Ceramah Master Cheng Yen: Menggarap Ladang Pahala Mewariskan Jiwa Kebijaksanaan Buddha
“Kapan pun Anda memiliki uang kecil, bangkitkanlah niat untuk menolong orang, lalu masukkan uang ke dalam celengan bambu,” ujar Indra Farhana, seorang warga.
“Melihat relawan Tzu Chi menolong orang, saya berpikir, “Mengapa saya tidak bisa?” Saya hanya ingin menolong sesama,” kata Yong Yau Eng, Relawan Tzu Chi.
“Mereka semua dengan senang hati mengambil celengan bambu kita. Kita berharap dapat meluangkan sedikit waktu setiap hari atau setiap minggu untuk mengunjungi seluruh desa ini agar setiap keluarga berkesempatan untuk menggarap ladang berkah,” tambah Yong Yau Eng.
Menabur
benih kebajikan dan menggarap ladang pahala. Kita berharap setiap orang dapat berbuat
kebajikan dan menciptakan berkah. Dari manakah berkah berasal? Dari mana kita
bisa mulai menggarap ladang berkah? Dharma, yakni prinsip kebenaran, berasal
dari Buddha. Buddha mengajarkan kebenaran dan membuka Jalan Kebenaran. Setelah
mencapai pencerahan, Buddha berharap setiap orang dapat memahami kebenaran. Buddha
membuka Jalan Kebenaran dan membimbing orang-orang menapakinya.
Buddha dengan sepenuh hati berusaha untuk membentangkan jalan yang lapang bagi semua makhluk. Setelah mencapai pencerahan, Buddha berharap semua orang juga dapat mencapai pencerahan. Agar semua orang dapat memahami prinsip kebenaran yang terkandung dalam segala sesuatu di alam semesta, ini harus dimulai dari sebutir benih kebajikan. Setiap orang bisa menabur benih kebajikan asalkan menyerap Dharma ke dalam hati dengan benar dan melatih diri sesuai Dharma.
Saat
mendengar Dharma, kita hendaknya bersungguh hati memahaminya. Bagaimana mengubah
pola pikir orang-orang agar yang menyimpang dapat kembali ke jalan yang benar dan
yang tamak bersedia berdana? Ada berbagai cara untuk membuat orang-orang
memahami Dharma dan perlahan-lahan menghapus berbagai niat buruk serta
menumbuhkan niat baik agar orang-orang tahu berpuas diri, bersikap pengertian,
dan tahu bersyukur. Pola pikir seperti ini harus dibina secara perlahan. Dengan
demikian, orang-orang akan tahu bagaimana berdana.
Mari kita menabur benih kebajikan, menggarap ladang berkah, dan memberi persembahan dengan hormat. Bagaimana cara berdana? Bagaimana cara memberi persembahan? Kita tahu jelas. Setelah mendengar Dharma, kita hendaknya bersumbangsih saat ada yang membutuhkan. Berdana tidak harus menggunakan uang. Selain berupa materi, kita juga bisa berdana dengan melakukan tindakan yang bermanfaat.
Ada
berbagai cara berdana yang memiliki perbedaan yang jelas. Ini disebut menabur
benih kebajikan dan menggarap ladang berkah. Janganlah kita berjalan
menyimpang. Yang terpenting, memberi persembahan dengan hormat. Inilah yang
disebut berdana dengan rasa hormat. Berdana bukan hanya membawa manfaat bagi
orang lain dengan materi yang berwujud, yang terpenting ialah memberi
persembahan dengan rasa hormat. Inilah yang disebut keyakinan dan pemahaman
yang mendalam.
Untuk memberi persembahan dalam bentuk tindakan nyata, kita harus terlebih dahulu tahu untuk menghormati Buddha, Dharma, dan Sangha. Setelah itu, kita akan memahami bahwa inilah ladang berkah dan pahala mewariskan jiwa kebijaksanaan Buddha. Pembabaran Dharma membutuhkan Buddha dan Sangha. Dengan adanya Buddha yang membabarkan Dharma, maka terbentuklah Sangha.
Di tengah masyarakat, Sangha memiliki citra yang agung. Agar ajaran Buddha tersebar luas, anggota Sangha harus memiliki hati yang murni. Memiliki hati yang murni berarti berfokus mempraktikkan ajaran Buddha. Anggota Sangha harus menjaga perbuatan dan pikiran serta menaati tata krama, baru bisa mewariskan jiwa kebijaksanaan Buddha. Saat melihat anggota Sangha yang begitu agung, tertib, dan penuh tata krama serta mendengar Dharma dari mereka, orang-orang bisa terinspirasi ke arah yang bajik dan hati mereka akan menjadi murni tanpa noda.
Anggota
Sangha membimbing orang-orang yang menyimpang kembali ke jalan yang benar dan
menabur benih kebajikan. Umat perumah tangga juga hendaknya bersungguh hati menyerap
Dharma ke dalam hati. Mendengar Dharma bukan seperti bersosialisasi atau
mengikuti kegiatan. Mendengar Dharma adalah hal yang agung.
Sulit untuk mengenal Dharma. Setelah mengenal Dharma, kita bisa memperoleh manfaat darinya serta mempraktikkannya untuk menciptakan berkah di tengah masyarakat. Inilah cinta kasih agung. Saat ada orang yang menderita, kita merasa tidak tega. Kita turut merasakan kepedihan dan penderitaan orang lain. Berhubung merasa tidak tega, kita segera bergerak untuk membantu. Inilah welas asih agung.
Saat hidup aman dan tenteram, kita harus menciptakan berkah agar masyarakat harmonis. Saat masyarakat harmonis, semua orang akan dipenuhi berkah. Saat ada orang yang menderita dan kesakitan, kita merasa tidak tega dan berusaha untuk bersumbangsih guna menenteramkan hati dan kehidupan mereka. Inilah perasaan senasib dan sepenanggungan.
“Mengasihi tanpa memandang jalinan jodoh serta memiliki perasaan senasib dan sepenanggungan”, inilah yang kita pelajari dari Dharma dan kita praktikkan. Demikianlah kita memperoleh manfaat. Saat mendengar Dharma, umat perumah tangga harus bersungguh hati. Jangan menganggapnya seperti bersosialisasi atau mengikuti kegiatan. Mari kita bersungguh hati menyelami Dharma.
Mengubah pola pikir setelah mendengar dan memahami Dharma
Berpuas diri dan bersyukur serta menapaki jalan kebajikan
Menabur benih kebajikan dengan hati yang murni tanpa noda
Menggarap ladang pahala mewariskan jiwa kebijaksanaan Buddha
Ceramah Master Cheng Yen tanggal 18 Mei 2019
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia,
Penerjemah: Hendry, Karlena, Li Lie, Marlina
Ditayangkan tanggal 20 Mei 2019