Ceramah Master Cheng Yen: Menghibur dan Mewariskan Cinta Kasih
Kemarin, saya melakukan telekonferensi dengan insan Tzu Chi Turki. Di Turki, terdapat sekelompok anak-anak Suriah yang sangat menggemaskan. Salah satunya adalah Najwa. Keluarganya terdiri atas 14 orang. Karena peperangan, 13 anggota keluarganya meninggal dunia satu per satu. Sebagian besar meninggal dunia karena terkena ledakan.
“Saat itu, Aleppo dikepung. Malam itu, saya, adik laki-laki, adik perempuan, dan ibu saya duduk bersama. Tiba-tiba, sebuah bom jatuh. Ibu dan adik-adik saya meninggal dunia, sedangkan saya menjadi seperti ini,” tutur Najwa.
Gadis ini kehilangan kedua kakinya. Nyawanya terselamatkan, tetapi dia menjadi anak yatim piatu. Dia pergi ke Turki untuk tinggal bersama kerabatnya, tetapi tidak berjalan sesuai keinginan. Saya masih ingat saat itu, Relawan Hu Guang-zhong memberi tahu saya tentang orang-orang yang membutuhkan bantuan.
Saat membicarakan gadis ini, dia menangis. Saya berkata “Gadis ini masih belia. Kita harus memasang prostetis yang berkualitas untuknya agar dia bisa berjalan dengan normal. Dia masih dalam masa pertumbuhan. Kita harus memberinya penghiburan dan mengobati kedua kakinya agar dia bisa berjalan seperti orang-orang pada umumnya. Jadi, kita harus memberinya prostetis yang berkualitas dan bisa disesuaikan seiring pertumbuhannya.”
Dalam telekonferensi kemarin, saya melihat Najwa. Dia sangat cemerlang dan cantik. Dia menunjukkan pada saya bahwa dia bisa berjalan seperti gadis-gadis lain. Kualitas prostetisnya sangat baik. Saya merasa sangat gembira. Melihat anak-anak itu tumbuh besar dan kini sudah memasuki usia remaja, saya sungguh gembira. Mereka juga sangat bersyukur.
Agar mereka dapat menghapus rasa takut, dendam, dan benci, kita terus mengajari mereka untuk membina rasa syukur di dalam hati. Dalam telekonferensi kemarin, mereka terlihat sangat positif. Setiap anak sangat cemerlang, berpikiran positif, dan memiliki harapan. Mereka yang bercita-cita untuk menjadi dokter, kini tengah tekun belajar di sekolah menengah.
Salah satu murid kita di sana telah masuk politeknik yang termasuk dalam daftar 500 besar. Dia berkata bahwa setiap kali menerima bantuan dari Tzu Chi, dia selalu mencatatnya. Dia berkata bahwa dia akan membalas kebaikan ini suatu hari nanti. Berapa bantuan yang Tzu Chi berikan padanya, kelak dia akan membalasnya. Saya mendengar bahwa mereka sangat positif dan bersungguh hati.
Ada pula murid yang bercita-cita untuk menjadi astronaut. Setiap orang memiliki cita-cita masing-masing. Saya merasa bahwa anak-anak ini memiliki hati yang positif dan lapang. Mereka juga sangat percaya diri dan tidak memiliki emosi yang negatif. Mereka sudah terbebas dari kegelapan dan rasa takut. Semua itu telah berlalu.
Mereka juga tidak memiliki rasa benci dan dendam. Mereka sangat optimistis dan positif. Kelak mereka juga ingin menolong sesama. Mereka ingin membalas kebaikan Tzu Chi. Kelak mereka akan membalas budi masyarakat dengan cinta kasih dan menolong lebih banyak orang.
Terlebih, keyakinan mereka sangat teguh. Dalam keyakinan mereka, mereka bersyukur atas rencana baik Allah sehingga ada Tzu Chi yang membantu mereka. Meski mengalami begitu banyak kesulitan, keyakinan mereka tidak goyah. Mereka tetap teguh pada keyakinan mereka dan bersyukur pada orang yang menolong mereka. Keyakinan dan rasa syukur mereka terasa penuh kehangatan. Inilah yang saya dengar dalam telekonferensi kemarin.
Kemarin, saya juga mendengar berita tentang kepergian Bapak Lee Teng-hui. Saat mendengar berita ini, saya mendoakan semoga beliau bisa masuk ke alam surga berkat cinta kasihnya di dunia ini. Saya mendoakannya. Beliau merupakan umat Kristen yang sangat taat. Dahulu, beliau dan Bapak Lin Yang-kang memberikan banyak dukungan pada kita.
Dalam proses pembangunan RS Tzu Chi Hualien, kita bertemu banyak penyelamat. Ada Bapak Chiang Ching-kuo, Bapak Lee Teng-hui, dan Bapak Lin Yang-kang yang memberi dukungan dan bantuan pada kita. Mereka merupakan penyelamat Tzu Chi. Janganlah kita melupakan tahun itu. Dalam peletakan batu pertama RS Tzu Chi Hualien untuk pertama kalinya, Bapak Lee Teng-hui naik ke atas panggung dan berkata pada semua orang, “Tembok Raksasa Tiongkok juga dimulai dari sepotong bata.”
Saat itu, saya menggigit bibir dan memikirkan dana pembangunan rumah sakit. Upacara peletakan batu pertama menandakan dimulainya pembangunan. Berbagai perasaan berkecamuk dalam hati saya. Di satu sisi, saya sangat bersyukur. Di sisi lain, saya juga merasakan tanggung jawab yang berat di pundak saya. Jadi, saya ingat bahwa beliau berkata, “Tembok Raksasa Tiongkok juga dimulai dari sepotong bata.”
Saat kita mendirikan rumah sakit dan akademi, Bapak Lin Yang-kang dan Bapak Lee Teng-hui bersama-sama memberikan dukungan pada kita. Rumah sakit kita telah melindungi kehidupan dan kesehatan dengan cinta kasih selama ini. Misi pendidikan Tzu Chi pun telah berusia 31 tahun. Akademi Keperawatan Tzu Chi telah berdiri 31 tahun. Selama 31 tahun ini, kita telah membina banyak insan berbakat dan lebih dari seribu di antaranya mendedikasikan diri di badan misi kita.
Banyak kepala departemen kita yang melihat mereka bertumbuh dewasa hingga bekerja di badan misi kita dan kini telah menjadi pemimpin. Ini membuat saya merasa bahwa waktu dapat mendukung segala pencapaian.
Mendampingi
anak-anak pengungsi dalam pertumbuhan mereka
Keluar
dari kegelapan dan menyambut kecemerlangan
Memulai
misi Tzu Chi dengan dukungan banyak orang
Membina insan berbakat dan mewariskan cinta kasih
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina
Ditayangkan tanggal 3 Agustus 2020