Ceramah Master Cheng Yen: Menghayati Jalinan Kasih Sayang dan Cinta Kasih Agung dalam Kesadaran Kedelapan


“Kali ini, kami akan mengenakan seragam biru putih. Saya berpikir bahwa seragam ini akan memberikan harapan bagi korban bencana. Misi kita kali ini sangat besar karena ini adalah terakhir kalinya kita menyalurkan dana bantuan di tempat ini. Seluruh tim, termasuk relawan Tzu Chi dan relawan setempat yang terinspirasi di Semenanjung Noto, memiliki waktu 3 hari untuk menyalurkan bantuan,”
kata Lin Zhong-chi relawan Tzu Chi.

“Kami akan mempraktikkan semangat Tzu Chi setiap hari. Di bahu kiri, kami mengemban misi Buddha; di bahu kanan, kami membawa semangat Tzu Chi; di tengah, kami memancarkan karakter insan Tzu Chi. Saya berharap dengan adanya kehadiran kami, warga di Jepang dapat melihat sosok insan Tzu Chi dan kami dapat membawa harapan bagi mereka serta menginspirasi mereka untuk bergabung,” pungkas Lin Zhong-chi.

Dengan kemampuan bahasa Jepang saya yang sederhana, saya berharap dapat menghibur mereka. Saya juga berharap mereka dapat melihat antusiasme dan senyuman kami sehingga hati mereka merasa tenang. Dengan demikian, mereka akan memiliki kekuatan lebih untuk meneruskan kehidupan,” kata Wei Yu-zhen relawan Tzu Chi.

Saya senantiasa mengatakan tentang kasih sayang tak berujung dan cinta kasih tak terbatas. Kita tidak hanya memberikan uang kepada mereka, melainkan juga menunjukkan tata krama saat menghibur mereka. Ini bukan hanya tentang cinta kasih, tetapi juga kasih sayang dalam memperluas cinta kasih. Setelah masalah ini berlalu, kita berharap bahwa ada benih cinta kasih yang tertanam di dalam kesadaran kedelapan mereka.


Saya sering mengulas ajaran Buddha tentang sebab, kondisi, buah, dan akibat. Benih adalah sebab. Dengan adanya kondisi pendukung atau jalinan jodoh, barulah sebutir benih dapat ditanamkan. Di manakah benih itu akan ditanam? Kita juga harus memiliki jalinan jodoh dengan tempat itu. Inilah hukum sebab akibat. Ada benih yang ditabur, barulah ada buah yang dapat dihasilkan. Buah ini akan kembali menghasilkan benih. Buah ini telah ada di dalam kesadaran kedelapan kita.

Ajaran Buddha mengatakan bahwa segala sesuatu tidak bisa dibawa serta, hanya karma yang selalu menyertai. Oleh karena itu, hendaknya kita fokus pada saat ini dan terus bersumbangsih dengan cinta kasih. Saat bersumbangsih, kita telah menanamkan benih. Intinya, kita harus memandang penting bersumbangsih.

Lihatlah bagaimana relawan membungkukkan badan dan berbaris dengan rapi. Inilah keindahan yang ditunjukkan oleh insan Tzu Chi. Keindahan ini bukan dilatih, tetapi secara alami ditunjukkan saat para relawan membentuk tim. Ketika tiba di suatu tempat, para relawan kita secara alami akan berdiri di samping atau di belakang relawan lain. Semua orang membentuk barisan secara alami, bukan karena ada orang yang mengatur. Ini berkat adanya ketulusan.

Saat pergi ke suatu tempat, kita akan secara alami membentuk barisan yang rapi. Tidak akan ada barisan yang berlebih satu orang ataupun barisan yang kurang 2 orang. Tidak akan ada. Saat satu barisan sudah penuh, relawan lain akan langsung membentuk barisan baru di belakang, Setiap relawan memiliki kedisiplinan diri. Jika barisan depan sudah penuh, tetapi kita memaksa untuk masuk ke dalam barisan itu, itu berarti tidak memiliki aturan. Relawan kita selalu berinisiatif untuk berbaris dengan rapi sehingga barisan relawan kita terlihat sangat tertib.


Lihatlah, saat relawan membungkukkan badan, tidak ada yang lebih rendah atau lebih tinggi. Semuanya terlihat sangat rapi. Inilah kesatuan hati dan gotong royong. Kesatuan ini bagaikan kedua tangan kita. Untuk menunjukkan rasa hormat, kita akan menyatukan kedua tangan. Tangan kanan yang di atas atau tangan kiri yang di atas? Sesuai dengan tata krama yang ada, tangan kiri hendaknya berada di atas. Inilah tata krama saat hendak menunjukkan rasa hormat.

Melihat semua orang begitu tertib, ini juga menunjukkan tata krama. Inilah insan Tzu Chi yang selalu menaati tata krama dan selaras dengan prinsip kebenaran. Saat kita selaras dengan prinsip kebenaran, secara alami kita akan menunjukkan tata krama sehingga semuanya akan terlihat rapi. Melihat hal ini, saya merasa tersentuh.

Semua yang kita lakukan telah menunjukkan kesopanan. Ketika relawan berbaris, semuanya terlihat indah. Saya yang melihatnya pun merasa tersentuh. Melihat relawan Tzu Chi menjalankan misi dengan tata krama, jika saya adalah penerima bantuan, saya akan memberikan penghormatan tertinggi kepada kalian. Sikap kalian ini dapat menginspirasi orang lain. Saya merasa sangat bersyukur.

Kita telah melakukan hal yang benar. Ini berasal dari kesungguhan hati kalian. Ketika kita telah memberi bantuan, kita akan merasa tenang karena kita tidak sampai hati melihat orang lain menderita. Hendaknya kita bisa turut merasakan luka dan penderitaan yang dirasakan oleh orang lain. Inilah letak nilai kehidupan yang sesungguhnya.

Saat kita menginventarisasi kehidupan, kita akan merasa kehidupan kita sungguh bernilai. Tentu saja, saya juga berharap bahwa jika memiliki jalinan jodoh dengan warga setempat, baik korban bencana maupun yang terinspirasi untuk membantu, kita dapat menggalang lebih banyak Bodhisatwa dunia dengan menginspirasi mereka untuk memiliki semangat relawan dan bergabung dengan Tzu Chi untuk memahami lebih banyak tentang Tzu Chi. Hendaknya kita mencari orang-orang yang memiliki kasih sayang terhadap Tzu Chi.

 

“Saya masih tengah membersihkan rumah saya. Saat melakukan pembersihan, saya ingin melakukan banyak hal hingga tidak tahu harus mulai dari mana. Saat ini, saya telah menjadi relawan dan suasana hati saya berubah,”
kata Mutsuko Binko relawan.

“Ada begitu banyak orang berkumpul di sini untuk membagikan dana bantuan kepada para korban. Saya merasa bahwa dapat membantu di sini adalah hal yang luar biasa,” kata Yasuo Komachi relawan.

“Pada dasarnya, kami adalah korban bencana. Namun, korban bencana juga memiliki kemampuan. Terlebih lagi, ada banyak organisasi amal yang datang membantu kami. Kami merasa sangat terhibur. Kami berusaha membantu semampu kami,” kata Emi Hoshiba relawan.

Ketika kita berinteraksi dengan orang lain, kebajikan dan kasih sayang kita akan terbangkitkan karena kita berinteraksi dengan ketulusan. Sama halnya ketika kita melihat keluarga kita. Kita tidak hanya harus mengasihi mereka, melainkan juga menyayangi mereka. Jika hanya diungkapkan, cinta hanyalah sebuah kata. Jika kita menambahkan lebih banyak kasih sayang, berarti kita mengasihi orang-orang.

Kita mengasihi orang-orang hinggga orang yang kasihi bisa merasakannya. Jika hanya diungkapkan, cinta hanyalah sebuah kata. Kita harus memberikan kasih sayang yang lebih agar dapat dirasakan oleh orang lain. Oleh karena itu, saya sering memberi tahu kalian bahwa kita harus membuat orang lain merasakan cinta kasih yang kita berikan.

Penyaluran bantuan bencana ini tidaklah mudah. Semuanya harus meluangkan waktu yang berharga dan mengeluarkan biaya sendiri. Oleh karena itu, kita harus memandang penting cinta kasih yang kita berikan kepada orang lain. Cinta kasih yang kita berikan harus dapat dirasakan dan diingat oleh mereka. Begitulah kita memperpanjang jalinan kasih sayang dan memperluas cinta kasih agung.

Menabur benih kebajikan saat jalinan jodoh matang
Memberikan perhatian, penghiburan, dan bantuan kepada orang yang membutuhkan
Perilaku yang sopan dapat menginspirasi banyak orang
Menghayati jalinan kasih sayang dan cinta kasih agung dalam kesadaran kedelapan

Ceramah Master Cheng Yen Tanggal 15 Juli 2024
Sumber: Lentera Kehidupan – DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Marlina, Shinta, Janet
Ditayangkan Tanggal 17 Juli 2024
Beramal bukanlah hak khusus orang kaya, melainkan wujud kasih sayang semua orang yang penuh ketulusan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -