Ceramah Master Cheng Yen: Menghentikan Kejahatan, Membina Kebajikan, dan Berjalan Sesuai Ajaran


“Awalnya, kesan saya tentang Tzu Chi adalah kelompok kegiatan amal para wanita dermawan berpakaian Qipao senilai satu juta dolar NT. Mendengar hal itu, semuanya pasti tahu bahwa saya memiliki banyak prasangka dan ketidakpahaman. Namun, semuanya berubah saat terjadi Topan Nari yang menyebabkan banjir besar. Saat itu, Taipei juga terdampak cukup parah,”
kata Lai Jun-ji, relawan Tzu Chi.

“Saya melihat banyak relawan Tzu Chi yang datang dari berbagai tempat untuk melakukan pembantuan bantuan bencana. Saat itu, hati saya sedikit terguncang dan membuat saya merenungkan apakah prasangka saya sebelumnya itu benar atau salah. Akhirnya, saya memilih untuk percaya pada apa yang saya lihat dan rasakan secara langsung,” lanjut Lai Jun-ji.

“Setelah itu, saya berbicara kepada istri saya bahwa saya ingin menyumbangkan uang kepada Tzu Chi untuk mendukung kegiatan amal. Saya juga mengatakan bahwa jika ada kesempatan untuk membantu, kita dapat berkontribusi. Saya bersyukur karena meski awalnya dimulai dari prasangka, saya akhirnya menyaksikan cinta kasih tanpa pamrih dari Tzu Chi,” pungkas Lai Jun-ji.


Dalam hidup ini, setiap orang pasti pernah mengalami kesalahan dalam pemikiran maupun tindakan. Hati manusia bisa berubah hanya dalam sekejap. Ketika muncul satu pikiran yang salah, tindakan dan langkah berikutnya pun akan salah. Sebaliknya, dengan satu pikiran bajik, setiap langkah dan tindakan kita akan menuju ke arah yang benar. Oleh karena itu, ladang berkah harus digarap dengan sepenuh hati. Dengan menggarap ladang berkah, kita dapat mencurahkan perhatian bagi dunia karena dunia ini dipenuhi dengan penderitaan.

Saya yakin bahwa Bodhisatwa sekalian bergabung di Tzu Chi dengan tekad yang kuat. Kita memiliki Da Ai TV, yang merupakan misi budaya humanis dalam 4 Misi Tzu Chi. Setiap hari, kita dapat menyaksikan berbagai informasi dari seluruh dunia Insan Tzu Chi dan semua orang di dunia dapat menyaksikan berbagai peristiwa, termasuk penderitaan, gejolak hati manusia, dan orang-orang yang menderita. Semuanya ini dapat terlihat secara nyata. Di saat yang sama, kita juga dapat melihat perbedaan antara kebajikan dan kejahatan melalui tindakan manusia. Kita dapat melihat orang-orang yang berbuat baik dan bersumbangsih bagi dunia hingga tercipta kehidupan yang harmonis dan indah.

Saat ini, layar televisi menayangkan berbagai program dari seluruh dunia. Ada begitu banyak saluran televisi dengan beragam tayangan yang berbeda-beda. Semuanya ini diserap oleh para penonton. Banyak tayangan dipenuhi oleh pikiran yang sesat. Di tempat yang berbeda dan kondisi hati yang berbeda pula, setiap orang memaknai gambar itu dengan cara yang berbeda. Di sini, kita menyaksikan layar yang sama. Pemandangan yang saya lihat penuh dengan keagungan. Para insan Tzu Chi duduk dengan tertib dengan seragam yang rapi. Sungguh penuh dengan keagungan.


Lihatlah dunia ini, setiap orang memiliki lingkungan yang berbeda-beda. Saya memiliki dunia batin saya sendiri, kalian juga memiliki dunia batin kalian sendiri. Dunia batin setiap orang berbeda-beda, begitu pula dunia batin saya berbeda dengan kalian. Inilah yang membuat kehidupan manusia begitu rumit. Saat ini, bagaimana kita bisa menyatukan dunia batin manusia yang penuh kerumitan dan penderitaan ini? Perbedaannya hanya terletak pada kebajikan dan kejahatan. Bagaimana kita dapat mengubah kejahatan menjadi kebajikan?

Jika di masa lalu tindakan kita tidak membawa manfaat bagi orang lain dan kita terus terjebak dalam ketamakan, hal ini sulit tidak akan ada habisnya. Begitu pula dengan prinsip kebenaran yang tidak dapat dijelaskan secara tuntas. Perbuatan baik juga demikian. Jika tidak mengetahui tentang perbuatan baik, kita tidak akan dapat melakukannya. Setelah mengetahui hal-hal baik yang perlu dilakukan, kita harus melakukannya meski tidak akan pernah selesai. Inilah yang disebut kebajikan.

Selama sesuatu itu baik, lakukan saja. Jika kita menunggu semua kebajikan untuk dipilah-pilah dan direncanakan, seumur hidup pun tidak akan ada kebajikan yang dilakukan. Jika kita memilah segala kejahatan untuk menghindarinya satu per satu, maka waktu pun tidak akan cukup. Jadi, kita harus menggenggam waktu saat ini.

Setelah menganalisi bahwa sesuatu tidak membawa manfaat bagi orang lain, kita janganlah melakukannya. Jika hal itu membawa manfaat, segeralah kita lakukan. Ini sangat sederhana. Jika di masa lalu kita melakukan hal yang salah, hendaknya kita saat ini lebih waspada. Sebagai contoh, lihatlah minuman keras. Segelas kecil minuman keras tampak bening, tetapi bagi yang tidak biasa minum, rasanya sangat pedas dan tidak enak. Namun, setelah mencoba beberapa kali, mungkin terasa lebih enak dan terbiasa.


Setelah mabuk akibat minuman keras, seseorang mungkin berbicara hal-hal yang biasanya tidak berani diungkapkan atau melakukan hal yang sebelumnya tidak berani dilakukan. Benar atau salah, semuanya dilakukan begitu saja. Pada akhirnya, orang itu akan memilih lingkup pertemanan yang sama-sama meminum minuman keras. Dia akan minum hingga terpengaruh oleh ucapan yang salah hingga akhirnya melakukan hal yang salah dengan senang hati.

Setelah dia sadar kembali, semua orang berkata, "Lihatlah kesalahan yang Anda lakukan. Berapa banyak teguran yang Anda terima?" Saat itu, dia sadar telah berbuat salah dan ingin berubah. Namun, ketika ada teman yang mengajaknya minum, dia akan kembali melakukannya hingga terjerumus dalam mabuk, judi, dan perbuatan buruk lainnya. Kesalahan akan terus berulang.

Ketika seseorang melangkah ke arah yang salah, langkah itu biasanya sangat besar. Namun, ketika ingin kembali ke jalan yang benar, langkah itu akan terasa sangat sulit. Ketika ada yang memanggil dari belakang, sering kali seseorang kembali terjerumus. Oleh karena itu, langkah menuju kesalahan akan lebih besar dan langkah untuk berpaling sulit untuk kembali. Jalan ke arah yang benar akan dipenuhi rintangan karena banyaknya godaan di belakang.

Mudah bagi seseorang untuk mundur tiga langkah, sementara untuk maju satu langkah saja terasa sulit. Sekali kita salah melangkah, kesalahan itu akan terus berlanjut. Oleh karena itu, hendaknya kita menapaki Jalan Bodhisatwa. Hanya Jalan Bodhisatwa yang mampu melepaskan kita dari kejahatan dan keluar dari jalan yang menyimpang. Sebagai Bodhisatwa, di jalan ini kita harus belajar. Belajar berarti harus menjalankan praktik nyata. Dengan berjalan di jalan ini, dalam setiap langkah kita akan bertransformasi menjadi Bodhisatwa.

Pikiran yang bergejolak harus diatasi dengan pandangan yang benar
Jika terjerat dalam kebiasaan buruk, penyesalan tidak ada gunanya
Sebarkan cinta kasih di dunia dan hargai setiap momen
Mempelajari jalan yang benar dan menggarap ladang berkah

Ceramah Master Cheng Yen Tanggal 19 Januari 2025
Sumber: Lentera Kehidupan – DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Marlina, Shinta, Janet, Graciela
Ditayangkan Tanggal 21 Januari 2025
Kendala dalam mengatasi suatu permasalahan biasanya terletak pada "manusianya", bukan pada "masalahnya".
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -