Ceramah Master Cheng Yen: Menggenggam Waktu untuk Bersumbangsih

Saya selalu merasa bahwa waktu terus berlalu dengan cepat. Berhubung waktu yang dimiliki terbatas, maka saya harus menggenggam setiap detik. Setiap hari, kita harus memanfaatkan kehidupan kita agar kehidupan kita bernilai. Dari manakah kita datang dan ke mana kita akan pergi? Dari manakah kehidupan ini berasal?

Saat masih muda, Buddha ingin mencari tahu tentang asal mula kehidupan. Setelah meninggalkan istana dan terjun ke tengah masyarakat, Beliau melihat banyak hal yang tidak dipahami. Karena itu, Beliau bertekad untuk menenangkan pikiran guna merenungkan kebenaran alam semesta dan asal mula kehidupan. Inilah yang disebut merenung dengan tenang.

Merenung dengan tenang berarti berkonsentrasi. Untuk itu, kita harus memiliki kondisi batin yang hening dan jernih. Saya sering berkata bahwa kita harus memiliki hati yang hening dan jernih serta tekad yang luas dan luhur. Buddha memiliki hati yang hening dan jernih serta tekad seluas alam semesta. Ini disebut tekad yang luas dan luhur. Setelah berikrar untuk mencari tahu tentang kebenaran alam semesta, Buddha pun benar-benar melakukannya.


Singkat kata, perlahan-lahan, Buddha menenangkan pikiran dan menghapus seluruh noda batin-Nya hingga menyatu dengan alam semesta. Karena itulah, saya sering berkata bahwa Buddha menyatu dengan seluruh alam semesta. Kehidupan Buddha telah menyatu dengan seluruh alam semesta Artinya, segala kebenaran di dunia ini tak luput dari kebijaksanaan Buddha. Dengan kebijaksanaan-Nya, Buddha memahami semua kebenaran di dunia ini.

Singkat kata, Buddha memiliki cinta kasih dan kebijaksanaan agung. Hati Buddha sangat lapang dan dapat merangkul seluruh alam semesta. Bodhisatwa sekalian, hati seperti ini sangat lapang, tak bertepi, dan tak terukur, bagaikan alam semesta ini.

Beberapa hari yang lalu, pendiri U-Theatre, Ibu Liu Ruo-yu, datang bersama anggota lain. Pada bulan Agustus, mereka mengadakan pertunjukan di lapangan di luar Aula Jing Si Hualien dengan pintu tembaga kita sebagai latar belakang. Saya bisa melihat semangat pelatihan diri mereka. Setiap gerakan menunjukkan keterampilan mereka. Saya sangat tersentuh.

Di atas panggung, seseorang melakukan monolog tentang "aku" yang tak terhingga di balik sebersit cahaya. Monolog itu sangatlah sederhana, hanya tentang "aku". Saya sungguh kagum pada performa mereka. Seiring dengan monolog yang sederhana itu, kita bisa melihat mereka menampilkan sebersit cahaya dan "aku" yang tak terhingga.


Bukankah kehidupan sehari-hari kita juga tak lepas dari "aku"? Setiap orang tak lepas dari keakuan. Benarkah demikian? Saat bangun di pagi hari, yang pertama muncul dalam pikiran kita ialah diri sendiri. Saya sering berkata bahwa setiap hari, saat membuka mata dan dapat melihat sekeliling saya, yang pertama muncul dalam benak saya ialah rasa syukur.

Setelah membuka mata dan melihat lingkungan sekitar saya, saya akan melakukan olahraga ringan. Kemudian, saya duduk untuk bermeditasi. Setelah mulai bermeditasi, saya akan terus menghitung tarikan dan embusan napas saya. Ini adalah meditasi pernapasan, bukan "vegetarisme" meski pelafalan dalam dialek Taiwan terdengar mirip. Saya mengamati napas saya. Saya menghitung tarikan dan embusan napas saya saat bermeditasi.

Hidup di dunia ini, waktu kita terbatas. Karena itu, kita harus menghargai waktu. Kita harus menggenggam waktu dan memanfaatkan kehidupan. Kita dapat bersumbangsih karena masih hidup. Demi apa kita bersumbangsih? Apakah demi diri sendiri? Bukan. Kita hendaknya memanfaatkan kehidupan kita untuk bersumbangsih bagi makhluk hidup yang tak terhingga, barulah kehidupan kita bernilai.


Intinya, kita harus memahami kebenaran dan menghargai waktu karena waktu berlalu dengan cepat. Kita juga harus menghargai prinsip kebenaran yang diwariskan hingga kini. Kita hendaknya saling mengasihi karena semua orang bisa menjadi Bodhisatwa dunia. Terima kasih. Waktu terus berlalu tanpa henti. Dahulu, kita mungkin menciptakan karma buruk. Kini, kita harus memupuk berkah.

Tahun demi tahun terus berlalu. Saya berharap semua orang selalu sehat. Usia kita terus bertambah dari tahun ke tahun. Karena itu, kita harus menggenggam waktu. Dengan menggenggam setiap detik, kita dapat melakukan banyak hal baik. Jangan menyerah pada usia.

“Kami akan memiliki kesatuan hati bagai bola kristal yang berpusat pada satu titik, bersama-sama menggarap ladang berkah dengan welas asih, menghimpun tetes-tetes cinta kasih untuk membentuk aliran jernih, serta menjalankan Enam Paramita dan puluhan ribu praktik di tengah masyarakat. Kami akan membentuk barisan Bodhisatwa yang panjang untuk menyebarkan dan mewariskan Dharma serta menjaga ladang pelatihan. Kami akan menjalankan ikrar dengan tekun dan berani. Master membentangkan jalan bagi kami dengan membabarkan Sutra Teratai. Jodoh antara guru dan murid terjalin dalam persamuhan Dharma. Kami akan mengikuti langkah Master dari kehidupan ke kehidupan. Kami akan mengikuti langkah Master dari kehidupan ke kehidupan.”

Waktu berlalu dengan sangat cepat
Menenangkan pikiran untuk menilik asal mula kehidupan
Menghargai kehidupan dan bersumbangsih dengan cinta kasih
Bersama-sama menapaki jalan kebenaran dengan kesatuan tekad

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 13 November 2020 
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina
Ditayangkan tanggal 15 November 2020
Tanamkan rasa syukur pada anak-anak sejak kecil, setelah dewasa ia akan tahu bersumbangsih bagi masyarakat.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -