Ceramah Master Cheng Yen: Mengerahkan Potensi untuk Melenyapkan Penderitaan
“Master terus berpesan agar kitatidak melupakan tahun itu. Saya dilantik pada tahun 2009. Pada Hari Ayah 8 Agustus tahun itu, kami sangat sibuk membuat banyak kue tar. Namun, kami mendengar peristiwa di Xiaolin. Relawan senior saat itu berkata bahwa jika bersedia, kita bisa menyediakan roti untuk orang-orang makan. Sejak saat itu, jalinan jodoh bermula. Baik pada peristiwa ledakan gas, bencana topan Morakot, gempa bumi di Tainan, banjir di Chiayi, banjir di Pingtung, bencana topan di Taitung, maupun gempa di Hualien, bahkan pada bencana-bencana di luar negeri, jika kami dapat menjangkau daerah itu, kami pasti segera tiba dan mengantarkan roti,” kata Fang Han-wu, relawan Tzu Chi.
“Jika tidak bisa, kami akan mengadakan bazar. Tentu, saya paling berterima kasih kepada tim saya karena saya hanya perlu membuka mulut. Tim sayalah yang mengerjakan semuanya dengan bantuan para relawan,” lanjut Fang Han-wu.
“Kita tentu tidak berharap bencana datang, tetapi saat bencana datang, kami mendapat arahan dari Kakak Fang agar mengerahkan para staf kami untuk bersama-sama membuat roti cinta kasih. Roti itu akan diantarkan ke daerah bencana. Staf kami bekerja dengan penuh rasa syukur,” kata Hong Jing-jie, relawan Tzu Chi.
“Saya sangat bersyukur. ‘Jangan melupakan tekad itu’. Master berpesan agar kita merekrut lebih banyak Bodhisatwa dunia. Yang mampu saya lakukan ialah mengajak keluarga saya, staf saya, dan rekan bisnis saya untuk ikut serta. Semoga lebih banyak orang mengenal Tzu Chi dan dapat mengenal ajaran Master,” kata Fang Han-wu relawan Tzu Chi menambahkan.
Saya telah mendengar banyak kisah, dimulai dari Koki Fang. Beliau selalu mengajak para kerabat dan rekan-rekan sejawatnya untuk turut melakukan kebajikan. Dari satu orang, tumbuh menjadi tak terhingga. Saya sering mendengar beliau bercerita tentang berbagai kesan dari orang-orang yang beliau ajak dan bimbing. Saya sangat tersentuh. Setiap kali mendengar ceritanya, saya dipenuhi rasa haru yang tak terhingga.
Kita juga mendengar cerita para anggota TIMA. Terima kasih kepada Dokter Lin yang memulai TIMA di Kaohsiung.
Jalinan jodoh beliau dengan Tzu Chi bermula dari istrinya, Xue-e. Saat itu, Xue-e sangat giat dan bersungguh hati di Tzu Chi. Dia memiliki cinta kasih lembut Bodhisatwa. Dia bertanggung jawab dalam tim kegiatan di Kaohsiung. Dia sangat sibuk. Dia tahu di dalam struktur kerelawanan kita dibutuhkan dokter karena kita sering mengadakan baksos kesehatan. Jadi, dia merekomendasikan Dokter Lin.
Selama ini, saya sangat berterima kasih kepada TIMA yang perlahan-lahan semakin matang. Terima kasih juga kepada Dokter Hong yang sangat berdedikasi dan bersungguh hati. Beliau juga ikut dalam misi bantuan bencana internasional. Beliau dan istrinya sama-sama bersumbangsih di Tzu Chi.
Terima kasih juga kepada Dokter Ye yang telah bersumbangsih sejak tahun 2002 hingga kini. Beliau juga berpartisipasi dalam misi bantuan internasional dan baksos kesehatan. Para anggota TIMA sama dalam hal ini. Anda semua terus berdedikasi. Saya merasa Anda semua sungguh merupakan penolong bagi orang kurang mampu yang sakit. Kalian semua, terutama dalam masa-masa bencana, selalu berusaha menjaga para warga. Ini sangat mengharukan.
Dalam perjalanan keliling kali ini, ada dua hal yang ingin saya lakukan. Saya ingin meminta semua orang lebih bersungguh hati untuk menjadi saksi bagi zaman ini. Harap kalian semua mengingat kapan dan bagaimana kalian mengenal Tzu Chi, kapan kalian bergabung, dan bagaimana kalian mulai bertekad. Jadi, jangan lupakan tahun itu, jangan lupakan orang-orang yang ada saat itu, juga jangan lupakan tekad saat itu. Ini bertujuan untuk membangun sejarah kalian, menjadi saksi bagi zaman ini, dan mengukir sejarah bagi Tzu Chi.
Sepanjang perjalanan ini, saya terus mendengar cerita para relawan. Saya mengingatkan semua orang untuk mendengarkan kisah-kisah orang lain dan meneladaninya dalam tindakan nyata karena Tzu Chi didirikan sesuai dengan ajaran Buddha yang saya terima, lalu saya babarkan, dan kita semua praktikkan sesuai kebutuhan zaman.
Praktik ini bergantung pada pikiran. Pikiran seperti apa yang kita miliki? Semua orang saling berbagi dari sudut pandang dan pemikiran masing-masing. Dengan demikian, kisah-kisah dari semua orang dapat terangkai menjadi sejarah yang utuh, yang semangatnya terhubung pada ajaran Buddha. Kita mempraktikkan ajaran di dalam Sutra. Buddha telah membabarkan Sutra. Kini, giliran saya yang memikul tanggung jawab untuk mewariskannya.
Para anggota TIMA dan relawan Tzu Chi saat ini harus membentangkan jalan. Kita membentangkan jalan sesuai Sutra untuk membuka Jalan Bodhisatwa yang lapang bagi semua orang. Semua orang dari berbagai bidang dapat bergabung di Jalan Bodhisatwa ini. Semua orang dari berbagai bidang dapat turut membentangkan jalan. Jika jalan ini dapat terus dibentangkan, ia akan seperti bagaikan tangan kita. Saat otak kita mengirimkan sinyal ke tangan, tangan kita dapat membuka dan menjulurkan lima jari. Setiap jari memiliki fungsi masing-masing. Baik pembuat roti maupun dokter, semua memiliki fungsi masing-masing.
Semoga jalan ini dapat kita praktikkan. Kita membuka jalan yang lapang dengan harapan agar orang-orang dari berbagai bidang di berbagai negara dapat menerimanya. Misi amal, kesehatan, pendidikan, dan budaya humanis dapat dijalankan di negara mana pun. Singkat kata, kita harus terjun ke masyarakat.
Dalam mempelajari ajaran Buddha, yang terpenting ialah terjun ke masyarakat, bukan hanya mencari pencapaian sendiri. Pencapaian pribadi hanyalah sebatas nama. Yang terpenting dan paling bernilai ialah melenyapkan penderitaan. Jadi, saya berharap para anggota TIMA yang memiliki tekad hendaknya memperkuat kekompakan. Dalam menghadapi orang dan masalah, kita harus membangun keyakinan. Kita yakin terhadap ajaran Buddha. Buddha membabarkan Sutra demi mengajarkan praktik Bodhisatwa. Di manakah praktik Bodhisatwa dijalankan? Di tengah masyarakat.
Bodhisatwa harus terjun ke tengah masyarakat. Tanpa terjun ke tengah masyarakat, seseorang tak akan menjadi Bodhisatwa. Ini adalah hal yang pasti. Saya berharap orang-orang yang penuh kasih dapat terjun ke tengah masyarakat. Ini juga sangat penting. Karena itu, kita harus terus mengajak orang untuk bergabung. Terima kasih juga kepada para apoteker dan para perawat.
Terima kasih juga kepada para relawan yang ahli dalam bidang air dan listrik. Tanpa sambungan air dan listrik, dokter gigi juga tak dapat bekerja. Jadi, TIMA adalah tim yang sangat baik.
Semua orang mengerahkan kemampuan masing-masing dan menyumbangkan kekuatan untuk menghimpun sebuah kekuatan besar yang memberikan pelayanan lengkap demi melenyapkan penderitaan. Saya sangat berterima kasih. Kekuatan ini harus terus diperkuat. Baik, terima kasih. Saya mendoakan kalian semua. Terima kasih.
Mengajak orang-orang berhati mulia untuk turut menciptakan berkah
Para anggota TIMA memikul tanggung jawab dengan kesatuan tekad
Menjalankan praktik sesuai ajaran Buddha
Terjun ke tengah masyarakat untuk melenyapkan penderitaan