Ceramah Master Cheng Yen: Menggalang Hati demi Pendidikan yang Mengubah Kehidupan
“Saya bisa ada di sini karena pengaturan Pemerintah. Kamp ini ada menyediakan makanan dan tempat tinggal, tetapi orang di sini terlalu banyak. Kami hanya makan satu kali sehari,” kata Luis korban bencana.
“Saya tidak kebagian tidur di dalam tenda, hanya bisa tidur di ruang terbuka. Jadi, saya sendiri membawa tirai sederhana, tetapi sinar matahari terlalu terik. Saya hampir tidak tahan lagi,” kata salah seorang korban bencana lainnya.
“Saya sedang mengantre untuk mengambil makan siang. Sering kali, dalam sehari kami hanya makan sekali. Kalaupun dapat, paling-paling hanya tepung jagung, tidak ada sayuran pendamping lainnya,” kata Lucy korban bencana.
Kita melihat kemiskinan di Mozambik. Warga di sana sungguh menderita. Saya sering berkata bahwa sebelum makan, kita harus menggunakan waktu beberapa menit untuk mengingat orang-orang yang kekurangan.
Tzu Chi menyediakan makanan di sana. Kini mereka mulai kembali ke rumah masing-masing. Kita pun membagikan benih dan alat bercocok tanam serta alat-alat pertukangan. Para warga membawa pulang barang bantuan itu. Melihatnya, saya bersyukur dari lubuk hati terdalam.
Saya bersyukur karena di berbagai negara di dunia terdapat benih relawan Tzu Chi. Berapa pun jumlahnya, insan Tzu Chi selalu mengajak warga setempat untuk turut menjadi relawan. Mereka juga mengadakan pelatihan jangka pendek. Setelah mendapat penjelasan, para warga pun bertekad dan turut menjadi relawan.
Setelah mereka bersumbangsih, Tzu Chi juga memberikan barang bantuan kepada mereka. Ini mirip seperti program bantuan lewat pemberian upah. Kita memberi mereka barang kebutuhan untuk hidup tenang. Sebagian dari mereka juga bertekad untuk menjadi relawan dalam jangka panjang.
Di sana juga ada beberapa anak muda yang berbakat. Saya berpesan kepada insan Tzu Chi di sana untuk membina mereka dan mencari cara agar mereka dapat terus bersekolah. Dengan begitu, barulah Mozambik dapat memiliki harapan. Kita berharap dapat benar-benar mengubah kondisi Afrika lewat pendidikan.
Selain memberikan bantuan kebutuhan hidup, yang harus kita perhatikan ialah program jangka panjang dalam pendidikan. Proyek pendidikan ini harus mulai kita bentangkan. Kita harus membentangkannya selangkah demi selangkah. Intinya, kita harus memiliki kesungguhan hati dan cinta kasih. Selama memiliki benih cinta kasih, kita akan dapat menolong orang-orang yang menderita.
Kita melihat banyak orang yang menderita di dunia ini. Setelah melihat penderitaan, kita harus menyadari berkah. Jadi, harap kita semua bisa menyebarkan kebaikan dan lebih banyak menggalang hati agar semua orang dapat menciptakan berkah lewat tetes demi tetes sumbangsih penuh cinta kasih.
Di mana orang yang penuh berkah berada, tempat itu pasti tenteram dan jauh dari bencana. Untuk mewujudkan dunia yang penuh berkah, kita harus menciptakan berkah, bukan hanya memohon. Jika tidak memiliki berkah, memohon juga tak ada gunanya.
Jadi, kita semua harus membangkitkan cinta kasih untuk bersumbangsih. Yang memiliki uang bisa menyumbangkan uang, yang memiliki tenaga bisa menyumbangkan tenaga. Yang bisa menggalang dana, selain menciptakan berkah sendiri, juga bisa mengajak orang lain. Dengan demikian, kekuatan akan terhimpun dan dapat mengubah kehidupan warga Afrika yang menderita dan memungkinkan mereka untuk mendapat pendidikan.
