Ceramah Master Cheng Yen: Mengerahkan Potensi untuk Menciptakan Berkah
Dari semua relawan pria di Xizhi, Kak Zhi-chuan adalah yang paling aktif dan paling banyak berbuat. Dari hari Senin sampai Jumat, dia ada di Tzu Chi. Hari Sabtu dan Minggu juga demikian. Dia selalu ada tujuh hari dalam seminggu.
Yang paling saya syukuri adalah Master telah mendirikan dunia Tzu Chi dan membuka posko daur ulang sehingga saya yang penglihatannya tak begitu baik juga bisa bersumbangsih dan semakin sehat. Selama saya masih bisa melihat, saya akan terus melakukannya untuk menghimpun berkah, bukan hanya untuk meredam karma buruk. Master berkata lakukan saja. Saya akan terus melakukan selama masih bisa.
Relawan Huang Zhi-chuan telah bersumbangsih selama lebih dari 10 tahun di Tzu Chi. Meski tubuhnya sakit, tetapi tekadnya tidak kendur. Sejak dilantik pada tahun 2003 hingga kini, dia terus mendedikasikan dirinya. Namun, dia menderita Glaukoma yang tidak mudah untuk disembuhkan. Kini, dalam jarak dekat pun, dia sulit untuk melihat dengan jelas. Beruntung, relawan Tzu Chi selalu mendampinginya. Kini dia tinggal seorang diri. Insan Tzu Chi juga senantiasa merawatnya. Saya sangat tersentuh melihatnya. Para relawan kita merawat dan mendampinginya seperti keluarga sendiri. Setiap hari dia juga masih melakukan daur ulang.
Kekuatan cinta kasih seperti ini sungguh indah. Sungguh banyak hal yang mengharukan. Selain bersyukur dan berterima kasih kepada para relawan Tzu Chi yang terus merawatnya, dia juga bersyukur atas adanya dunia Tzu Chi yang membuatnya dapat hidup bahagia. Setiap hari. Insan Tzu Chi bagaikan saudara yang dapat membimbingnya. Dengan demikian, dia pun merasa tenang. Dengan keterampilannya dalam mengemudi, dia juga bisa membimbing relawan lain.
Lihatlah, mereka dapat saling membantu. Setiap orang memiliki potensi di dalam diri. Meski kini penglihatan Relawan Huang melemah, tetapi dia tetap mengerahkan potensi bajiknya. Dengan potensi yang dimiliki, setiap orang hendaknya bersumbangsih. Jika tidak, maka waktu akan berlalu sia-sia. Jika kita tidak memanfaatkan waktu yang ada, maka hidup kita akan berlalu sia-sia. Waktu dalam hidup kita terus berkurang. Jika kita hanya terus menciptakan karma buruk tanpa menciptakan berkah, maka sungguh disayangkan. Jadi, kita harus memanfaatkan waktu yang ada untuk lebih banyak menciptakan berkah. Ini adalah cara untuk memupuk berkah bagi kehidupan mendatang.
Sungguh, kehidupan di dunia tidaklah kekal dan penuh perubahan. Di dunia tempat kita hidup atau di daerah sekitar kita, kapan ketidakkekalan akan terjadi, tidak ada yang tahu. Detik demi detik, dalam setiap tarikan napas, waktu terus berlalu dan usia kehidupan terus berkurang. Bolehkah kita tidak memanfaatkan waktu yang ada? Kita harus tekun dan bersemangat, waspada, dan tidak lengah. Kita sungguh harus bersemangat setiap hari. Waktu tidak dapat dihentikan. Kita hanya bisa lebih tekun dan bersemangat untuk berlomba dengan waktu dan berbuat lebih banyak. Kita harus membangun tekad dan ikrar besar untuk terjun ke masyarakat. Inilah Bodhisatwa yang penuh semangat.
Kita juga harus lebih banyak memahami kondisi dunia tempat kita hidup dan memahami prinsip kebenaran. Jika kita memahami kebenaran, batin kita tidak akan diliputi keraguan sehingga penderitaan tidak akan bangkit. Jika kita mampu memahami kebenaran, maka hati kita akan selalu dipenuhi sukacita dalam Dharma. Kita sering melihat saat insan Tzu Chi di berbagai negara menjalankan misi bantuan bencana, mereka juga menyebarkan semangat celengan bambu. Tanpa memandang perbedaan agama, para relawan menyerukan bahwa untuk mewujudkan ketenteraman di dunia, semua orang hendaknya menciptakan berkah.
Berbuat baik dan menolong sesama bukanlah hak monopoli orang berada. Semua orang dapat melakukannya. Sebagai contoh, pada bulan lalu, wali kota Ipswich, Australia bersama seorang anggota dewan kota dan seorang polisi datang ke Taiwan. Selain menyatakan keinginan untuk berguru, mereka juga membawa celengan bambu. Setiap bulannya, saat pembagian bantuan, wali kota ini selalu hadir dan bercerita bahwa bantuan yang mereka terima memiliki akar semangat dari Taiwan. Beliau juga bercerita bahwa Tzu Chi telah banyak bersumbangsih di sana. Beliau berkata, "Tak lama lagi saya akan pergi ke Taiwan." Beliau ingin mengetuk hati setiap orang di sana untuk membalas budi dan menciptakan berkah. “Taiwan mengalami bencana akibat Topan Nepartak. Kini giliran kita untuk menghimpun kebajikan untuk mengungkapkan cinta kasih kita." Beliau mengajak semua orang di sana untuk memasukkan koin ke dalam celengan bambu.
Saat datang ke Taiwan, beliau benar-benar membawa celengan yang berisi sumbangsih para penerima bantuan kita. Beliau secara khusus membawa celengan itu ke Taiwan. Beliau juga memperlihatkan gambar selembar cek yang telah diperbesar. Itu adalah donasi dari para staf pemerintah kota yang telah dikumpulkan selama sekian waktu dan diberikan kepada Tzu Chi Australia. Jumlahnya mencapai 10.200 dolar Australia.
Singkat kata, ini menunjukkan bahwa mereka memiliki pemahaman tentang hukum sebab akibat. Dengan mengajak warga kurang mampu untuk turut berbuat baik dan menciptakan berkah, berarti mereka telah memiliki pemahaman tentang hukum karma. Inilah Dharma. Dengan menyebarnya Dharma ini ke luar negeri, saya berharap ia dapat menyucikan hati manusia. Setiap orang hendaknya memiliki cinta kasih. Untuk itu, kita senantiasa mengajak semua orang untuk sungguh-sungguh memupuk perbuatan baik dan menciptakan berkah bagi dunia.
Kita melihat di Kaohsiung, meski Topan Megi telah berlalu, tetapi sumbangsih relawan Tzu Chi belum berhenti. Para relawan terus memberi perhatian kepada para lansia yang hidup seorang diri. Selama berhari-hari, para relawan terus mengunjungi mereka untuk menghilangkan ketakutan mereka dan memberi penghiburan. Para relawan juga terus mencari tahu bantuan apa yang perlu diberikan. Inilah wujud kekuatan cinta kasih. Cinta kasih ini perlu terus dipertahankan dalam jangka waktu yang panjang.
Para saudara se-Dharma
saling mendampingi dalam misi pelestarian
lingkungan Mengerahkan potensi bajik untuk memupuk berkah
Memahami kebenaran demi melenyapkan keraguan
Menciptakan berkah dan melipur hati yang risau
Ceramah Master Cheng Yen tanggal 1 Oktober 2016
Sumber: Lentera Kehidupan- DAAI TV Indonesia,
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina