Ceramah Master Cheng Yen: Menggunakan Dharma untuk Mengobati Batin dan Meringankan Penderitaan
Kini, unsur tanah, air, api, dan angin sudah tidak selaras. Akhir-akhir ini, saya sering berkata bahwa kita jangan melupakan tahun 1999. Gempa yang terjadi pada tanggal 21 September 1999 berkekuatan 7,3 SR. Kini, saya mendengar bahwa terjadi gempa berkekuatan 8,0 SR di Peru. Melihat ini, hati saya sungguh sangat terguncang. Inilah ketidakkekalan. Unsur tanah, angin, dan air menjadi tidak selaras dan Bumi mengalami kerusakan.
Kini, Bumi terus mengalami kerusakan akibat ulah manusia dan bencana alam. Apa yang harus kita lakukan? Satu-satunya cara ialah mengembangkan cinta kasih. Kita harus mengembangkan kekuatan cinta kasih semua orang. Antarsesama manusia harus memiliki cinta kasih tanpa mementingkan hubungan darah dan welas asih dengansemangat senasib dan sepenanggungan. Kita harus bersumbangsih dengan sukacita dan sukarela. Inilah yang Buddha ajarkan kepada kita.
Buddha mengajarkan kepada kita bahwa di era kalpa kerusakan ini, dunia
dipenuhi kekeruhan. Kini, empat unsur sudah tidak selaras dan hati manusia
selalu dipenuhi ketamakan. Ajaran Buddha harus diterapkan dalam kehidupan dan
pada masalah batin kita. Hanya Dharma-lah yang dapat mengatasi masalah-masalah
kita. Ketika tubuh kita sakit, kita mengobatinya dengan obat. Ketika batin kita
sakit, kita harus mengobatinya dengan Dharma.
“Sebelum terjadi gempa pada tanggal 21 September 1999, saat menjalankan usaha, wajah saya sungguh… Pernahkah Anda melihat foto lama saya? Tak ada senyum sama sekali di wajah saya. Saya hanya sibuk mencari uang dan tidak ada senyum. Ketika saya menemui masalah kecil, akan timbul noda dan kegelapan batin. Saya terus berpikir untuk mencari banyak uang. Namun, keadaan tidak sesuai harapan saya. Pada gempa 21 September 1999, saya kehilangan semuanya,” tutur Zhang Ming-an, relawan Tzu Chi.
Kita telah mendengar relawan di Nantou berbagi kisahnya dengan
kita. Ketika saya berada di Nantou, dia datang untuk berbagi kisahnya dengan
semua orang. Sebelum terjadi gempa pada tanggal 21 September 1999, penghasilannya
mencapai sejuta dolar NT per bulan. Namun,
pascagempa 21 September 1999, dia kehilangan segalanya. Inilah ketidakkekalan. Apa
yang harus dia lakukan? Dia harus memulai kembali dari awal dengan bekerja
sebagai pengantar makanan.
“Pada saat itu, hanya ada satu pemikiran, yaitu saya harus bekerja untuk bertahan hidup. Kemudian, kebetulan saya melihat iklan lowongan yang bertuliskan, "Mencari karyawan pengantar makanan". Saya pun pergi melamar. Setelah menjadi pengantar makanan, pada saat itu, saya berpikir menjalankan usaha makanan merupakan usaha yang cukup baik. Saya pun mengatakan hal ini pada istri saya. Istri saya berkata pada saya bahwa saya harus mengajukan izin usaha. Saya berkata bahwa saya akan mengajukan izin usaha. Satu nasi kotak seharga 40 dolar NT terdiri atas 6 jenis sayur,” kenang Zhang Ming-an, relawan Tzu Chi.
“Untuk sarapan, kami menyediakan bubur dan nasi. Kami akan hitung sesuai sayur yang diambil pelanggan. Untuk nasi kotak, kami buka satu harga, yaitu 40 dolar NT. Kami mendorong semua orang untuk bervegetaris. Jadi, kami tidak akan menaikkan harga. Harganya masih sama seperti semula, tidak pernah naik. Tahun ini merupakan tahun ke-12 kami menjalankan ini,” tambahnya.
Mendengar dia berkata seperti itu, saya sangat mengaguminya. Dia sangat sibuk bekerja, tetapi keuntungannya sangat tipis. Setelah mendengar dia menghitung keuntungannya, saya bertanya, "Apakah setimpal dengan kerja keras Anda?" Dia menjawab, "Saya bekerja dengan sungguh-sungguh, yang penting cukup pakai saja. Jika ada yang lebih, saya pun menyumbangkannya." Itu sungguh tidak mudah.
Inilah perubahan hidupnya. Lebih dari 20 tahun lalu, dia masih muda. Dua puluh tahun kemudian, kehidupannya telah berbeda. Kita harus tahu bahwa kehidupan tidaklah kekal. Kita harus lebih banyak memahami tentang Empat Kebenaran Mulia. Kita harus sadar bahwa tubuh tidak bersih, perasaan membawa derita, pikiran tidak kekal, dan semua fenomena adalah tanpa inti. Tubuh kita sungguh tidak bersih. Syair Pertobatan Air Samadhi memberi tahu kita demikian.
Ketika membabarkan Sutra Bunga Teratai, saya juga pernah berkata bahwa sembilan lubang di tubuh kita mengeluarkan zat-zat yang tidak bersih. Ada 7 lubang di wajah kita serta 2 lubang untuk buang air besar dan kecil. Sembilan lubang di tubuh kita mengeluarkan zat-zat yang tidak bersih. Sungguh, ketika tubuh kita tidak selaras, itu menandakan kita sedang sakit. Contohnya, hidung tersumbat menyebabkan pernapasan menjadi tidak lancar. Jika kita batuk, dahak yang kita keluarkan juga tidak bersih.
Tubuh kita menghasilkan banyak zat tidak bersih. Jadi, tubuh kita
tidak bersih. Kita merasa tidak nyaman ketika tubuh kita tidak selaras. Perasaan
akan timbul ketika kita berhadapan dengan orang, masalah, dan ketidakkekalan. Tidak
peduli berurusan dengan dunia luar ataupun tubuh kita sendiri, perasaan kita
membawa penderitaan. Perasaan seperti itu berasal dari akumulasi karma akibat
ketidaktahuan kita di masa lalu.
Sekarang, meski sudah mendengar Dharma, tetapi sebagian orang tetap tidak bisa mengubah kebiasaan buruk mereka. Kita berkata padanya, "Bersyukur, menghormati, dan mengasihi kehidupan." Kita menekankan rasa syukur, rasa hormat, dan cinta kasih terhadap kehidupan. Tidak peduli bagaimanapun kita menjelaskan berulang kali, ketika kita bertanya, "Apakah Anda sudah bervegetaris?" Beberapa orang akan menjawab, "Ketika kembali ke Griya Jing Si, saya akan bervegetaris."
Ada orang yang berkata, "Ketika pulang ke rumah, jika kondisi memungkinkan, kami pun bervegetaris." Ini menunjukkan bahwa mereka belum bervegetaris. Banyak hewan ternak dibunuh untuk memenuhi nafsu makan manusia. Hewan-hewan ternak ini telah menyebabkan banyak pencemaran. Melihat bencana alam yang terjadi di seluruh dunia, kita sungguh harus mengingatkan diri sendiri untuk meredam pemanasan global. Satu-satunya cara ialah bervegetaris.
Dengan kita bervegetaris, orang-orang tidak perlu menernakkan banyak hewan. Orang-orang menernakkan banyak hewan karena banyak orang yang mengonsumsinya. Jadi, orang-orang menernakkan banyak hewan. Setiap hari, lebih dari 200 juta ekor hewan ternak dibunuh. Bayangkanlah, kita membunuh hewan untuk menyuplai kebutuhan pasar setiap hari. Berapa banyak hewan yang harus diternak? Manusia sendiri sudah menciptakan pencemaran, ditambah lagi hewan ternak juga membuat pencemaran semakin berat. Jadi, kita harus meredam pemanasan global dengan bervegetaris.
Dari dalam lubuk hati, kita harus mengasihi manusia, Bumi, dan makhluk hidup. Jika memiliki cinta kasih, kita dapat melakukan ini dengan mudah. Untuk menyelamatkan Bumi dan meredam pemanasan global, tidaklah begitu sulit.
Ketidakselarasan empat unsur terjadi di mana-mana
Menggunakan Dharma untuk mengobati batin dan melenyapkan ketidaktahuan
Mengubah kehidupan setelah merasakan penderitaan
Mendorong orang bervegetaris untuk menyelamatkan Bumi
Ceramah Master Cheng Yen tanggal 27 Mei 2019
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia,
Penerjemah: Hendry, Karlena, Li Lie, Marlina
Ditayangkan tanggal 29 Mei 2019