan medis gratis, saya merasakan bahwa kemiskinan dan penyakit bagaikan anak kembar. Karena itu, saya mulai berpikir untuk membangun sebuah rumah sakit di Hualien.

Di Taipei, rumah Jing Ying merupakan tempat terluas bagi kita. Lantai bawah ditempati oleh Bapak Song Du-zhi. Saat banyak orang yang datang, kita akan pergi ke rumahnya untuk meminjam dapurnya sehingga terbentuklah jalinan jodoh. Ternyata, Bapak Song Du-zhi bekerja di bidang konstruksi. Untuk membangun rumah sakit, saya juga membutuhkan tenaga ahli konstruksi. Jadi, di rumah Jing Ying, saya mengenal banyak orang dengan berbagai latar belakang.

Di rumah Jing Ying, saya juga mengenal istri dr. Tseng yang merupakan ibu angkat Jing Ying. Jing Ying sangat ahli tarik-menarik. Dia menarik jalinan jodoh yang baik untuk saya. Saya langsung akrab begitu bertemu. Lalu, mereka berkata kepada saya bahwa dr. Tseng merupakan wakil kepala RS Universitas Nasional Taiwan dan seorang dokter yang baik. Saya pun segera berkunjung ke rumah Ibu Tseng. Wakil Kepala RS Tseng benar-benar sangat ramah. Beliau mulai berbagi dengan saya tentang pengalamannya.

Saat sedang mempelajari penyakit gangren, beliau pergi ke Budai yang merupakan wilayah pedesaan. Beliau masuk ke dalam ruangan yang gelap gulita untuk menggendong pasien dan mendudukkannya di luar. Lalu, beliau mengambil air untuk mencuci kaki pasien agar bisa melihat kulit pasien.

Saya sangat tercengang mendengarnya. Saya merasa bahwa seperti inilah dokter yang saya inginkan. Saya tidak menyerah padanya. Saat itu, Wakil Kepala RS Tseng juga berinisiatif untuk membantu. Beliau berkata, “Ini tidak masalah. Saya juga bisa mengajak dokter lain dari RS Universitas Nasional Taiwan. Ada seorang wakil kepala rumah sakit yang merupakan dokter yang sangat baik. Saya bisa mengajaknya untuk bergabung. Jika Master ingin membangun rumah sakit, saya bisa mengajaknya untuk bergabung.”

Dokter tersebut adalah dr. Tu Shih-mien. Singkat kata, ini semua berkat jalinan jodoh. Saya juga sangat bersyukur. Saat itu, tempat yang disediakan Jing Ming sudah terlalu kecil untuk kebutuhan kita. Istri kepala Dinas Kehutanan Hualien juga merupakan murid dari guru saya. Dia merasa bahwa dia harus datang mengunjungi saya. Setelah mengunjungi saya, dia pun terinspirasi dan mulai mengajak suaminya mengunjungi saya. Kemudian, dia melihat para bhiksuni di Griya Jing Si harus terus bekerja dan menerima pekerjaan yang berbeda-beda. Kondisi saat itu sungguh sangat sulit. Karena itu, dia berkata bahwa di Jalan Jinan, dia memiliki sebuah rumah yang di dalamnya terdapat beberapa mesin pembuat popok bayi. Dia berharap dapat memberikan mesin-mesin itu kepada Griya Jing Si.

Setelah menerima mesin-mesin itu dan mulai memproduksi popok bayi, kondisi kehidupan kita menjadi lebih stabil. Lalu, dia berkata, “Master, mesin-mesin itu telah dipindahkan ke sini. Namun, rumah saya masih kosong dan saya tidak ingin menyewakannya. Bukankah Master ingin membangun rumah sakit? Jika tidak memiliki sebuah kantor, maka misi ini akan sangat sulit dijalankan. Rumah Jing Ming sudah terlalu kecil.”

Dia terus meminta saya untuk melihat rumahnya. Karena itu, saya pun pergi melihatnya. Rumahnya cukup bagus dan lebih luas dari rumah Jing Ming. Jadi, kita menjadikannya sebagai kantor Tzu Chi. Saat rumah sakit akan dibangun, setiap hari, dr. Tu, dr. Tseng, dr. Wang Yu-ming, dan Bapak Kao Er-pan yang merupakan arsitek datang ke kantor Tzu Chi sekitar pukul 6 sore setelah pulang kerja. Mereka makan nasi kotak di sini sambil mendiskusikan cetak biru rumah sakit dengan saksama.

Mereka mendiskusikan cetak biru yang dibuat oleh arsitek itu. Adakalanya, mereka berdiskusi hingga dini hari, baru bubar, dan pulang ke rumah. Kemudian, Relawan Li Qing-bo dan istrinya datang dan berkata, “Master, yang bisa Master lakukan di sini terbatas. Saya memiliki sebuah auditorium di Jalan Jilin. Master, tolong lihatlah auditorium itu. Jika suka, Master bisa menggunakannya.”

Auditorium yang berada di Jalan Jilin itu sangat luas dan berada di lantai tujuh. Sejak saat itu, saya pun mulai membabarkan Sutra Bhaisajyaguru di sana. Buku Sutra Bhaisajyaguru yang kalian terima sekarang merupakan ceramah saya dalam beberapa periode. Salah satu periode yang sangat penting adalah saat memberi ceramah di Jalan Jilin.

Setiap bulan, saya pergi ke sana untuk membabarkan Sutra Bhaisajyaguru. Jadi, di Jalan Jilin, saya menginspirasi banyak orang di Taipei untuk bergabung menjadi relawan. Saat itu, dengan membabarkan Sutra Bhaisajyaguru, saya telah menstabilkan fondasi Tzu Chi.

Demi membangun rumah sakit, setiap relawan bersumbangsih dengan segenap hati dan tenaga. Sepanjang perjalanan yang sangat panjang ini, kita terus membentangkan jalan cinta kasih dan memperpanjang jalinan kasih sayang. Mengenang sejarah Tzu Chi sungguh membuat orang sangat tersentuh.

Insan Tzu Chi di berbagai wilayah memiliki sejarah kontribusi masing-masing. Ini semua merupakan Sutra Agama zaman sekarang. Saya sangat berterima kasih kepada kalian yang mendampingi saya memperingati Festival Perahu Naga serta mengenang jalan cinta kasih dan jalinan kasih sayang yang terus bertahan hingga sekarang. Kenangan masa lalu kembali terbayang di benak saya.

Saya sangat berterima kasih atas kesungguhan hati dan cinta kasih kalian. Kalian harus mempertahankannya. Baiklah, semoga kalian semua dipenuhi berkah dan kebijaksanaan. Terima kasih.

Kemiskinan dan penyakit bagaikan anak kembar

Mengenang perjalanan pembangunan rumah sakit dan menelusuri jalinan jodoh

Memberi persembahan kepada Dharma dengan pementasan

Jalinan kasih sayang terus bertahan untuk selamanya

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 11 Juni 2016

Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina

Ditayangkan tanggal 13 Juni 2016

Bekerja untuk hidup sangatlah menderita; hidup untuk bekerja amatlah menyenangkan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -