Ceramah Master Cheng Yen: Menghibur Orang-orang yang Menderita di Tengah Masyarakat
Bodhisatwa di dunia harus memahami penderitaan semua makhluk. Di mana pun, siapa pun yang menderita, kita harus mengatasi berbagai rintangan untuk membantunya. Kita mengingat kembali Daerah Yushu di Qinghai yang pada musim dingin 23 tahun lalu diterjang badai salju sehingga mengalami kekurangan pangan. Hewan ternak pun mati beku. Setelah menerima informasi ini, kita mulai mengambil tindakan. Kita segera mengutus beberapa relawan yang dipimpin oleh Wakil Ketua Wang untuk pergi ke sana.
Itu pertama kalinya para relawan Tzu Chi pergi ke daerah dengan kadar oksigen tipis. Semakin menuju tempat yang lebih tinggi, jalan yang ada semakin berbahaya. Salju membuat jalan licin. Medan di sana juga sangat tinggi. Para relawan juga belum beradaptasi dengan kondisi dataran tinggi. Semakin mendekati dataran tinggi, para relawan semakin harus bersusah payah. Demi apa? Demi para korban bencana yang menanti pertolongan.
Para relawan tidak takut kesulitan dan tetap berusaha menjangkau mereka. Di sana para relawan juga membeli barang-barang yang akan dibagikan. Barang-barang yang telah dibeli itu, baik barang kebutuhan maupun makanan, sulit untuk dibawa ke dataran tinggi.
Para relawan tetap pergi ke daerah itu untuk meninjau kondisi bencana, kembali untuk menyiapkan bantuan, lalu naik lagi untuk mengantarkan bantuan. Mereka sangat bersusah payah. Inilah yang Tzu Chi lakukan 23 tahun lalu.
Kita membagikan makanan dan uang tunai kepada warga. Warga setempat sangat tersentuh dan berterima kasih. Rasa syukur dan terima kasih itu senantiasa ada di dalam hati mereka. Jadi, 23 tahun lalu, seorang bapak bernama Baiqun mendapat bantuan 500 yuan dari Tzu Chi. Beliau sangat gembira dan membeli seekor lembu.
Susu lembu itu dapat dibuat menjadi mentega. Dengan begitu, beliau sekeluarga dapat melewati kesulitan dan bertahan hidup. Jadi, beliau sangat bersyukur dan terus menyimpan kupon dan surat pembagian bantuan saat itu.
Beliau terus menyimpannya dan sangat menghormati surat itu. Beliau selalu mengingat Tzu Chi di dalam hati. Kupon dan surat pembagian bantuan saat itu disimpannya dengan penuh rasa hormat. Itulah ungkapan rasa terima kasihnya.
Kali ini, relawan Tzu Chi kembali ke daerah itu. Beliau berkata kepada relawan Tzu Chi, "Dengan cara saya sendiri, saya selalu berdoa agar kalian selalu sehat lahir batin." Inilah yang beliau katakan saat insan Tzu Chi datang kali ini.
Selain itu, ada warga lain yang juga pernah menerima bantuan 23 tahun lalu, yaitu Kakek Duonan. Beliau juga mendapat 500 yuan dan beberapa barang bantuan dari Tzu Chi. Dari uang 500 yuan itu, beliau hanya menggunakan 400 yuan untuk membeli keperluan musim dingin. Beliau selalu menyimpan 100 yuan sisanya sebagai kenang-kenangan dan ungkapan syukur.
Namun, beberapa tahun kemudian, beliau terpaksa menggunakan uang itu meski merasa tidak rela. Jadi, dari uang 100 yuan itu, beliau hanya menggunakan 50 yuan untuk keperluan hidup. Uang 50 yuan sisanya tidak akan beliau gunakan meski harus mati kelaparan.
“Katanya, dia sempat pindah rumah 3–4 kali. Uang ini kadang disimpannya di tempat yang tidak diketahui orang lain. Hanya dia sendiri yang tahu tempatnya. Keluarganya juga tidak tahu. Kadang dia membawanya ke mana dia pergi. Saat pindah rumah, dia selalu membawanya seperti orang menyimpan jimat. Uang 50 yuan ini akan terus dia simpan dan akan dia ceritakan kepada anak cucu. Kenangan itu akan selalu dia simpan dalam hati,” kata Krashi Dongrub Sekretaris Daerah Qingshuihe.
Itulah rasa syukur yang sesungguhnya. Bagi kehidupannya, uang itu adalah kenangan terpenting. Karena itu, uang 50 yuan itu selalu dibawanya ke mana pun dia pergi. Meski harus mati kelaparan, dia akan tetap menyimpan uang 50 yuan itu. Ini sangat tidak mudah. Inilah orang yang mengerti untuk bersyukur.
Orang yang mengerti untuk bersyukur barulah benar-benar tulus dan dapat dipercaya. Kakek ini selalu mempertahankan ketulusannya selama 23 tahun. Dalam mempraktikkan Jalan Bodhisatwa di dunia, kita menjawab kebutuhan orang-orang yang menderita. Saat mereka membutuhkan, kita segera tiba. Mereka tak akan melupakan kita seumur hidup.
Kini, 23 tahun telah berlalu. Namun, para warga itu masih ingat insan Tzu Chi yang berseragam biru putih. Saat Tzu Chi datang kembali kali ini, relawan di dalam tim itu mungkin berbeda, tetapi pakaian seragam yang mereka kenakan sama dengan 23 tahun lalu.
Saat para relawan Tzu Chi tiba, ingatan tentang sosok relawan 23 tahun lalu kembali muncul dalam benak para warga. Kali ini, insan Tzu Chi kembali membagikan bantuan kepada lebih dari seribu keluarga. Ungkapan rasa syukur dan rasa haru menggema di sana. Semua orang di sana sangat berterima kasih.
Meski cuaca sangat dingin, tetapi hati mereka dipenuhi kehangatan. Saya yang mendengarnya juga turut merasakan kehangatan. Saya sungguh bersyukur dan berterima kasih atas adanya para Bodhisatwa dunia ini. Hanya para Bodhisatwa dunia yang dapat menjangkau orang-orang yang menderita. Inilah "mengemban ajaran Buddha; memasuki Jalan Bodhisatwa".
Saya sangat mengagumi para insan Tzu Chi yang mempraktikkan Jalan Bodhisatwa di dunia. Saya sungguh mengagumi mereka dan berterima kasih kepada mereka. Mereka telah membawa kehangatan.
Mengemban ajaran Buddha untuk menolong makhluk yang menderita
Mengantarkan kehangatan di tengah kesulitan tanpa rasa takut
Insan Tzu Chi selalu diingat di dalam hati warga
Ketulusan merajut jalinan kasih sayang di Yushu
Ceramah
Master Cheng Yen tanggal 08 November 2019
Sumber:
Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia,
Penerjemah:
Hendry, Karlena, Marlina
Ditayangkan tanggal 10 November
2019