Ceramah Master Cheng Yen: Menggenggam Waktu untuk Melakukan Kebajikan Bersama
“Pada tanggal 3 April pukul 07.58, kami yang berada di Kaohsiung merasakan guncangan gempa. Setelah mengetahui bahwa pusat gempa berada di Hualien, kami sangat khawatir dan berusaha untuk mencari tahu kondisi di Hualien. Karena itu, kami menghubungi pusat komando penanggulangan bencana kita setiap hari. Saat Hualien dilanda bencana, kami para relawan di Kaohsiung akan selalu ada untuk saudara se-Dharma kita di sini,” kata Pan Ji-li relawan Tzu Chi.
“Sebagai insan Tzu Chi, kita harus memperhatikan hal-hal yang terjadi di seluruh dunia dan bisa turut merasakan penderitaan orang lain. Karena itu, pascagempa, saya segera mengerahkan karyawan saya untuk membuat roti dan mengirimkannya ke Taman Nasional Taroko untuk para petugas penyelamat,” kata Fang Han-wu relawan Tzu Chi.
Insan Tzu Chi di berbagai wilayah memperhatikan korban bencana di Hualien kali ini bagai memperhatikan keluarga sendiri. Melihat kalian mencurahkan perhatian, saya sangat bersyukur. Saya terus mengatakan bahwa gempa bumi kali ini merupakan pelajaran bagi umat manusia. Sungguh, kekuatan alam sangat besar, sedangkan kekuatan manusia sangatlah kecil.
Setiap orang hendaknya senantiasa ingat akan hal ini. Jangan merasa bahwa kekuatan diri sendiri sangat besar. Kekuatan manusia sangatlah kecil. Belakangan ini, saya sering mengulas tentang semut kecil yang berusaha mendaki Gunung Sumeru. Semut kecil ini juga berpacu dengan waktu. Saya sering merenungkan ketidakkekalan hidup. Waktu terus bergulir. Banyak waktu yang telah berlalu. Di kehidupan sekarang, sisa waktu saya tidaklah banyak. Karena itulah, saya selalu ingat akan ketidakkekalan dan menggenggam waktu untuk bersumbangsih.
Saudara sekalian, kalian juga harus menggenggam waktu. Sungguh, kita harus menyadari ketidakkekalan dan senantiasa bermawas diri. Mari kita menggenggam kehidupan sekarang dan jalinan jodoh dengan Tzu Chi untuk bersumbangsih bagi dunia. Kita harus memandang penting misi Tzu Chi dan terus menjalankannya. Bumi sangat rentan dan kehidupan tidak kekal. Setelah menyaksikannya secara langsung, kita harus bermawas diri.
Kita hendaknya melatih kedamaian batin, bukan memohon ketenteraman pribadi. Ingatlah bahwa kita harus memiliki keyakinan benar. Setiap orang di dunia ini hendaknya berbuat baik. Jangan berpikir bahwa dengan berbuat baik, barulah kita bisa hidup tenteram. Jangan ada pemikiran seperti ini. Berbuat baik adalah kewajiban kita. Asalkan sesuatu itu benar, maka kita harus melakukannya.
Saya merasa bahwa kehidupan saya sangat bernilai. Ada kalian yang bersumbangsih, saya sangat bersyukur. Saya berkata pada diri sendiri bahwa saya telah mengembangkan nilai kehidupan saya. Kalian semua adalah murid saya. Para insan Tzu Chi dapat segera mengembangkan potensi kebajikan saat dibutuhkan. Karena itu, saya sangat bersyukur pada kalian.
Sesungguhnya, kita sangat beruntung kali ini. Kita sungguh harus bersyukur. Kekuatan gempa bumi kali ini mencapai 7,2 SR. Ini sangatlah besar, hampir sama dengan Gempa 921. Mengenang masa lalu, pascagempa 921, Tzu Chi menjalankan berbagai proyek pembangunan, termasuk pembangunan gedung sekolah, selama bertahun-tahun. Sebelum itu, kita mendirikan Perumahan Cinta Kasih untuk menenteramkan fisik, batin, dan kehidupan para korban bencana. Saat itu, para relawan kita sangat bersungguh hati dalam menenteramkan jiwa dan raga para korban bencana.
Guncangan gempa di Hualien kali ini membuat banyak orang ketakutan. Beberapa hari ini, lewat siaran Da Ai TV, saya melihat bahwa ada relawan kita yang juga terkena dampak bencana. Meski perlu merapikan rumah sendiri, para relawan kita tetap mengutamakan aktivitas Tzu Chi, seperti melakukan survei dan mencurahkan perhatian. Karena itu, saya sungguh sangat bersyukur.
Semua orang mengutamakan kepentingan umum. Para insan Tzu Chi bersumbangsih sebagai Bodhisatwa dunia di tengah masyarakat dan mengutamakan kebutuhan orang lain. Jadi, saya telah melihat Bodhisatwa dunia yang sesungguhnya. Ini bukan sekadar sebutan. Para relawan kita bersumbangsih secara nyata.
Dalam beberapa tahun belakangan ini, Taiwan juga dilanda beberapa bencana lainnya dan kita bisa melihat insan Tzu Chi dari setiap wilayah selalu bergerak untuk membantu. Gempa bumi kali ini mengingatkan saya bahwa kapan dan di mana pun bencana terjadi, insan Tzu Chi tidak pernah absen. Selain itu, relawan kita juga makin kerap mencurahkan perhatian di komunitas. Saya sungguh sangat menghargai para Bodhisatwa kita. Saya sangat bersyukur dan menghormati mereka.
Gempa bumi kali ini membuat saya makin menghargai insan Tzu Chi. Saya juga berharap kita semua dapat menghargai jalinan jodoh dan terus memperhatikan satu sama lain. Terlebih lagi, kini insan Tzu Chi generasi pertama telah berusia lanjut.
Para bhiksuni Griya Jing Si, staf, dan relawan kita hendaknya lebih sering memperhatikan para relawan lansia yang hidup sendirian atau hanya bersama pasangannya. Kita harus memperhatikan relawan yang telah lanjut usia. Ada pula sebagian relawan lansia yang hidup dalam keterbatasan. Kita juga harus membantu mereka dan menenangkan hati mereka karena gempa susulan mungkin masih akan terjadi. Jadi, kita hendaknya memetik hikmah dari gempa bumi kali ini dan memperhatikan saudara se-Dharma.
Saya harap para staf kita dapat kembali mengunjungi relawan lansia kita dan mengevaluasi apakah mereka membutuhkan bantuan jangka panjang. Hendaklah kita kembali mengunjungi mereka. Terima kasih.
Seiring berlalunya waktu, rumah dan manusia akan menua. Intinya, kita harus menggenggam kesempatan yang ada. Jika dapat menolong sesama, kita hendaknya segera mengembangkan potensi kebajikan kita. Saya berharap setiap orang dapat membangkitkan ketulusan untuk berdoa semoga dunia aman dan tenteram.
Lewat media massa kita, baik Da Ai TV maupun Majalah Bulanan Tzu Chi, kita sering mengingatkan orang-orang untuk meningkatkan kewaspadaan. Kita harus tulus menyosialisasikan vegetarisme dan berdoa semoga dunia aman dan tenteram. Hanya doa yang tulus dari lubuk hatilah yang bisa menjangkau para Buddha dan Bodhisatwa.
Bumi sangat rentan dan kekuatan manusia sangatlah kecil
Menggenggam waktu dan menyadari ketidakkekalan
Saling membantu dan memperhatikan lansia sebatang kara
Menenteramkan jiwa dan raga serta melakukan kebajikan Bersama
Ceramah Master Cheng Yen Tanggal 11 April 2024
Sumber: Lentera Kehidupan – DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Marlina, Shinta, Janet
Ditayangkan Tanggal 13 April 2024