Ceramah Master Cheng Yen: Mengendalikan Pikiran dan Menjaga Sila
Dunia saat ini begitu penuh penderitaan. Kondisi seperti ini mudah memengaruhi pandangan dan arah pemikiran kita. Emosi atau perasaan yang dirasakan banyak orang membuat manusia cenderung mudah terprovokasi.
Belakangan ini kita merasa tidak tenang akibat merebaknya wabah. Virus penyakit telah menyebar ke seluruh dunia. Wabah ini telah menjadi perhatian seluruh dunia. Semua orang merasa cemas dan tidak tenang. Kini kita sudah tahu bahwa virus ini berasal dari hewan. Virus ini ada di dalam tubuh hewan. Namun, hewan memiliki sistem imun sendiri sehingga tidak terinfeksi virus itu.
Mulanya virus ini tidak menular kepada manusia. Namun, manusia kemungkinan besar telah mengakumulasi karma buruk membunuh yang berat di samping terus mengembangkan peternakan. Dahulu, ayam dan bebek dipelihara di lingkungan yang alami di pedesaan. Kini kondisinya berbeda. Kini bebek diternak dekat dengan perkotaan karena bangunan semakin lama semakin banyak. Bukan hanya peternakan semakin dekat dengan permukiman penduduk, bahkan hewan-hewan diternak di tempat yang padat. Baik ayam, bebek, babi, sapi, maupun yang lainnya diternak dalam kondisi lahan yang tidak luas.
Hewan-hewan itu diternak dalam ruang yang padat dan lingkungan yang buruk. Mereka dipelihara di dalam kandang yang sempit. Bayangkan, jika ruang antarmanusia begitu padat dan sempit, penyakit tentu mudah menular. Jika tempat tinggal manusia terlalu sempit dengan sirkulasi udara yang buruk, manusia tentu sulit untuk tetap sehat. Begitu pula dengan unggas dan hewan ternak. Hewan-hewan itu dipelihara di lingkungan yang padat dan sempit. Saat seekor hewan terkena penyakit, yang lain akan mudah tertular. Hewan yang berpenyakit ini lalu dikonsumsi oleh manusia sehingga penyakit itu menular pada manusia.
“Virus penyakit COVID-19 ini kita tahu juga berasal dari makanan. Master juga telah mengatakan bahwa kita hendaknya memulai dari bervegetaris untuk menyelesaikan masalah ini. Bervegetaris dapat memberi kita tubuh yang sehat, juga memberi kita Bumi yang sehat,” kata Liao Guo-cai relawan Tzu Chi.
“Jangan berpikir bahwa bervegetaris itu sulit. Sesungguhnya, ini mudah sekali. Anda hanya perlu mengganti daging dengan tahu atau makanan berprotein lainnya. Saat masak, Anda cukup tidak menaruh daging, itu sudah cukup,” kata Huang Li-yin relawan Tzu Chi.
Kita seharusnya tahu bahwa penyakit ini tidak seharusnya menjangkiti manusia. Kita harus melakukan pencegahan. Yang paling mengkhawatirkan ialah kepanikan orang-orang.
Wabah penyakit kali ini adalah pandemi terbesar abad ini dan sudah mendunia. Ini tentu sangat mengkhawatirkan. Jadi, dalam kehidupan sehari-hari, kita semua harus memperhatikan perubahan cuaca. Kita dapat memperhatikan kebutuhan tubuh kita, tetapi dapatkah kita memperhatikan mental kita dan senantiasa meningkatkan kewaspadaan? Dapatkah kita menjaga pikiran kita dengan baik? Ini semua bergantung pada apakah kita cukup tekun dalam berlatih sebagai praktisi buddhis. Adakah jalan pelatihan diri kita menyimpang? Jika ya, kita harus segera menemukan kembali ketulusan dan ketekunan kita untuk berlatih. Jadi, kita harus senantiasa mengingatkan diri sendiri.
“Gunakan kesempatan ini untuk memperlambat langkah kita. Di saat yang sama, kita harus terus menyelami Dharma dan menumbuhkan jiwa kebijaksanaan kita,” kata Li Shao-bin relawan Tzu Chi.
“Bukan hanya bervegetaris, kita juga harus berikrar untuk menjalankan praktik nyata serta lebih aktif melindungi semua makhluk dengan cinta kasih,” kata YM. De Rang relawan Tzu Chi.
“Kami berharap para relawan sekalian, di tengah kondisi wabah saat ini, dapat menenangkan hati masing-masing karena menenangkan hati sangatlah penting. Dengan begitu, barulah kita dapat menenangkan hati orang-orang di sekitar kita,” kata Chen Shan-shan relawan Tzu Chi.
Sudahkah kita senantiasa menggunakan air ini untuk membersihkan pikiran awam kita yang penuh kegelapan dan noda batin? Keseharian kita tak dapat lepas dari air. Kita membutuhkan air untuk bertahan hidup. Namun, kita tak menyadari bahwa jiwa kebijaksanaan kita juga membutuhkan air. Jiwa kebijaksanaan kita harus dijaga kemurniannya. Untuk itu, kita membutuhkan Dharma. Ajaran Buddha membuat kita mampu menjaga kemurnian hakikat sejati kita. Saat ada kekotoran, kita harus segera membersihkannya.
Saudara sekalian, Buddha ingin membimbing kita agar kita dapat senantiasa mengendalikan pikiran kita. Kita harus mengendalikan pikiran kita bagaimanapun kondisi yang kita hadapi. Kita harus menghadapinya dengan rasa syukur serta memberi perhatian dengan penuh pengertian dan lapang dada. Dengan demikian, wabah akan segera berakhir. Jika setiap orang tidak bersedia menenangkan batin, semua instansi terkait yang menangani wabah ini tidak akan dapat berbuat banyak. Ini karena orang-orang panik. Jika orang-orang panik, bagaimana mereka dapat menangani masalah wabah dengan hati yang tenang? Jadi, jika kita berharap wabah kali ini dapat segera berlalu, kita harus menenangkan hati kita.
Saudara sekalian, harap semua bersungguh hati. Kita harus senantiasa mengendalikan pikiran kita. Jika pikiran terkendali, barulah lingkungan kita akan penuh harapan dan daya hidup. Karena itu, saya selalu berpesan agar semua orang lebih bersungguh hati.
Wabah terbesar abad ini membawa kepanikan
Memeriksa kembali apakah pelatihan diri
sudah sesuai ajaran
Menumbuhkan jiwa kebijaksanaan dengan air
Dharma
Senantiasa mengendalikan dan menenangkan
pikiran
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina, Stella
Ditayangkan tanggal 29 Maret 2020