Ceramah Master Cheng Yen: Mengendalikan Nafsu Keinginan dan Menciptakan Berkah
Buddha berkata bahwa kalpa adalah waktu yang sangat panjang dan semua makhluk terus menciptakan karma buruk kolektif. Saat karma buruk terus terakumulasi hingga kekeruhan semakin tebal, maka tibalah kalpa kerusakan. Pada kalpa kerusakan, hukum alam dan segala sesuatu di dunia ini akan mengalami kerusakan.
Kini empat unsur alam tidak selaras. Yang paling mengkhawatirkan ialah begitu banyak hutan yang terbakar. Kini kita akan memasuki kalpa kerusakan. Pada kalpa kerusakan, dunia dipenuhi Lima Kekeruhan. Dari mana kekeruhan berasal? Manusialah yang menciptakannya.
Waktu yang sangat panjang disebut kalpa. Dari generasi ke generasi, manusia terus mengakumulasi kekeruhan. Dari generasi ke generasi, nafsu keinginan manusia terhadap materi semakin besar. Barang-barang yang dikonsumsi berakhir menjadi sampah. Sampah yang kotor ini, baik ditimbun di dalam tanah maupun dibakar, akan mencemari bumi dan udara. Saat udara tercemar maka secara alami, unsur angin akan tidak selaras.
Belakangan ini, terbentuk sebuah badai yang bernama Dorian. Badai ini menimbulkan dampak bencana serius di Bahama. Banyak orang yang kehilangan nyawa dan banyak bangunan yang rusak. Saat mendarat di Carolina Utara, meski kekuatannya melemah, tetapi tetap termasuk badai berkekuatan sedang. Badai Dorian menyapu Carolina Utara dan memicu terbentuknya banyak tornado. Akibat terjangan angin dan hujan, seluruh pulau terlihat bagai lautan. Kini bencana banjir, badai, dan kebakaran terjadi silih berganti di Bumi ini.
Pascabanjir di Filipina, insan Tzu Chi menjalankan program pembersihan lewat pemberian upah dan menggerakkan banyak alat berat untuk membantu upaya pembersihan. Selanjutnya, relawan kita harus melakukan survei dari rumah ke rumah. Demikianlah proses penyaluran bantuan bencana kita.
Saat ini, ada banyak bencana yang terjadi di seluruh dunia. Orang-orang sungguh harus meningkatkan kewaspadaan terhadap bencana. Meski bumi ini sangat luas, tetapi kita semua hidup di atas bumi yang sama. Kita harus berdoa dengan tulus semoga semua makhluk aman dan tenteram.
Selain unsur alam, pikiran manusia juga bisa tidak selaras akibat ketamakan, nafsu keinginan, noda batin, dan kegelapan batin. Inilah ketidakselarasan pikiran manusia. Jika semua orang bisa tulus menyelaraskan pikiran, barulah dunia bisa aman dan tenteram. Intinya, kita semua harus bermawas diri dan berdoa dengan tulus semoga dunia aman dan tenteram. Banyak orang yang menderita di dunia ini. Jadi, penderitaan ada di seluruh dunia. Inilah kebenaran tentang pendseritaan yang Buddha ajarkan.
Di dunia ini, penderitaan ada di mana pun dan akan selalu ada sampai kapan pun. Lihatlah negara di Afrika, Zimbabwe, yang termasuk negara yang menerima bantuan jangka panjang dari kita. Badan Pertanian dan Pangan Taiwan menyumbangkan beras pada kita untuk disalurkan ke negara-negara yang paling membutuhkan. Tentu saja, Zimbabwe ialah salah satunya.
Ada seorang relawan kita yang mendapati bahwa ada sebuah sekolah yang mengadakan kelas dalam tiga sif. Murid-murid yang mengikuti kelas sore ialah yang paling kekurangan. Murid-murid ini masuk sekolah dengan menahan lapar. Karena itu, insan Tzu Chi mulai membagikan barang bantuan kepada murid-murid ini. Semua orang sangat gembira. Mereka adalah murid sekolah menengah. Jika kita membantu mereka, kelak mereka bisa hidup tenteram.
Ada lebih dari 700 murid yang menerima bantuan bahan pangan dan dipenuhi sukacita. Saat memikirkan hal ini, kita juga dipenuhi sukacita. Bantuan bahan pangan kita dapat mengatasi kelaparan mereka dalam jangka pendek dan sangat bermanfaat. Kita bisa membayangkan betapa gembiranya mereka.
Jika setiap orang bisa menghemat sedikit kebutuhan sehari-hari, sedikit uang, atau sedikit beras, ada banyak korban bencana dan orang yang menderita yang bisa tertolong. Jadi, setelah melihat penderitaan, kita harus menyadari berkah dan lebih banyak menciptakan berkah.
Nafsu keinginan mendatangkan penderitaan dan bencana
Bermawas diri dan berhati tulus serta berpikiran selaras
Anak-anak kurang mampu masuk sekolah dengan menahan lapar
Menenteramkan kehidupan dengan memberi bahan pangan dan kebahagiaan