Ceramah Master Cheng Yen: Menghalau Energi Negatif dengan Dharma

Sebelum Tahun Baru Imlek tiba, saat akan memulai perjalanan keliling untuk acara Pemberkahan Akhir Tahun, kebetulan saya baru selesai membabarkan Sutra Bunga Teratai bab 20, yakni bab mengenai Bodhisatwa Sadaparibhuta. Saat tiba waktunya untuk Pemberkahan Akhir Tahun, tepatnya tanggal 8 November tahun lalu, sebelum berangkat, saya merasa tidak sehat. Setelah hampir sebulan perjalanan, saya kembali ke Hualien untuk beristirahat, lalu kembali memulai perjalanan berikutnya. Saat itu saya tetap merasa sangat Lelah dan belum benar-benar pulih.

Saya menjalani keseharian saya dengan kondisi tubuh yang tidak kunjung pulih. Mulanya saya merasa tenang karena dari 28 bab Sutra Bunga Teratai, saya merasa telah selesai membabarkan bagian-bagian pentingnya. Saya merasa itu sudah cukup. Namun, dalam berbagai sesi Pemberkahan Akhir Tahun, saya mendengar para insan Tzu Chi berbagi kisah perjalanan mereka di Tzu Chi dari tahun ke tahun.

Mereka sungguh telah mengikuti langkah saya. Mereka telah mentransformasi batin mereka serta melepaskan noda dan kegelapan batin masa lalu yang meliputi ketamakan, kebencian, dan kebodohan. Meski mereka masih merupakan makhluk awam, tetapi mereka telah menapaki Jalan Bodhisatwa. Mereka telah membangun tekad awal dan memulai langkah di Jalan Bodhisatwa.


Pada setiap sesi, setiap kali saya selesai berbicara, saya mendengar berbagai kelompok murid saya ini menyanyikan lagu, "Dari kehidupan ke kehidupan; dalam setiap niat dan pikiran." Mereka sangat tulus. Suara mereka yang lantang terus tinggal dalam hati saya. "Dari kehidupan ke kehidupan; dalam setiap niat dan pikiran."

Dari kehidupan ke kehidupan berikrar demi ajaran Buddha; dalam setiap niat dan pikiran tulus demi semua makhluk. Benar, para Bodhisatwa yang baru bertekad ini memiliki janji temu dengan saya. Dengan jalinan jodoh yang istimewa, saya dan mereka datang ke dunia ini dan mendirikan Tzu Chi. Mereka semua bersumbangsih bagi Tzu Chi. Kehidupan mereka berubah sejak mereka bertemu dengan Tzu Chi. Nilai kehidupan mereka meningkat. Mereka juga mengubah cara pandang dan tujuan hidup mereka. Mereka menanam karma baik dan menggarap ladang berkah. Sungguh banyak hal yang mengharukan.

Suara mereka yang lantang terus terngiang dalam pikiran saya dan membuat rasa haru terus bergelora di hati saya. Bagaimana saya memenuhi ikrar saya terhadap semua makhluk? Saya harus mengerahkan segenap kehidupan saya.


Sekembalinya ke Hualien, selama beberapa bulan ini, saya terus berjuang dengan sungguh-sungguh untuk meningkatkan stamina tubuh saya agar saya bisa berjalan dengan mantap dan berbicara dengan suara yang bertenaga. Jadi, saya berusaha memulihkan tubuh saya.

Hingga saat ini, dalam prosesnya selama setengah tahun ini, apakah saya beristirahat? Tidak sehari pun. Jadwal saya sangat padat setiap hari, terutama akhir-akhir ini, dimulai dari awal tahun, setelah kita mendengar berita tentang merebaknya wabah COVID-19. Wabah kali ini merupakan sejarah abad ini. Jika tidak segera diatasi, entah bagaimana kondisi masyarakat ke depannya.

Bodhisatwa sekalian, kehidupan tidaklah kekal. Saya berharap ajaran Buddha berkembang pesat. Semoga para makhluk pelindung Dharma segera melindungi ajaran Buddha di dunia ini karena wabah kali ini disebabkan oleh virus yang "bukan manusia". Apa yang dimaksud "bukan manusia"? Berbagai makhluk yang tak kasatmata.

Kini kita membutuhkan para makhluk pelindung Dharma. Dharma harus dijaga oleh kita semua. Bukan hanya manusia yang perlu menjaga Dharma, kita juga memerlukan delapan kelompok makhluk pelindung Dharma. Saya berharap semua orang tetap berpegang pada Dharma. Kita tetap harus tekun mendengar Dharma.


Setiap kali mengadakan telekonferensi dengan insan Tzu Chi dari negara mana pun, saat saya bertanya, "Adakah kalian bersungguh hati mendengar Dharma?" mereka menjawab, "Ada, kami selalu mengikuti ceramah Master." Semua orang terus mendengarkan Dharma. Karena itu, kini saya harus segera melanjutkan kembali pembabaran Dharma yang disiarkan lewat jaringan internet. Semoga energi positif dari pikiran benar dapat meredam energi buruk dari penyakit sehingga orang-orang terhindar dari penularan. Jadi, kita semua harus membangkitkan pikiran dan energi positif untuk meredam energi negatif.

Intinya, kini kita harus kembali membangkitkan ketulusan, kebenaran, keyakinan, dan kesungguhan untuk mendengar Dharma. Kita juga harus menyebarkan Dharma dengan cinta kasih, welas asih, sukacita, keseimbangan batin. Dharma yang kita dapat hendaknya kita bagikan. Pemahaman yang kita peroleh lewat ajaran Buddha dan pengalaman yang kita alami dalam keseharian dapat kita kaitkan dan kita bagikan. Inilah yang disebut memberi Dharma.

Kita semua harus tulus dan berpikiran benar. Dengan ketulusan, kebenaran, dan keyakinan, kita sungguh-sungguh menerima Dharma. Dengan demikian, barulah kita dapat terhubung kembali dengan Dharma ini.

Tulus menghirup Dharma dan mengubah pola pikir
Guru dan murid membuat janji di jalan pelatihan diri
Berdoa demi keselamatan dan menghimpun energi positif
Menghalau energi negatif dengan cinta kasih, welas asih, sukacita, dan keseimbangan batin

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 24 April 2020             
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia 
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina, Stella 
Ditayangkan tanggal 26 April 2020
Menyayangi diri sendiri adalah wujud balas budi pada orang tua, bersumbangsih adalah wujud dari rasa syukur.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -