Ceramah Master Cheng Yen: Mengenang Seorang Relawan Senior
“Kita sering bertugas di Aula Jing Si. Aula Jing Si adalah rumah kita. Kita harus menjaga rumah dengan baik,” kata Zhuang Shu-qin, relawan Tzu Chi.
“Kalau terdapat perbedaan pendapat dan tidak bisa mencapai kesepakatan, banyak orang yang akan meminta bantuan Kakak Zheng Zhuang agar bisa mencapai kesepakatan. Ini karena dia membina cinta kasih yang mendalam dengan orang-orang,” ujar Zheng Zhuang, relawan Tzu Chi.
“Kita sungguh harus saling membimbing, bersyukur, dan menghormati. Kita juga harus berusaha untuk menyatukan hati semua orang. Jika semua relawan bisa bekerja sama dengan harmonis, barulah kita bisa membimbing lebih banyak orang,” tambah Zheng Zhuang.
Hidup manusia tak terlepas dari hukum alam. Kita bisa melihat Zheng Zhuang. Bodhisatwa sekalian, saya juga merasa tidak rela. Namun, meski tidak rela, kita tetap harus merelakannya karena demikianlah hukum alam. Buddha mengajari kita untuk mempraktikkan cinta kasih, welas asih, sukacita, dan keseimbangan batin. Zheng Zhuang mempraktikkan cinta kasih untuk menciptakan berkah bagi dunia.
Zheng Zhuang terus memberi saya dukungan. Setiap kali bertemu, kami merasa dekat satu sama lain. Kami memiliki jalinan jodoh yang baik. Selain dia, juga ada beberapa relawan yang membuka dan membentangkan jalan. Hingga kini, sudah sekitar 32 tahun. Mari kita mengenang dan merenungkan dedikasi mereka.
Waktu berlalu dengan sangat cepat. Berkat adanya jalinan jodoh, setelah bergabung dengan Tzu Chi, mereka bisa mengikuti langkah saya dengan erat dan mendekatkan hati mereka dengan hati saya. Setiap kali melihatnya dalam beberapa tahun ini, dia selalu tersenyum dengan tegar. Saya tahu bahwa dia menderita penyakit. Namun, dia selalu berkata pada saya, “Master jangan khawatir, saya akan bertahan.”
Meski dia setiap minggu harus menjalani transfusi darah, wajahnya tetap dihiasi senyuman. Yang ada dalam pikirannya tetaplah Tzu Chi dan melindungi rumah kita ini. Ini sungguh tidak mudah. Tekad pelatihannya sangat teguh. Anggota komite kita berkata bahwa setiap kali mereka mengunjungi Zheng Zhuang, dia selalu tersenyum dan terus menyemangati mereka untuk melindungi rumah kita ini dan tetap tekun dan bersemangat dalam mengemban misi Tzu Chi.
Dia merupakan Bodhisatwa dunia teladan. Saat datang pagi ini dan berkeliling di lantai bawah, saya teringat bahwa dahulu, ketika saya datang ke sini, dia selalu berada di sisi saya. Biasanya, dari saya tiba di depan pintu, dia akan terus mendampingi saya untuk mengelilingi Aula Jing Si. Saat naik ke lantai atas, saya melihat Relawan Fan yang merupakan suami Zheng Zhuang. Saat melihatnya, saya bersyukur padanya dari lubuk hati saya. Tanpa suaminya yang terus mendukungnya, Zheng Zhuang tidak akan bisa mengemban misi Tzu Chi secara menyeluruh.
Dia bisa bersumbangsih setiap hari dengan bahagia, gembira, dan wajah yang dihiasi senyuman karena ada orang yang mendukungnya dari belakang. Dia juga sering berkata pada saya, “Suami saya memberi tahu saya bahwa saya seharusnya menyadari berkah dan tahu berpuas diri.”
Hari ini, saya juga melihat anak-anaknya. Sebagai seorang ibu, Zheng Zhuang mengurus anak-anaknya tanpa kekurangan sedikit pun. Putrinya sangat dekat dengannya. Anak-anaknya sangat sukses. Keluarganya sangat harmonis dengan fondasi cinta kasih yang kukuh. Dari sini bisa diketahui bahwa Zheng Zhuang bukan hanya mitra yang baik di Jalan Bodhisatwa. Di rumah, dia juga merupakan istri dan ibu teladan. Selain itu, dia juga merupakan teladan bagi para relawan Tzu Chi. Baik terhadap keluarga maupun sesama relawan, dia melakukan tugasnya dengan menyeluruh.
“Sebagai murid Master, saya akan menumbuhkan jiwa kebijaksanaan dari kehidupan ke kehidupan. Semoga murid-murid Jing Si di Hsinchu dapat menjaga Aula Jing Si Hsinchu, rumah kita yang indah ini, dengan baik. Selain menjaga perangkat kerasnya, kita juga harus menjaga pikiran kita. Ke dalam, kita harus menyatukan hati. Ke luar, kita harus membimbing orang-orang,” tutur Zheng Zhuang, relawan Tzu Chi.
Dia menjadikan tekad saya sebagai tekadnya. Dia berpesan kepada para relawan untuk menjaga rumah kita ini dengan baik. Selama puluhan tahun, dia bersumbangsih di Tzu Chi dengan semangat yang sama. Namun, kali ini dia tidak bisa menunggu hingga saya datang ke Hsinchu. Meski tidak rela, saya tetap harus merelakannya. Pada akhir hayatnya, dia menyumbangkan tubuhnya kepada Universitas Tzu Chi untuk membawa manfaat besar bagi dunia medis.
Kita harus mengenangnya, mendoakannya, dan menjadikannya sebagai teladan. Dia merupakan teladan bagi kita. Saya juga hendaknya meneladaninya. Bodhisatwa sekalian, kali ini, saya bersiteguh untuk keluar meski kondisi kesehatan saya kurang baik. Saya juga menggenggam waktu dan memanfaatkan kehidupan. Setiap hari dalam hidup kita bagai selembar kertas putih dalam buku harian yang harus kita isi dengan catatan yang bermakna.
Kita harus menulis buku harian yang bermakna setiap hari. Demikianlah kita memanfaatkan kehidupan untuk menumbuhkan jiwa kebijaksanaan. Dengan menulis buku harian yang bermakna setiap hari, kita bisa memupuk jodoh baik untuk bersumbangsih sebagai Bodhisatwa di kehidupan mendatang.
Bodhisatwa sekalian, kita harus menghargai satu sama lain. Kalian harus mewariskan filosofi dan semangat Tzu Chi dengan menjadikan tekad saya sebagai tekad sendiri dan hati Buddha sebagai hati sendiri. Ini harus terus diwariskan. Saya sungguh berharap di Hsinchu, filosofi dan semangat Tzu Chi dapat terus diwariskan. Saya berharap setiap murid saya dapat menumbuhkan jiwa kebijaksanaan.
Jangan merasa bahwa kita sudah lanjut usia atau bisa pensiun setelah menyerahkan tanggung jawab kepada generasi muda. Kita tidak perlu pensiun. Jalan Bodhisatwa harus ditapaki dari kehidupan ke kehidupan. Kita harus menggenggam jalinan jodoh. Jangan sampai jalinan jodoh baik terputus.
Sepenuh hati dan tekad memberi dukungan dengan cinta kasih
Menjadi teladan moralitas untuk selamanya
Mewujudkan harapan menyumbangkan tubuh
untuk membina insan berbakat
Mewariskan jalinan jodoh Dharma dengan hati Buddha dan tekad Guru
Ceramah Master Cheng Yen tanggal 10 Juli 2018
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia,
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina, Li Lie