Bodhisatwa sekalian, kita harus menghimpun kekuatan cinta kasih dan menggenggam jalinan jodoh untuk lebih banyak menciptakan berkah. Sesungguhnya, saat menyalurkan bantuan materi bagi mereka, kita sendiri juga menciptakan berkah bagi diri sendiri. Jadi, saya sering mengatakan bahwa kita hendaknya bersumbangsih tanpa pamrih serta mengucap syukur. Kita berbuat baik tanpa pamrih dan tetap menumbuhkan berkah dan kebijaksanaan. Ini yang disebut mengembangkan berkah dan kebijaksanaan secara bersamaan.
Orang yang tidak memiliki kebijaksanaan selamanya tidak akan rela memberi atau mengikhlaskan. Saat memiliki satu, mereka selalu merasa kurang sembilan. Sebanyak apa pun uang yang dia miliki, saat diminta untuk memberi, dia tidak rela memberi banyak. Saat dianjurkan untuk memberi sedikit saja, dia malu. Dia tidak ingin memberi sedikit, juga tidak rela memberi banyak.
Jadi, dibutuhkan orang-orang yang bersedia memberi satu atau dua saat memiliki sepuluh. Dengan demikian, kita dapat menciptakan berkah setelah melihat penderitaan. Kita semua harus melakukan ini dengan sepenuh hati. Dengan menciptakan berkah, barulah kita dapat melenyapkan bencana.
Semua orang berharap dapat meredam bencana dan berharap agar pandemi ini segera lenyap. Bagaimana caranya? Penyakit semua makhluk ini harus diobati dengan Dharma. Inilah yang dikatakan dalam Sutra Makna Tanpa Batas.
Bodhisatwa sekalian, segala Dharma di dunia ini tak terbayangkan. Di alam ini terkandung begitu banyak obat mujarab. Asalkan kita memiliki kebijaksanaan dan kesungguhan hati, kita akan menemukannya.
Lihatlah, manusia harus memiliki keyakinan, ikrar, dan praktik. Kita harus percaya bahwa alam menyimpan obat mujarab yang tak terhingga. Salah satu obat mujarab ini ialah bersumbangsih dengan ketulusan dari lubuk hati. Kesungguhan dan ketulusan hati ini dimulai dari bervegetaris.
Pandemi kali ini mengingatkan kita bahwa bencana alam sudah di depan mata. Kita harus membangkitkan kesadaran kita. Hakikat kesadaran kita harus dibangkitkan. Jadi, semua orang harus sadar dan bertekad untuk mengembangkan cinta kasih yang utuh demi mengasihi dan menolong semua makhluk di dunia.
Buddha mengajarkan untuk menolong semua makhluk. Kita semua sudah hafal akan hal ini. Selain manusia, semua makhluk juga mencakup semua hewan yang bernyawa. Jadi, kini kita harus membangkitkan cinta kasih yang utuh dan menyeluruh. Jangan membunuh atau melukai makhluk hidup. Jika Anda tidak memakannya, orang lain tak akan menyembelihnya. Inilah wujud dari cinta kasih yang utuh.
Bodhisatwa sekalian, belakangan ini saya berbicara panjang lebar, tak lain demi menyerukan kepada semua orang agar menyadari berkah setelah melihat penderitaan serta mengingatkan semua orang bahwa kita semua dapat bersumbangsih.
Saat orang-orang di garis depan menyumbangkan tenaga, kita bisa mendukung dari belakang. Tetes demi tetes sumbangsih kita bisa terhimpun untuk membantu mereka. Intinya, asalkan semua orang memiliki niat yang tulus untuk memberikan tetes demi tetes cinta kasih, kita akan dapat mewujudkan cinta kasih universal. Kita bisa memperluas cinta kasih dan memperpanjang jalinan kasih sayang. Inilah yang selalu saya harapkan.
Program bantuan lewat pemberian upah merupakan metode
terampil
Mengubah kehidupan dengan membina insan berbakat
Menggalang hati demi menumbuhkan berkah dan kebijaksanaan
Bersumbangsih tanpa pamrih berlandaskan keyakinan, ikrar,
dan praktik
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina
Ditayangkan tanggal 27 Februari 2021