Ceramah Master Cheng Yen: Menggenggam Setiap Detik untuk Bersumbangsih dan Menumbuhkan Kebijaksanaan
“Hormat! Chun-xiu, sudah tiba di Stasiun Shulin. Misi selesai.”
Beberapa hari ini, saya merasa sedih dan hampa. Di tengah kondisi seperti ini, saya bertemu dr. Wu Kun-ji di Griya Jing Si dan beliau berbagi tentang kondisi kecelakaan.
“Para korban jiwa tewas seketika. Banyak jenazah yang hancur. Dari hasil autopsi di lapangan, bisa diketahui bahwa mereka tewas seketika tanpa tahu apa yang terjadi. Saya berkata kepada para anggota pemadam kebakaran, ‘Kalian mungkin tidak nyaman melihatnya, tetapi percayalah bahwa mereka semua adalah orang baik. Kumpulkanlah jenazah mereka dengan berani. Mereka akan berterima kasih pada kalian,’” kata Wu Kun-ji, Dokter spesialis ortopedi Pusat Medis Tzu Chi Hualien.
Di tengah kecelakaan yang memilukan ini, Dokter Wu Kun-ji turut merasakan kesedihan orang lain. Kesedihan ini sungguh tidak bisa dideskripsikan. Karena itu, saya menulis sepucuk surat bagi para korban dan keluarga.
Beberapa hari ini, saya berada di Griya Jing Si dan terus mengikuti perkembangan kecelakaan ini. Entah bagaimana mengungkapkan perasaan saya. Saya juga tidak bisa pergi ke lapangan. Meski pergi ke lapangan, saya pun tidak bisa membantu. Karena itu, saya harus tetap tenang di sini untuk mengumpulkan informasi dari relawan kita dan memberikan saran pada mereka.
Kecelakaan yang kita bahas ini terjadi di Taiwan dan sangat dekat dengan kita. Saya juga harus melakukan telekonferensi dengan insan Tzu Chi dari berbagai negara. Banyak bencana yang terjadi di seluruh dunia. Telekonferensi dengan beberapa negara ini sudah dijadwalkan sebelumnya.
Intinya, tugas kita tidak bisa ditinggalkan. Saya berharap semua orang dapat menghimpun kekuatan untuk memberi penghiburan dan berdoa dengan tulus bagi para korban dan keluarga.
“Anak-anak, tadi kita menonton berita tentang kecelakaan kereta di Hualien, Taiwan. Bersediakah kalian berdoa bersama dengan hati tertulus? Bersedia.” Guru dan murid Sekolah Keat Hwa K berdoa bagi para korban kecelakaan kereta di Taiwan
Orang-orang di berbagai negara berdoa semoga para korban luka-luka segera pulih. Mereka juga berdoa bagi para korban jiwa. Singkat kata, di seluruh dunia, banyak orang yang tahu tentang kecelakaan ini serta berdoa dengan hati yang tulus dan perasaan senasib dan sepenanggungan.
Saya bersyukur atas kekuatan cinta kasih dan kesatuan hati orang-orang. Tidak peduli menganut agama apa, semua orang bersumbangsih bersama. Semua ini berjalan dengan tertib. Orang-orang dari berbagai wihara dan organisasi berdoa di lapangan secara bergilir. Kita bisa melihat bahwa semuanya berjalan dengan tertib.
Sulit untuk mengungkapkan perasaan saya. Intinya, saya bersyukur kepada orang-orang yang segera terjun ke lapangan untuk memberikan bantuan dan penghiburan serta mendampingi korban luka-luka untuk pergi ke lokasi kecelakaan guna melakukan upacara pemanggilan arwah para korban meninggal. Para bhiksuni Griya Jing Si juga mendampingi mereka pergi ke lokasi kecelakaan untuk menjalankan tradisi tersebut.
Orang-orang percaya bahwa dengan demikian, almarhum bisa beristirahat dengan tenang, keluarga yang ditinggalkan pun bisa tenang. Sesungguhnya, kesadaran orang yang meninggal telah menuju kehidupan berikutnya sesuai jalinan jodoh mereka.
Kita hendaknya mendoakan semoga jalinan jodoh baik dapat membawa mereka ke kehidupan berikutnya yang penuh berkah. Demikianlah hendaknya doa kita bagi mereka.
Banyak hal yang sulit diungkapkan dengan kata-kata. Intinya, banyak hal yang harus kita syukuri dan doakan.
Kita harus senantiasa ingat tentang ketidakkekalan. Buddha datang ke dunia ini untuk membabarkan kebenaran tentang penderitaan, kekosongan, dan ketidakkekalan. Dunia ini penuh dengan penderitaan. Segala sesuatu di dunia ini bisa lenyap seketika. Lihatlah kereta yang rusak parah dan orang-orang yang nyawanya melayang seketika. Inilah penderitaan dan kekosongan. Semua ini termasuk ketidakkekalan.
Ketidakkekalan adalah prinsip kebenaran. Sesungguhnya, ketidakkekalan adalah kekosongan. Semua ini sulit untuk dijelaskan. Bagaimanapun, semua itu sulit untuk dijelaskan secara menyeluruh. Jadi, sulit untuk menjelaskan secara menyeluruh tentang ketidakkekalan, penderitaan, dan kekosongan.
Saat kecelakaan kereta itu terjadi, seketika itu juga terjadi banyak hal. Semua itu terjadi seketika. Di dunia yang begitu luas ini, banyak hal yang bisa berubah seketika. Semua itu sulit untuk dijelaskan dengan kata-kata.
Bodhisatwa sekalian, mari kita bersungguh hati menggenggam setiap detik untuk mengembangkan nilai kehidupan. Kita harus sungguh-sungguh memanfaatkan waktu. Dengan berbuat baik, berarti kita menciptakan karma baik bagi diri sendiri. Apa pun yang kita lakukan, kita akan menciptakan karma bagi diri sendiri. Ini berlaku untuk setiap orang. Ini merupakan pelajaran besar sekaligus prinsip kebenaran. Jadi, mari kita bersungguh hati untuk menggenggam setiap detik, melangkah dengan mantap, dan selalu memilih untuk melakukan hal yang baik dan bermanfaat bagi dunia.
Kita harus sungguh-sungguh bersumbangsih. Siapa yang bersumbangsih, dialah yang akan memperoleh pencapaian.
Belakangan ini, saya terus berkata bahwa siapa yang bersumbangsih, dialah yang akan memperoleh pencapaian. Jadi, kita harus senantiasa tenang dan menggenggam setiap detik kehidupan kita untuk bersumbangsih.
Dalam kecelakaan kali ini, kita bisa melihat ketenangan dan praktik Enam Paramita, yakni dana, disiplin moral, kesabaran, semangat, konsentrasi, dan kebijaksanaan. Kita bisa membina kebijaksanaan dengan berdana dalam keseharian. Bersumbangsih tanpa pamrih adalah dana yang harus kita praktikkan. Dana berupa materi dan Dharma harus dipraktikkan secara bersamaan. Singkat kata, mari kita lebih bersungguh hati setiap waktu.