Ceramah Master Cheng Yen: Menghargai Berkah dan Mawas Diri demi Mengurangi Bencana

Berdasarkan laporan Biro Cuaca, selama 58 tahun terakhir, topan pertama yang menerjang Taiwan setiap tahunnya tak pernah merupakan topan kuat, kecuali Nepartak. Selain itu, curah hujan yang dibawa juga tinggi. Kekuatan topan ini berada di skala 16 sampai 17.  Mendengar skala kekuatan topan itu saja, kita sudah sangat khawatir. Namun, apa gunanya jika hanya khawatir saja?

Kita hanya bisa mengimbau semua orang untuk berhati tulus. Setiap orang hendaknya berdoa dengan tulus dan membangkitkan pikiran yang baik. Untuk dapat hidup tenteram dan penuh berkah kita semua harus berbuat kebajikan. Antar sesama manusia harus saling mengasihi bersatu hati, harmonis, dan bergotong royong. Saat ini kita harus menghimpun semangat ini dari semua orang. Keharmonisan dan cinta kasih antar manusialah yang dapat membuat iklim bersahabat. Tanpa semua itu, akan semakin banyak topan seperti Nepartak yang memecahkan rekor 58 tahun terakhir.

Kejadian seperti ini belum pernah ada. Karena itu, manusia hendaknya berintrospeksi. Selain itu, kita juga harus banyak bertobat. Pertobatan juga harus dibarengi ketulusan. Kita berharap topan ini dapat melemah agar ke mana pun ia bertiup kerusakan yang timbul dapat berkurang. Demikianlah kita bukan hanya berdoa bagi Taiwan, melainkan juga bagi seluruh dunia. Kita berharap kekuatan topan itu bisa melemah agar dampak kerusakan pun berkurang. Inilah harapan kita semua. Kita semua harus bersatu hati untuk bertobat, mawas diri, dan membangkitkan ketulusan. Ini sangatlah penting.

Pagi tadi saya mendengar bahwa kemarin malam sebuah ledakan terjadi di salah satu gerbong kereta komuter di dekat Stasiun Songshan, Taipei. Akibatnya, 25 orang mengalami luka-luka, termasuk seorang anak berusia 14 tahun. Saya sangat berharap semua orang di masyarakat kita merasa damai.

Di Tainan saya juga mendengar bahwa saat seorang relawan daur ulang kita melakukan bersih-bersih, dia menemukan kantong plastik berisi serbuk putih. Saat ingin membersihkannya, dia menyentuh serbuk tersebut dan tangannya merasa seperti terbakar.

“Dokter bertanya saya memegang benda apa, saya bilang saya juga tidak tahu,” kata seorang relawan.

Jadi, saya berharap kalian dapat menyosialisasikan kepada para penjual bahan-bahan kimia untuk berhati-hati dan tidak membuang sampah mereka sembarangan karena dapat membahayakan orang yang mengumpulkan barang daur ulang. Selain itu, kita juga harus berusaha, bahkan bukan hanya berusaha melainkan benar-benar memiliki pengetahuan bahwa bahan kimia tidak boleh sembarang disentuh. Saat melakukan daur ulang, kita harus hati-hati.

Karena itu, kita selalu menyosialisasikan konsep menjaga kebersihan dari sumbernya. Sebelum menerima barang daur ulang, kita hendaknya meminta agar setiap keluarga terlebih dahulu memilah sampah mereka. Kita hendaknya hanya menerima barang yang bersih untuk dipilah lebih lanjut. Jangan menerima sampah yang kotor terutama sampah kotak makanan. Sering kali sisa makanan masih ada di dalamnya. Saat relawan akan mendaur ulang keesokan harinya, bau tidak sedap sudah tercium. Begitulah orang zaman sekarang. Sampah dapurnya terlalu banyak. Ini sungguh merupakan pemborosan.

 Kondisi iklim yang ekstrem di masa sekarang berkaitan erat dengan pola hidup manusia. Pola hidup manusia adalah cerminan dari batin manusia. Pikiran yang menyimpang membuat manusia tidak memahami penderitaan dan tidak menghargai sumber daya alam. Manusia tak mengerti sulitnya makanan dihasilkan. Orang zaman dahulu berkata, "Sebutir nasi dihasilkan dengan 24 tetes keringat." Bagaimana mungkin hanya 24 tetes keringat? Sesungguhnya lebih. Di bawah terik matahari, para petani bekerja keras. Saat berjalan-jalan di bawah terik matahari saja, keringat sudah membasahi tubuh kita. Jadi, bagaimana mungkin sebutir beras dihasilkan hanya dengan 24 tetes keringat? Tentu lebih. Dibutuhkan kerja keras untuk menghasilkan tanaman pangan. Kita harus bersyukur saat mengonsumsinya. Kita harus menghargainya dan jangan menyia-nyiakannya.

Orang zaman sekarang juga tidak bisa menjahit. Banyak orang membeli pakaian jadi. Lemari mereka dipenuhi pakaian. Jika lemari sudah penuh, orang-orang akan membuang pakaian mereka. Adakalanya pakaian yang dibuang masih baru dan masih memiliki label harga. Lihat betapa borosnya manusia. Jadi, segala perbuatan kita disebut karma. Segala perbuatan yang dilakukan manusia. Singkat kata, kekuatan karma bisa mewujud dalam bentuk topan dan sebagainya. Kita harus sungguh-sungguh berintrospeksi.

Tadi kita melihat berita tentang topan. Saya juga berterima kasih kepada insan Tzu Chi di Taiwan bagian timur yang telah mengunjungi pedesaan dan keluarga kurang mampu untuk memberi perhatian. Mereka membawa barang kebutuhan bagi setiap keluarga. Bagi warga pegunungan yang sudah dievakuasi dan membutuhkan tempat tidur lipat, kita juga telah menyediakannya.

Di seluruh Taiwan, kemarin kita sudah membuka pusat koordinasi dan antisipasi topan. Kita sungguh harus waspada, mawas diri, dan tulus. Ini sangat diperlukan. Saya sangat berterima kasih kepada para relawan. Semoga seluruh Taiwan tetap aman dan tenteram. Kita berdoa semoga topan ini tidak membawa kerusakan dan bencana besar. Semoga topan berlalu tanpa meninggalkan bencana. Inilah yang terbaik. Akhir kata, kekuatan alam sungguh besar. Kita harus sungguh-sungguh mawas diri dan berdoa dengan tulus.

Topan masih melingkupi Taiwan

Berdoa semoga topan melemah dan bencana berkurang

Keamanan publik tidak boleh diabaikan

Menghargai berkah dan mawas diri demi mengurangi bencana

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 8 Juli 2016

Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina

Ditayangkan tanggal 10 Juli 2016

Bila sewaktu menyumbangkan tenaga kita memperoleh kegembiraan, inilah yang disebut "rela memberi dengan sukacita".
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -