Ceramah Master Cheng Yen: Menghapus Kegelapan Batin dengan Air Dharma
“Saya akan membantu anak saya bertahan hidup. Saya tidak rela membiarkannya meninggal begitu saja. Siapa yang ingin melihat anaknya meninggal?” kata Ibu Liang Long.
“Sungguh, kami memahami penderitaan Anda. Jadi, kita berjuang bersama, ya?” kata Wang Ju relawan Tzu Chi.
“Menolongnya sama dengan menolong seluruh keluarganya. Karena merasa tidak tega, saya ingin mengobatinya setiap hari. Adakalanya, dia tersenyum atau terkejut. Saat saya akan pergi, dia terkadang menggenggam tangan saya. Saya merasa bahwa dia membutuhkan saya,” kata Lin Li dokter pengobatan Tiongkok.
“Kita tidak memiliki hubungan apa pun, tetapi kalian berbuat lebih banyak
daripada kerabat kami,” kata Ibu Liang Long.
Apakah keluarga ini menderita? Sangat menderita.
Orang yang mempelajari Dharma tahu bahwa kita hendaknya tekun melatih diri. Kita tidak tahu dari generasi ke generasi, kapan akan timbul penyakit akibat kelainan genetik. Tiada orang yang tahu. Karena itu, kita harus bersungguh hati melatih diri dan menggunakan cinta kasih untuk membimbing orang-orang. Contohnya orang-orang yang menderita.
Kita harus membimbing mereka memahami hukum karma, melapangkan hati, dan melenyapkan kegelapan batin. Dengan terus membimbing mereka, kita bisa menjalin jodoh baik dengan mereka, sedangkan mereka bisa melatih diri dan menghindarkan generasi penerus dari penderitaan.
Agar bisa memahami kebenaran dan memiliki arah yang benar, kita harus tekun melatih diri. Jika memahami Dharma dan bisa membimbing sesama, seseorang bisa disebut suciwan. Dia bisa menjadi teladan dan membimbing orang-orang ke arah yang benar. Jadi, jika kita melatih diri, kita jugalah yang memperoleh manfaat. Setelah menyerap Dharma, kita harus mempraktikkannya untuk membawa manfaat bagi orang-orang. Ini sangatlah penting.
Kita sudah belasan tahun menjalankan misi Tzu Chi di Myanmar. Saya masih ingat saat itu, pascabadai, insan Tzu Chi pergi ke sana untuk memberikan bantuan. Saat relawan kita tiba di sana, petani setempat sudah tidak memiliki bibit padi ataupun makanan.
Saat itu, selain segera bergerak untuk membagikan kebutuhan sehari-hari, relawan kita juga membagikan bibit padi yang sangat penting bagi mereka. Kita juga membagikan beras yang cukup untuk beberapa bulan. Dengan bibit padi dari Tzu Chi, mereka bisa kembali bercocok tanam. Jadi, mereka bisa makan kenyang selama beberapa bulan dengan beras yang kita bagikan.
Saat itu, di karung beras kita terdapat Kata Renungan Jing Si yang sederhana. Setelah diterjemahkan, kata-kata itu sangat mudah dipahami. Setelah beras bantuan dari kita habis, mereka tidak membuang karung berasnya ataupun menggunakannya untuk keperluan lain. Mereka menempelkannya di dinding karena ada Kata Renungan Jing Si. Mereka juga mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari. Mereka sangat menghargainya.
Mereka juga mendengar relawan kita berbagi tentang makan cukup 80% kenyang dan menyisihkan 20% untuk menolong sesama.
Setelah memahami prinsip kebenaran ini, mereka mulai menyisihkan segenggam beras setiap kali akan memasak. Dengan menolong sesama, mereka juga menciptakan berkah. Mereka terus menjalankan praktik ini hingga kini.
Dua tahun lalu, praktik segenggam beras ini telah mendapat sambutan dari lebih dari seribu keluarga. Dengan segenggam beras setiap hari, dalam sebulan akan terhimpun banyak beras. Berapa banyak beras yang terhimpun setiap bulan? Lebih dari 3.000 kilogram. Beras yang terhimpun bisa digunakan untuk menolong puluhan keluarga.
Kini sudah ada 7.824 keluarga di 67 desa yang menyisihkan segenggam beras setiap hari.
“Acara hari ini adalah penuangan celengan beras. Saya tidak menyangka akan menerima begitu banyak celengan beras. Ada sekitar 700 celengan beras yang dituangkan. Yang hadir di sini juga hampir 250 orang. Semua orang sangat antusias,” kata Zeng Yu-hua relawan Tzu Chi.
“Setelah mengikuti penuangan celengan beras hari ini, saya baru memahami bahwa menyisihkan segenggam beras setiap hari sungguh bisa menolong sesame,” kata U Hla Myint warga.
“Saya sangat sedih karena tidak bisa bekerja sekarang. Beruntung, saya menerima bantuan Tzu Chi. Ini memberi saya kekuatan. Yang lebih menggembirakan ialah saya bisa menyisihkan segenggam beras setiap hari untuk menolong orang-orang yang juga mengalami kesulitan seperti saya,” kata Daw Htay Myint warga.
“Saya bersyukur kepada relawan Tzu Chi atas beras yang diberikan pada kami. Kelak saya akan menyisihkan segenggam beras setiap hari. Saya juga akan berbagi dengan teman saya bahwa kita dapat menolong sesame dengan menyisihkan beras dan mengajak mereka untuk menyisihkan segenggam beras setiap hari,” kata Soe Myint Thu putri Daw Htay Myint.
Mereka bisa menghimpun 12.968 kilogram beras setiap bulan.
Sebelumnya, mereka bisa menghimpun lebih dari 3.000 kilogram beras. Kini, mereka bisa menghimpun 12.968 kilogram. Dengan beras yang terhimpun itu, mereka bisa menolong 270 keluarga dengan masing-masing keluarga menerima 48 kilogram beras.
Bayangkanlah, dengan menyisihkan segenggam beras setiap hari, mereka bisa menolong banyak orang. Jadi, dengan berbagi satu prinsip kebenaran, kita bisa menginspirasi orang-orang untuk menerapkannya dalam keseharian dan membawa manfaat bagi banyak orang.
Meski kecil, setiap orang bisa mengerahkan kekuatan untuk menolong sesama. Dengan menyisihkan segenggam beras setiap hari, mereka bisa menolong 270 keluarga. Berhubung banyak orang yang berpartisipasi, beras yang terhimpun hampir mencapai 13.000 kilogram.
Intinya, jangan merasa bahwa kekuatan kita kecil, lalu enggan bersumbangsih. Himpunan kekuatan kecil bisa membentuk kekuatan besar.
Tetesan air Dharma dapat memenuhi guci hingga bisa membersihkan noda batin kita dan membasahi ladang batin kita sehingga kita bisa menabur benih kebajikan. Jadi, kita harus menyerap Dharma ke dalam hati.
Membasahi ladang batin dengan air Dharma dan menabur benih kebajikan sangatlah penting. Satu benih bisa bertumbuh menjadi tak terhingga.
Tekun melatih diri dan memahami hukum karma
Menjadi teladan dalam melenyapkan kegelapan batin
Di dalam sebutir beras terkandung matahari dan bulan
Membasahi ladang batin dengan air Dharma dan menabur benih kebajikan
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina
Ditayangkan tanggal 08 Agustus 2020