Ceramah Master Cheng Yen: Menggali Mata Air Cinta Kasih bagi Dunia
Bodhisatwa sekalian, semoga semua selamat dan dipenuhi berkah. Selamat Tahun Baru. Saya mengucapkan selamat lebih awal. Waktu berlalu sangat cepat. Belakangan ini saya sering berkata demikian. Waktu terus berlalu detik demi detik. Kita harus bersyukur atas waktu yang telah mengakumulasi segala pencapaian. Namun, kehidupan juga tergerus seiring waktu. Ini adalah hukum alam. Kehidupan tidaklah kekal. Jangan biarkan kehidupan kita berlalu sia-sia.
Benar, saat ini, dalam tindakan apa pun, saya selalu berseru kepada diri sendiri di dalam hati untuk menjaga kestabilan langkah sendiri. Dalam setiap langkah, saya berseru pada diri sendiri agar melangkah dengan mantap. Namun, langkah kaki ini tak lagi mantap. Inilah kondisi kehidupan. Kehidupan ini tergerus seiring waktu. Masih banyak hal yang belum saya selesaikan. Masih banyak hal yang ingin saya lakukan. Namun, saya merasa seiring berlalunya waktu, saya semakin kehabisan waktu.
Banyak hal yang tidak sempat dilakukan. Bukan hanya kehabisan waktu, hal yang belum sempat dilakukan juga masih banyak. Bodhisatwa sekalian, kita sungguh harus menggenggam waktu yang ada. Kini kalian mulai memasuki Jalan Bodhisatwa dan membuka pintu hati. Dahulu kita mulai membentangkan jalan, mulai dari mengikuti praktik lapangan hingga pelatihan calon relawan. Kita telah melihat berbagai keindahan. Dari tidak ada jalan, kini kalian telah melihat jalan.
Bagaimanakah jalan ini dibuka? Orang-orang sebelum kalian sudah membukanya. Kini kalian harus membentangkan jalan ini dengan rata. Kita semua membuka sambil membentangkan jalan. Orang-orang di depan terus membuka jalan dan orang-orang di belakang mereka terus membentangkan jalan agar orang-orang yang bergabung belakangan memiliki sebuah arah. Ke manakah arah tujuan kita?
Bodhisatwa muncul karena adanya penderitaan. Tzu Chi sudah berdiri lebih dari 50 tahun, dimulai dari 50 sen hingga sekarang. Jejak bantuan bencana internasional Tzu Chi sudah tersebar di seratus negara. Insan Tzu Chi harus ingat bahwa kita hendaknya jangan mengira Tzu Chi punya banyak uang. Tzu Chi mengharapkan keberlanjutan. Ini bertujuan untuk membangkitkan cinta kasih setiap orang.
Di zaman-Nya, Buddha ingin membangkitkan niat baik atau cinta kasih setiap orang. Karena itu, Sangha harus mengumpulkan persembahan makanan. Ini bukan meminta persembahan materi, melainkan menjalin jodoh agar orang lain dapat membangkitkan niat baik. Niat baik ini menjadi benih berkah yang tersebar di ladang batin kita. Ladang berkah ini akan menghasilkan benih berkah bagi kita dari kehidupan ke kehidupan. Jadi, saya berharap kita semua mengingat setiap tetes semangat ini di dalam hati dan terus memupuknya. Ini sangatlah penting.
Saya berharap setiap orang bersumbangsih dengan kesungguhan hati dan cinta kasih. Apakah kalian semua mengerti? (Mengerti) Ya, kini, untuk berbicara saja saya harus mengerahkan seluruh kekuatan saya. Semoga kata-kata saya saat ini dapat meresap ke dalam hati kalian semua. Jagalah kesehatan masing-masing. Perhatikanlah sesama saudara se-Dharma. Untuk menciptakan keharmonisan masyarakat, kita harus menghimpun kekuatan dan menyebarkan cinta kasih di seluruh dunia.
“Para murid Jing Si dari Hsinchu bertobat dan berikrar kepada Master. Master yang terkasih, kami akan tekun dan bersemangat menghirup keharuman Dharma setiap hari; bertobat dan melenyapkan kegelapan batin; membina kelembutan dan keharmonisan dalam berlatih di Jalan Buddha; menjalankan ikrar dengan welas asih dan kebijaksanaan. Kami akan memperhatikan saudara se-Dharma. Semoga hati kami bertautan dengan hati Master.”
Semua orang berikrar tulus dari lubuk hati. Saya berharap kita semua saling memperhatikan antarsaudara se-Dharma dan bekerja sama dengan harmonis. Inilah sumber keharmonisan bagi masyarakat. Insan Tzu Chi harus terlebih dahulu bekerja sama dengan harmonis dan tulus demi menciptakan keharmonisan masyarakat, menyucikan hati manusia, dan menyebarkan benih kasih ke seluruh dunia.
Mari kita semua bertekad dan berikrar serta tidak melupakan momen saat ini. Kita juga terlebih berdoa bagi Bumi ini. Menghadapi perubahan iklim, kita semua harus lebih mawas diri dan tulus. Setiap orang harus mengembangkan ketulusan, kebenaran, keyakinan, dan kesungguhan yang bagaikan tanah yang subur serta cinta kasih, welas asih, sukacita, dan keseimbangan batin yang bagaikan angin sejuk.
Ya, ketulusan, kebenaran, keyakinan, dan kesungguhan adalah landasan bagi kita sebagai manusia. Kita harus memiliki landasan untuk berpijak dan menapakkan setiap langkah dengan mantap. Langkah kaki kanan berarti menciptakan berkah di dunia. Langkah kaki kiri berarti menumbuhkan jiwa kebijaksanaan. Jiwa kebijaksanaan kita membutuhkan sumsum Dharma. Bodhisatwa sekalian, ajaran Buddha bagai tetes-tetes nektar. Jadi, Dharma bagaikan air. Sumsum Dharma bagi jiwa kebijaksanaan kita harus sungguh-sungguh kita kembangkan. Jadi, kita harus memiliki ketulusan, kebenaran, keyakinan, dan kesungguhan.
Ketulusan, kebenaran, keyakinan, kesungguhan laksana tanah yang luas tak bertepi. Kita juga harus memiliki cinta kasih, welas asih, sukacita, dan keseimbangan batin yang laksana angin sejuk. Agar empat unsur alam selaras dan iklim senantiasa bersahabat, kita harus membangkitkan ketulusan. Semua ini dimulai dari hati manusia.
Ketulusan,
kebenaran, keyakinan, dan kesungguhan laksana tanah yang subur
Membentangkan
jalan dengan langkah yang mantap
Cinta
kasih, welas asih, sukacita, dan keseimbangan batin laksana angin yang sejuk
Menggali
mata air cinta kasih bagi seluruh dunia
Ceramah
Master Cheng Yen tanggal 16 November 2019
Sumber:
Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia,
Penerjemah:
Hendry, Karlena, Marlina
Ditayangkan tanggal 18
November 2019