Ceramah Master Cheng Yen: Menggalang Bodhisatwa demi Dunia Ini

Bodhisatwa sekalian, berada dalam kesehatan dan ketenteraman paling membahagiakan. Kini semua orang saling berbagi pengalaman dan saya mendengar semuanya mengenang tentang tahun tertentu, orang-orang tertentu, serta tekad masing-masing.

Ya, waktu terus berlalu detik demi detik. Seiring berjalannya waktu, tahun depan Tzu Chi akan memasuki tahun ke-55. Lihatlah dunia saat ini. Populasi manusia mencapai 7,7 miliar jiwa. Namun, coba kita lihat, selama 54 tahun ini, berapa pertumbuhan jumlah relawan Tzu Chi?

Sesungguhnya, pertumbuhannya tidak banyak. Kita melihat sekelompok relawan muda yang sangat energik bagai matahari yang terbit dari balik gunung dan mulai memancarkan sinar terang. Jika anak-anak muda ini dapat bersungguh-sungguh mengembangkan karier serta menjalankan misi sekaligus dan hal ini berlanjut dari generasi ke generasi, kita bisa merasa tenang atas masa depan.

Namun, sepertinya kondisinya tidak seoptimis itu karena zaman dan pola hidup tengah berubah. Pola pikir juga berubah. Karena itu, di masa kini, tidak banyak anak muda yang memiliki arah yang benar. Jadi, kita harus menghargai mereka. Di sisi lain, anak muda harus memiliki tekad untuk memikul semangat Tzu Chi. Intinya, kekuatan satu orang tidaklah cukup.

 

Semua orang harus menghimpun kekuatan. Sangatlah penting untuk memperhatikan saudara se-Dharma. Kita semua berjodoh. Setiap orang adalah Bodhisatwa. Kita harus saling menghormati dan menjaga. Kita harus menjaga mereka yang ketika masih sehat dan masih muda telah mendedikasikan diri mereka dan membentangkan jalan bagi kita.

Bagaimanapun, kehidupan tak luput dari hukum alam. Ada orang yang meski belum berusia lanjut, tetapi jatuh sakit. Kita harus mengasihi, memperhatikan, dan mendoakan mereka. Akan sangat baik jika banyak orang mendoakan mereka. Ada pula relawan yang lebih tua, yang meski sudah jarang berkegiatan, tetapi tetap merupakan permata bagi Tzu Chi.

Belakangan ini, saat saya tidak melihat orang-orang tertentu hadir dalam kegiatan, dalam hati saya akan terus bertanya, "Mengapa saya tidak melihat murid saya ini? Mengapa saya tidak melihatnya?" Saya terus bertanya-tanya. Jadi, semua orang tahu bahwa untuk membuat saya merasa tenang, kalian harus saling menjaga. Kalian semua sangat berarti di hati saya.

Kita semua mengulurkan tangan untuk bersumbangsih bagi Tzu Chi. Dengan kekuatan bersama, kita dapat menolong orang-orang yang menderita di dunia. Jadi, Bodhisatwa sekalian, bersungguh-sungguhlah. Saya tetap mengingatkan kalian untuk bersumbangsih di komunitas dan menggalang Bodhisatwa, bukan hanya mengikuti kegiatan atau berbicara tentang budaya humanis. Itu tidak cukup.

Ingatlah kembali momen saat kalian pertama kali bertemu dengan saya dan bertekad untuk menjalankan misi Tzu Chi. Kalian harus membangkitkan kembali tekad saat itu, barulah kita memiliki harapan.


”Saat ini saya berusia "tiga puluh" tahun. Kakak Liu dan yang lainnya terus mendukung saya untuk memikul tanggung jawab sebagai koordinator tim. Saya bilang saya tidak mampu. Mereka bilang saya bisa. Saya sangat khawatir. Saya tidak tahu harus bagaimana. Mereka semua menghampiri saya dan berpesan agar saya tidak perlu khawatir karena mereka akan membantu saya,” kata Yang Gui-hua relawan Tzu Chi berusia 80 tahun.

”Selain itu, saya juga dapat bersandar kepada Master, Kakak Liu, dan para relawan lainnya, termasuk semua anggota tim. Mendengar ini, saya lebih tenang. Saya tidak mengerti banyak hal. Namun, saya akan bersungguh-sungguh dan bekerja keras. Mohon Master memberi saya keyakinan, kegigihan, dan keberanian,” pungkasnya.

Beberapa hari ini, saya mendengar beberapa relawan berkata, "Master, saya tidak bisa membaca." Ya, mereka yang tidak bisa membaca inilah yang membantu saya membangun Tzu Chi. Mereka yang tidak bisa membaca ini benar-benar merupakan permata bagi Tzu Chi meski sudah berusia lanjut.

Pada zaman itu, tidak mudah bagi orang-orang untuk bisa mengenyam pendidikan. Karena itu, banyak orang tidak bisa membaca. Namun, mereka memahami prinsip kebenaran. Bukan hanya itu, mereka juga mengerti untuk mempraktikkan Jalan Agung. Jadi, kita harus menghargai sesama relawan. Tentu, kita juga harus membina generasi muda. Jika tidak, entah bagaimana generasi mendatang menghadapi kondisi Bumi yang telah rusak dan udara yang telah tercemar. Inilah yang kita khawatirkan.

Saat Lima Kekeruhan terjadi bersamaan di dunia ini, bagaimanapun kita mengambil langkah darurat, tidak ada gunanya. Jadi, dahulu saya berkata bahwa sudah tiada waktu lagi.

 

Kini saya ingin berkata bahwa kita sudah benar-benar terlambat. Kita tidak boleh hanya menampilkan bentuk luar keindahan budaya humanis saja. Budaya humanis adalah karakter dan pembinaan diri kita. Inilah budaya humanis yang sesungguhnya.

Bodhisatwa sekalian, pahamilah setiap perkataan saya. Bersungguh-sungguhlah setiap saat. Tahun baru akan segera tiba. Saya mendoakan kalian semua. Tahun Baru Imlek juga hampir tiba. Tahun ini akan segera berakhir. Kita harus sungguh-sungguh bersyukur atas hari-hari yang telah kita lalui dengan tenteram dan menyambut tahun yang baru dengan tulus. Kita semua harus bertekad dan berikrar untuk lebih banyak menciptakan berkah bagi dunia. Dengan begitu, masyarakat kita akan tenteram.

”Murid Jing Si di Tainan dengan tulus berikrar kepada Master. Kami tidak akan melupakan tahun saat kami pertama kali bertemu dengan Master. Kami tidak akan melupakan orang-orang yang bersama kami menapaki Jalan Bodhisatwa. Kami tidak akan melupakan tekad awal dan akan terus menjaganya selamanya,” ucap murid Jing Si di Tainan.

”Master, kami akan menapaki Jalan Bodhisatwa dengan hati Buddha dan tekad Guru, mewariskan silsilah Dharma Jing Si dan melatih diri dengan bersemangat. Master, kami membutuhkan Master. Kami selamanya membutuhkan Master. Semoga Master sehat selalu dan panjang umur. Kami akan mengikuti Master selamanya,” tutupnya.

Membina generasi muda untuk mengemban misi
Menghormati relawan senior dan menghargai jalinan jodoh
Dunia Tzu Chi bagaikan satu keluarga
Mengajak lebih banyak orang untuk menciptakan berkah bersama

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 28 Desember 2019    
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia, 
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina, Stella
Ditayangkan tanggal 30 Desember 2019
Hadiah paling berharga di dunia yang fana ini adalah memaafkan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -