Ceramah Master Cheng Yen: Menggenggam Kehidupan untuk Menumbuhkan Jiwa Kebijaksanaan

Ada banyak relawan yang berkumpul di sini untuk mengikuti Pemberkahan Akhir Tahun. Kita melihat banyak komisaris kehormatan yang memiliki sukacita dan keseimbangan batin agung. Mereka bersumbangsih dengan sukacita dan sukarela. Dengan bersumbangsih tanpa pamrih seperti ini, pahala mereka sungguh tak terhingga.

Saya sangat berterima kasih kepada komisaris kehormatan kita di Kaohsiung yang sebagian besar mendedikasikan diri untuk menjalankan misi Tzu Chi dan mengemban tanggung jawab berat untuk merekrut Bodhisatwa demi masyarakat. Mereka menggantikan saya menyucikan hati manusia. Untuk menyucikan hati manusia, mereka harus menjadi teladan nyata.

“Saya adalah anggota TIMA, dr. Hung Hung-dian. Selama 50 tahun memberi pengobatan, saya sepenuh hati melayani pasien dengan keahlian saya. Awalnya, saya menggunakan semua waktu saya untuk melayani pasien saya sehingga jiwa kebijaksanaan saya tidak bertumbuh. Pascagempa tanggal 21 September 1999, saya bertemu dengan Tzu Chi. Saya lalu mengajak istri saya, dr. Liu Mei-li, untuk bergabung dengan TIMA. Saat itu, Master berkata pada saya bahwa misi sesulit apa pun harus bisa dijalankan. Karena itu, saya memimpin anggota TIMA mengadakan baksos di komunitas, menyalurkan bantuan bencana internasional, dan melakukan penyuluhan tentang pencegahan penyakit di posko daur ulang. Kita juga melakukan upaya pencegahan dan memberi perhatian kepada penderita demensia tahap awal. Selain kegiatan TIMA, saya juga sering mengikuti kegiatan komunitas. Pada saat yang sama, saya juga mengajak staf di klinik saya untuk menjadi anggota komite Tzu Chi. Saya sangat bersyukur berkesempatan untuk bersumbangsih,” kata dr. Hung Hung-dian, Anggota TIMA.

 Ceramah Master Cheng Yen

Pascagempa tanggal 21 September 1999, dr. Hung Hung-dian dan istrinya mulai mendedikasikan diri di Tzu Chi. Semakin lama, mereka mengikuti semakin banyak kegiatan Tzu Chi. Waktu dalam sehari tidak mungkin bertambah. Karena itu, dr. Hung terkadang menutup kliniknya untuk berpartisipasi dalam baksos kesehatan bersama istrinya.

Awalnya, mereka menggelar baksos di komunitas. Lalu, mereka menjangkau seluruh Taiwan, bahkan hingga pulau–pulau terpencil. Setelah itu, mereka mulai pergi ke luar negeri untuk memberikan bantuan bencana dan pelayanan medis. Adakalanya, mereka pergi selama seminggu, dua minggu, tiga minggu, atau sebulan penuh.

Selama memberikan pelayanan ke luar negeri, mereka menutup klinik mereka. Pasangan suami istri ini memiliki hati, tekad, dan guru yang sama serta menapaki jalan dan mendalami ajaran yang sama. Ini sungguh tidak mudah. Pasangan suami istri ini bersama-sama menjangkau berbagai negara untuk memberikan pelayanan medis. Ini membuat saya sangat tersentuh.

Kali ini, saya mendengar bahwa dr. Hung telah menutup kliniknya dan menjadikannya sebagai ladang pelatihan. Beliau bukan hanya berlindung kepada Buddha dan memahami Jalan Kebenaran, tetapi juga bertekad untuk membimbing semua orang memahami Jalan Kebenaran dan menapaki Jalan Bodhisatwa. Ini membuat saya semakin tercengang.

 

Saya sangat bersyukur. Bukan hanya beliau dan istrinya yang bersama-sama menapaki Jalan Bodhisatwa dan menjangkau berbagai negara untuk menolong orang-orang yang menderita di lokasi bencana, putranya juga demikian. Karena terinspirasi olehnya, putranya juga menjadi relawan dan mewarisi misinya. Mereka memberikan pengobatan sekaligus menapaki Jalan Bodhisatwa. Ini juga membuat saya sangat bersyukur. Mereka semua merupakan “Tabib Agung”.

Kini dr. Hung dan istrinya terus berupaya untuk melakukan pencegahan penyakit dan memperhatikan para lansia di komunitas. Mereka mengadakan pemeriksaan kesehatan dan mencari cara agar para lansia dapat berinteraksi dengan orang lain dan melatih otak. Dengan mengadakan kegiatan bagi para lansia, hidup para lansia menjadi lebih bermartabat dan bernilai. Dengan begitu, kualitas hidup mereka akan meningkat sehingga daya ingat mereka tidak akan terus menurun.

Karena itu, tidak peduli setua apa pun, jika kita bisa bersumbangsih bagi masyarakat, maka hidup kita akan tetap bernilai. Jika bisa mengembangkan nilai hidup kita, maka jiwa kebijaksanaan akan bertumbuh. Jiwa kebijaksanaan akan mengikuti kita dari kehidupan ke kehidupan. Dengan mengembangkan kebijaksanaan di kehidupan sekarang, kita tidak akan kehilangan arah di kehidupan mendatang.

Kelak, saat kita terlahir kembali, hidup kita akan tetap bernilai dan kita akan tetap membangun tekad untuk mengemban misi di jalan yang benar. Inilah yang disebut jiwa kebijaksanaan. Kebijaksanaan akan mengikuti kita dari kehidupan ke kehidupan. Lain halnya dengan hidup kita. Begitu berhenti bernapas, hidup kita berakhir. Pada akhirnya, tidak ada yang tersisa selain abu. Inilah hidup yang terikat pada fisik. Namun, kini yang kita utamakan adalah jiwa kebijaksanaan.

dr. Hung memanfaatkan hidupnya untuk menumbuhkan jiwa kebijaksanaannya. Di Kaohsiung, ada sekelompok anggota TIMA yang bersumbangsih tanpa pamrih bagi masyarakat. Kita juga melihat dr. Yieh Tian-how. Istrinya juga sangat mendukungnya menapaki Jalan Tzu Chi dan bersumbangsih bagi masyarakat.

Hidup di dunia ini, tujuan kita adalah melayani masyarakat. Dengan begitu, barulah hidup kita akan bernilai. Dengan adanya begitu banyak orang yang menghimpun kekuatan cinta kasih, masyarakat kita akan sangat indah.

Mengemban tanggung jawab dengan cinta kasih, welas asih, sukacita, dan keseimbangan batin

Menjangkau wilayah yang dilanda penderitaan dengan penuh cinta kasih

Mengembangkan potensi kebajikan dengan memberikan penyuluhan kesehatan di komunitas

Memanfaatkan kehidupan untuk menumbuhkan jiwa kebijaksanaan

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 29 November 2016

Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia,

Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina

Ditayangkan tanggal 1 Desember 2016

Keharmonisan organisasi tercermin dari tutur kata dan perilaku yang lembut dari setiap anggota.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -