Ceramah Master Cheng Yen: Menghayati Sutra Teratai dengan Tenang dan Sukacita


Bersyukur adalah hal paling indah dalam hidup. Dengan mengerti untuk bersyukur, kita dapat bersikap pengertian dan merangkul semua orang. Inilah obat paling mujarab dalam hidup. Semua orang yang kita temui tak lepas dari jalinan karma yang kita bawa sejak dahulu, sekarang, hingga ke masa depan. Karma tidak akan lari ke mana pun. Saat ini, kita tengah menabur benih dan menggarap ladang berkah. Benih yang telah kita tabur di masa lalu, akan kita terima di kehidupan saat ini.

Saat ini, hendaknya kita menciptakan karma baik dengan menabur benih kebajikan. Apa yang akan kita tuai di kehidupan kita selanjutnya tergantung pada apa yang kita tabur dalam hidup ini; apa yang kita alami dalam hidup ini ditentukan oleh apa yang telah kita lakukan di kehidupan lampau kita.

“Ketika saya masih kecil, Ayah membawa saya ke instalasi gawat darurat RS Tzu Chi, Hualien untuk mendorong ranjang pasien dan kursi roda. Saat itu, saya adalah relawan kesehatan termuda. Saat saya memasuki sekolah menengah, ibu saya membawa saya ke Akademi Keperawatan Tzu Chi di Hualien untuk mengikuti kegiatan kamp. Selama pandemi Covid-19, kantor cabang kami menyediakan vaksinasi bagi semua orang,” kata Wang Xiang-xuan relawan Tzu Chi.

“Suatu hari, ibu saya meminta saya untuk membawanya ke kantor Tzu Chi di Minquan. Saya berkata, ‘Kondisi tubuh Ibu hari ini sedang tidak baik. Ibu istirahat saja di rumah.’ Ibu berkata, ‘Hari ini, semua ketua tim harus datang. Kami akan mengadakan rapat di Jalan Wenxin Selatan. Saya membantu tim penyambutan sehingga harus pergi.’ Melihat bagaimana ibu saya memiliki semangat Tzu Chi, semangat misi, dan bagaimana dia menganggap Tzu Chi sebagai keluarganya, saya sangat tersentuh. Orang tua saya adalah panutan saya. Saya akan mewariskan semangat Tzu Chi dari generasi ke generasi,” pungkas Wang Xiang-xuan.

“Ketika saya berusia 22 tahun, Master datang ke Taichung dan saya mendengarkan ceramah Master. Saya pikir saya hanya akan mendengarkan sebentar, tetapi ternyata saya tidak pergi dan terus mendengarkan ceramah Master karena saya menyukainya. Ketika saya telah menyelesaikan pelatihan, saya merasa sungguh menyesal karena tidak memiliki banyak waktu untuk menjalankan misi Tzu Chi,” kata Wang Ting-yi relawan Tzu Chi.

“Keesokan harinya, seorang relawan berkata kepada saya, ‘Sumpit memiliki fungsinya sendiri; mangkuk memiliki fungsinya sendiri. Anda harus bergabung dengan kami.’ Sejak itu, saya bergabung dalam tim ini dan saya merasa sungguh senang. Saya dapat menjadi relawan di hari libur saya. Terlebih lagi, saya mengajak semua anggota keluarga saya dan teman-teman untuk bergabung di Tzu Chi,” pungkas Wang Ting-yi.


Saya sungguh bersyukur karena di masa lampau telah menjalin jodoh dengan keluarga besar ini. Bagaimanapun keadaan keluarga Anda saat ini, baik ataupun buruk, semuanya adalah akibat dari karma masa lalu.

Saat ini, kita telah mengenal dan menerima Dharma sehingga dapat berhimpun dengan saudara se-Dharma. Ketika menemui kesulitan, kita dapat saling menyemangati dan membimbing. Kita semua, termasuk saya, sering menemui masalah yang sulit untuk diatasi. Saya pun memiliki kerisauan yang sulit dilepaskan. Namun, saya tahu bahwa saya memiliki begitu banyak saudara se-Dharma dan jalinan jodoh yang baik.

Dalam hidup ini, hendaklah kita bekerja sama untuk membentuk jalinan jodoh yang baik yang berlanjut dari kehidupan ke kehidupan. Waktu memang tidak berperasaan, tetapi cinta kasih berkesadaran masih ada di dunia. Saya yakin bahwa setiap orang dari kita memiliki hati yang sangat tulus dan lurus untuk menapaki Jalan Bodhisatwa di dunia tanpa ada penyimpangan.

Kita selalu berada di jalan yang benar untuk sungguh-sungguh menghayati ajaran Buddha. Namun, ini bukan hanya pencitraan saja, melainkan harus dipraktikkan secara nyata. Kita juga bukan hanya semata-mata berdoa, melainkan juga menjalankan praktik nyata.

Bodhisatwa sekalian, Jalan Bodhisatwa sungguh sulit untuk ditapaki. Meski demikian, kita tetap harus menapakinya. Jalan Bodhisatwa sungguh sulit untuk ditapaki. Inilah yang disebut Jalan Bodhisatwa dan kita adalah orang-orang yang melatih diri.

Melatih diri tidak hanya bagi saya. Perumah tangga juga dapat menumbuhkan kebijaksanaan. Jika perumah tangga ingin melatih diri, kebijaksanaan mereka dapat bertumbuh lebih dari kaum monastik karena mereka memiliki keluarga dan mengalami sangat banyak hal di masyarakat.

Para monastik hidup dengan sangat sederhana, hanya saja saya mencari masalah bagi diri sendiri. Sebagai bhiksuni, saya memilih terjun ke tengah masyarakat sehingga juga harus menghadapi banyak masalah. Hendaklah kita menginventarisasi nilai kehidupan kita.


“Selama 30 tahun lebih, saya telah menjadi saksi jejak Tzu Chi yang tanpa batas di Taiwan dan luar negeri dalam bersumbangsih dan membawa bantuan. Saya sungguh berterima kasih kepada Master karena berkat adanya jalan Tzu Chi ini, saya memiliki kekuatan untuk melakukan berbagai hal yang bermakna dan bermanfaat luas,”
kata Chen Zheng-zhong relawan Tzu Chi.

“Saya ahli di bidang elektronik dan sangat tertarik pada peralatan audio. Peserta persamuhan Dharma ‘Pertobatan Air’ harus bervegetaris selama 108 hari. Sejak saat itu hingga kini, saya terus bervegetaris. Sejak kegiatan Menghirup Keharuman Dharma di Pagi Hari dimulai di Kompleks Tzu Chi Dongda, saya mulai membantu pengoperasian peralatan audio visual setiap Selasa pagi. Saya tidak pernah melewatkan ceramah pagi Master dan selalu siap membantu kala dibutuhkan,” kata Lin Teng-cong relawan Tzu Chi.

“Dalam ritual namaskara setiap bulan, saya tak pernah absen untuk membantu pengoperasian peralatan audio. Kedua putra saya juga menjadi Tzu Ching di sekolah. Putra sulung saya dilantik menjadi Tzu Cheng pada tahun 2020,” pungkas Lin Teng-cong.

Baik hingga ke generasi kedua, ketiga, maupun keempat, hendaklah kita terus mewariskan semangat Tzu Chi.

Buddha telah mengajarkan Sutra Teratai. Hendaklah kita menyebarkan Sutra Teratai hingga ke 50 orang. Tidak hanya 50 orang, tetapi hingga 50 generasi. Jika 50 tahun adalah satu generasi, Dharma telah diwariskan selama 50 generasi sejak zaman Buddha. Berapa generasi lagi kita akan menyebarkan Dharma? Dharma telah diwariskan sejak 2.500 tahun yang lalu, berarti sudah 50 generasi. Beginilah cara kita menghitungnya.


Kita harus bersyukur atas teknologi saat ini. Hanya dengan satu jari menekan tombol di perangkat seluler, ajaran yang ingin kita cari akan muncul. Namun, karena mudah untuk mengaksesnya, kita mungkin meremehkannya. Akses yang mudah membuat kita meremehkan Dharma. Ketika kita meremehkan Dharma, kita akan menjadi sombong. Kita harus mencegah pemikiran seperti ini. Untuk mencegah diri kita membentuk pola pikir ini, kita harus menerima Dharma dengan penuh hormat. Tentu saja, insan Tzu Chi telah melakukannya.

Saya ingin memberi tahu kalian untuk tidak ragu bahwa dilihat sejak zaman dahulu, saat inilah Jalan Bodhisatwa benar-benar dipraktikkan. Namun, kita menjalankannya melalui misi Tzu Chi di seluruh dunia dengan mengikuti ajaran Buddha. Jadi, kita tidak boleh ragu dan harus memiliki keyakinan ini. Setidaknya, dengan mempraktikkannya, kita merasa damai dan penuh sukacita. Karena kita bersumbangsih tanpa pamrih, kita tidak terikat pada pemikiran untung dan rugi. Inilah mengapa kita dapat merasa tenang dan penuh rasa sukacita.

Hendaklah kita mendengarkan Dharma dalam program Sanubari Teduh. Ketika mendengarkannya, saya sendiri juga dipenuhi sukacita dalam Dharma. Bodhisatwa sekalian, hendaklah kita sama-sama menapaki Jalan Bodhisatwa. Satu orang saja tidak cukup. Kita harus membentuk kelompok. Dibutuhkan banyak orang untuk mempraktikkan jalan yang benar. Hendaklah semuanya memahami ini. 

Mengerti untuk bersyukur adalah obat paling mujarab
Menggarap ladang berkah dengan sikap penuh pengertian dan toleransi
Menghargai jalinan jodoh, saling menyemangati, dan meninggalkan noda batin
Menghayati Sutra Teratai dengan pikiran benar dan rasa hormat 

Ceramah Master Cheng Yen Tanggal 01 April 2023
Sumber: Lentera Kehidupan - Daai Tv Indonesia
Penerjemah: Hendry, Marlina, Shinta, Janet, Heryanto
Ditayangkan Tanggal 03 April 2023
Kita hendaknya bisa menyadari, menghargai, dan terus menanam berkah.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -