Ceramah Master Cheng Yen: Menggenggam Waktu untuk Membina Berkah dan Kebijaksanaan

“Setiap hari, saya bangun pukul 03.30 pagi untuk mendengar ceramah Master. Usai mendengar ceramah Master, saya berolahraga dengan berjalan keluar. Saat berjalan pulang, saya sekalian mengumpulkan barang daur ulang. Saya juga mengumpulkan barang daur ulang pada sore hari. Berhubung sudah lanjut usia, saya harus menggenggam waktu untuk bersumbangsih selagi mampu. Saat ada yang mengajak saya, saya akan ikut untuk belajar dan bersumbangsih. Terima kasih,” ucap Ye Qiu Rui-lan, Relawan Tzu Chi berusia 83 tahun.

“Saya rela melakukan apa pun. Jika mampu, saya pasti akan bersumbangsih,” ucap Chen Mei-fang, Relawan Tzu Chi berusia 82 tahun.

“Setiap hari Senin, Rabu, dan Jumat, saya harus menjalani cuci darah. Setiap hari Rabu, saya menjadi relawan ladang berkah. Usai menjadi relawan ladang berkah, saya baru menjalani cuci darah. Dengan bersumbangsih, saya semakin dipenuhi sukacita dan sehat,” ucap Huang Ju-rong, Relawan Tzu Chi berusia 74 tahun.

Datang ke Qingshui hari ini, saya melihat banyak Bodhisatwa. Saya sungguh sangat tersentuh. Ada sekelompok relawan yang berkata bahwa bersumbangsih membuat mereka dipenuhi sukacita. Sungguh, inilah yang disebut berkah. Bisa bersumbangsih hingga dipenuhi sukacita serta semakin sehat dan cekatan, inilah yang disebut berkah. Berkah adalah sukacita yang diperoleh ketika bersumbangsih. Bagaimana memperoleh kedamaian batin? Kita harus memiliki kebijaksanaan. Dengan kebijaksanaan, kita baru bisa berpikiran terbuka. Orang yang berpikiran terbuka adalah orang yang bijaksana. Jadi, untuk membina kebijaksanaan, kita harus bersikap penuh pengertian. Agar bisa bersikap penuh pengertian, kita harus berlapang hati.

Apa yang dibutuhkan oleh orang yang penuh pengertian dan lapang hati? Tahu berpuas diri dan bersyukur. Sungguh, kita harus senantiasa berpuas diri. Siapa yang tidak dilanda penderitaan? Buddha mengajarkan bahwa dunia ini penuh penderitaan. Berhubung dunia ini penuh penderitaan, maka kita rela bersumbangsih dan menjangkau semua makhluk yang menderita sebagai Bodhisatwa. Inilah hati yang penuh welas asih. Kehidupan kita dan semua makhluk adalah satu kesatuan.

Dalam Sutra Bunga Teratai diulas bahwa dunia ini bagai sebuah rumah besar yang sudah lama tidak diperbaiki. Noda dan kegelapan batin semua makhluk dari kehidupan ke kehidupan terus terakumulasi sehingga rumah besar ini mengalami kerusakan. Jika Bumi hancur, bisakah manusia bertahan hidup? Tidak. Saya berharap setiap orang bisa waspada. Waktu bisa mendukung segala pencapaian. Hidup manusia tidaklah panjang. Kita bisa melihat manusia menua dengan cepat. Contohnya relawan kita yang setahun atau dua tahun lalu baru memiliki beberapa helai uban, kini seluruh rambutnya sudah menguban. Itu terjadi dengan cepat. Inilah penuaan. Penuaan adalah bagian dari hukum alam.

Saat mengunjungi lokasi pameran kita, saya melihat beberapa Bodhisatwa lansia yang sangat terampil dalam membuat kerajinan tangan. Ini akan saya jadikan hadiah bagi tamu luar negeri kita.

“Suatu kehormatan bagi saya bisa bertemu Master secara langsung. Saya sering melihat Master di televisi. Saya sangat gembira melihat Master hari ini.”

Kamu menonton ceramah saya setiap hari? “Ya.” “Tentu saja harus ditonton setiap hari.”

Kamu harus menontonnya setiap hari, ya? “Ya, saya menontonnya setiap hari. Hari ini, saya baru melihat Master secara langsung. Saya telah berusia 84 tahun.”

Hanya lebih tua beberapa tahun dari saya.

“Saya jauh lebih tua. Master, ini adalah pembatas buku.”

Kalian sangat terampil. Saat kecil, saya juga bisa membuatnya, tetapi sekarang sudah tidak bisa.

“Master hanya merendah.”

Aroma wlingi laut mengingatkan saya akan budaya pada lebih dari 70 tahun lalu. Aroma yang segar itu membuat saya bernostalgia. Saat saya berjalan masuk, seorang relawan sedang menganyam alas duduk dengan corak yang indah. Saat saya berjalan masuk, sebagian besar alas duduk itu belum dianyam. Namun, saat saya berjalan keluar, dia sudah selesai menganyam dan merapikannya. Jadi, selain ingin berbagi bahwa aroma wlingi laut itu membuat saya bernostalgia, yang terpenting, saya ingin menyampaikan bahwa para Bodhisatwa lansia masih sehat dan berpikiran tajam.

Dokter kita telah berbagi tentang cara menjaga ketajaman pikiran lansia agar terhindar dari demensia. Satu-satunya cara adalah dengan melatih fisik dan pikiran lansia. Kita menunjukkan arah yang benar sehingga mereka bisa berbuat baik dan membawa manfaat bagi masyarakat. Dengan demikian, para lansia bukan hanya dapat menjaga ketajaman pikiran, juga dapat melatih fisik mereka. Jadi, untuk menjaga ketajaman pikiran, fisik dan pikiran harus dilatih secara bersamaan. Inilah cara terbaik.

Saya juga berharap kita dapat mengajak para lansia di komunitas untuk melatih pikiran dan fisik mereka. Untuk menjaga ketajaman pikiran, kita harus terus-menerus menciptakan siklus kebajikan. Tidak peduli berapa usia kita sekarang, kita harus menjaga kesehatan tubuh dan ketajaman pikiran. Jadi, berkah adalah sukacita yang diperoleh ketika bersumbangsih. Saya berharap kalian bisa lebih bersungguh hati.

“Dinding yang kita lihat ini adalah “satu bertumbuh menjadi tak terhingga.” Seorang relawan dapat menginspirasi relawan-relawan yang tak terhingga. Jadi, satu kebajikan juga dapat menginspirasi kebajikan yang tak terhingga. Segala sesuatu berawal dari sebersit niat. Master, Taiwan dikelilingi oleh “biji hati.” Yang mengelilingi biji saga adalah “biji hati.” “Biji hati” ini adalah biji paria gunung. Biji paria gunung berwarna hitam dengan bagian tengah berwarna putih dan berbentuk hati.

Jadi, segala sesuatu berawal dari sebersit niat. Kita harus memperhatikan bahwa pikiran adalah pelopor segalanya. Kini kita adalah manusia awam dan kita bertekad untuk mencapai kebuddhaan di masa mendatang. Jalan menuju kebuddhaan adalah Jalan Bodhisatwa. Kita semua harus giat menapaki Jalan Bodhisatwa. Saya berharap insan Tzu Chi Qingshui dapat mempertahankan kemurnian pikiran. Meski bertiup angin kencang, kita harus bisa menjaga ketenangan pikiran. Berhubung mendengar Dharma, kita harus berpegang pada Dharma. Kita harus tulus, benar, yakin, dan sungguh-sungguh berpegang pada Dharma. Saya berharap para relawan yang berada di Qingshui dapat menjaga kemurnian pikiran. Saya juga berasal dari Qingshui. Kita semua memiliki pikiran yang murni. Kita semua memiliki karakteristik warga setempat. Jadi, kita harus menjaga kemurnian pikiran dan menghapus perselisihan antarmanusia. Kita harus menjalani hidup dengan kebijaksanaan.

Berkah adalah sukacita yang diperoleh ketika bersumbangsih
Kebijaksanaan adalah kedamaian batin yang
diperoleh dari sikap penuh pengertian
Melatih fisik sekaligus pikiran
demi menjaga kesehatan
Mempertahankan tekad awal
dan menginspirasi kebajikan tak terhingga

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 01 Februari 2018

Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia,

Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina

Ditayangkan tanggal 03 Februari 2018

Editor: Yuliati

Mendedikasikan jiwa, waktu, tenaga, dan kebijaksanaan semuanya disebut berdana.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -