Ceramah Master Cheng Yen: Menghargai Jalinan Jodoh untuk Meneruskan Silsilah Dharma
“Setiap pagi, hal pertama yang saya lakukan adalah menonton ‘Lentera Kehidupan’. Pagi ini, sebelum keluar rumah, saya juga mendengar ceramah Master dan melihat senyuman Master. Master berkata bahwa Master dapat keluar kali ini karena melihat murid-muridnya mengikuti kegiatan bedah buku. Ini memberi Master dukungan dan kekuatan besar. Jadi, dapat kembali melakukan perjalanan kali ini, Master bersyukur pada murid-muridnya,” kata Yang Zhen-feng relawan Tzu Chi.
“Setelah mendengar ucapan Master, saya berikrar untuk memberi persembahan kepada Master dengan kegiatan bedah buku. Saya akan bersungguh hati menggalakkan kegiatan bedah buku agar diikuti oleh lebih banyak orang,” imbuhnya.
“Saya sangat suka membaca. Saya tidak menyangka bahwa di usia saya ini, saya masih bisa mengikuti kegiatan bedah buku. Master pernah berkata bahwa kita hanya memiliki hak guna atas kehidupan ini, bukan hak milik. Ini membuat saya menyadari bahwa seiring bertambahnya usia saya, fungsi tubuh saya pun menurun. Kini, selagi masih bisa bergerak, saya harus menggenggam waktu untuk sungguh-sungguh melakukan daur ulang,” kata Huang Chen Man relawan Tzu Chi.
Saya mendengar kalian berbagi pengalaman. Saya yakin bahwa setiap orang kaya akan pengalaman hidup. Yang lebih menarik ialah bagaimana kalian bergabung dengan Tzu Chi dan bagaimana kalian menapaki Jalan Bodhisatwa dari tataran makhluk awam. Kalian bertransformasi dari tataran awam ke tataran kesucian. Tentu saja, suciwan juga mulai melangkah dari makhluk awam.
Saya bisa melihat ketulusan kalian. Hati kalian penuh dengan cinta kasih yang tulus. Kita mempraktikkan Dharma di Jalan Bodhisatwa. Jika tidak mempraktikkan Dharma, kita akan dengan cepat melupakannya dan benih cinta kasih akan hilang. Yang terpenting, kita harus menggenggam jalinan jodoh baik.
Lihatlah, ada suami istri yang memiliki jalinan jodoh untuk melatih diri bersama. Ada sang suami yang membimbing istrinya, ada pula yang sebaliknya. Saya sangat tersentuh mendengarnya.
Sebagai guru dan murid, kita juga memiliki jalinan jodoh baik. Saya mendirikan Tzu Chi sehingga kalian dapat bergabung di Tzu Chi, tetapi tanpa kalian semua, misi Tzu Chi tidak dapat dijalankan. Kita saling membutuhkan dan saling bergantung. Inilah jalinan jodoh yang bertautan. Kita mendukung pencapaian satu sama lain. Jadi, saya sangat tersentuh dan bersyukur. Kita harus menggenggam jalinan jodoh.
“Master, di Kompleks Tzu Chi Zhongli, kami mengadakan ritual namaskara setiap bulan pada tahun 2016. Berhubung Kompleks Tzu Chi Zhongli sudah berusia 20 tahun lebih, saat kami mengadakan kegiatan dan turun hujan lebat, air akan menetes dari atap bangunan yang bocor. Kami selalu meminta para relawan laki-laki untuk menggelar kardus di lantai demi keselamatan relawan yang sudah lansia. Saya juga bersyukur kepada tim konsumsi. Saat turun hujan deras, dengan mengenakan jas hujan dan sepatu bot, mereka tetap menyiapkan makanan hangat bagi kami,” kata Fang Bi-zhu relawan Tzu Chi.
Kita melihat ritual namaskara di Kompleks Tzu Chi Zhongli. Barisan relawan sangat panjang. Saat itu, relawan yang berjumlah ratusan orang ini melangkah dengan serentak serta memiliki niat dan pikiran yang sama. Ini sungguh mengagumkan. Semua orang bersujud dengan kompak. Dari sini bisa diketahui bahwa kalian melatih diri dengan tulus.
Selain melatih diri bersama, kalian juga menanam padi dan sayuran di sana. Tanaman kalian tumbuh subur. Dengan adanya lahan, sebutir benih dapat tumbuh menjadi tak terhingga. Dengan adanya ladang pelatihan, kita dapat membimbing semua makhluk. Jadi, di Kompleks Tzu Chi Zhongli, kita melihat jalinan jodoh yang tidak terbayangkan.
Setiap kali datang ke sini, saya selalu merasa tenang. Saya berharap sekarang demikian, kelak pun demikian. Jalinan jodoh ini harus terus dilanjutkan. Dengan mewujudkan masyarakat yang penuh dengan orang baik dan hal baik, kita dapat mendatangkan ketenteraman dan kestabilan bagi setiap keluarga. Inilah yang paling bermanfaat bagi anak cucu kita.
Di tengah masyarakat yang penuh dengan orang baik, anak-anak akan lebih aman dan tenteram.
“Sejak kecil, saya selalu membantu orang yang diperlakukan tidak adil. Jadi, di sekolah, saat ada orang yang menindas teman sekolah, saya akan membantu memberi pelajaran padanya. Namun, ibu saya selalu menghukum saya tanpa menanyakan penyebabnya pada saya. Hingga saya duduk di bangku kelas 4 SD, suatu hari, saat pulang ke rumah, saya mendengar ibu saya mendengarkan kaset. Berhubung ibu saya banyak berubah, maka saya diam-diam melihat kaset itu. Saya hanya melihat satu kata di kaset itu, yaitu ‘du’ (menyeberangkan), tetapi saya tidak paham artinya,” kata Zhuo Qing-hui relawan Tzu Chi.
“Kemudian, suatu kali, ibu saya memberi tahu saya bahwa di Hualien ada kamp Buddhis dan beliau berharap saya dapat mengikutinya. Dalam kamp itu, Kakek Guru memberi wejangan. Begitu mendengar suara Kakek Guru, saya menyadari bahwa itulah suara dari kaset yang didengarkan ibu saya,” pungkasnya.
“Sejak kecil, dia adalah anak pembangkang. Beruntung, dia tidak berjalan menyimpang. Sungguh, dia perlahan-lahan berubah. Saya berharap kelak dia dapat menapaki Jalan Tzu Chi dengan teguh,” kata Ibu Zhuo Qing-hui.
Banyak relawan muda yang duduk di barisan depan. Ingatlah bahwa berbakti dan berbuat baik tidak bisa ditunda. Melihat kalian dilantik menjadi relawan Tzu Chi, orang tua kalian merasakan sukacita. Jika anak bergabung dengan Tzu Chi, orang tua akan memperoleh ketenangan dan sukacita terbesar. Ini berarti keluarga mereka akan harmonis dan mereka akan bersumbangsih bagi dunia. Demikianlah kehidupan yang paling bernilai.
Orang tua memberi kita kehidupan dan Tzu Chi menumbuhkan jiwa kebijaksanaan kita. Kita harus terus mengembangkan kebijaksanaan untuk bersumbangsih bagi seluruh dunia. Saya berharap semua orang dapat berikrar untuk membentangkan dan melapangkan Jalan Bodhisatwa di kehidupan sekarang. Dengan demikian, di kehidupan mendatang, kita dapat menciptakan lebih banyak berkah. Saya mendoakan kalian semua.
Kita harus menapaki Jalan Bodhisatwa dari kehidupan ke kehidupan karena di masa mendatang, dunia ini semakin membutuhkan kita. Saat ini, kita hidup di era kemunduran Dharma. Pada era kemunduran Dharma ini, jika kita tidak menapaki Jalan Bodhisatwa, dengan meningkatnya populasi dunia, kekeruhan akan semakin tebal dan prinsip kebenaran akan semakin diabaikan. Pada akhirnya, prinsip kebenaran akan hilang dari dunia ini. Jadi, kita harus bertekad dan berikrar untuk menjaga prinsip kebenaran.
Meski waktu terus berlalu, Dharma tidak boleh berlalu. Saat saya membabarkan Dharma, kalian harus bersiteguh untuk mendengar Dharma. Kalian harus melatih diri tanpa celah. Dunia ini membutuhkan Dharma. Dengan adanya Dharma, barulah jiwa kebijaksanaan dapat bertumbuh. Jadi, prinsip kebenaran dibutuhkan di dunia ini. Kita harus mempertahankan prinsip kebenaran di dunia ini.
Bertransformasi dari tataran awam ke tataran kesucian
Mengikuti ritual namaskara dengan kesatuan hati dan ketulusan
Mewariskan Dharma tanpa celah dari generasi ke generasi
Meneruskan jalinan jodoh baik untuk membina berkah dan
kebijaksanaan
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina
Ditayangkan tanggal 21 November 2020