Ceramah Master Cheng Yen: Menghimpun Akar Kebajikan dan Pahala


“Saya sangat takut. Ketakutan itu sampai membuat saya menangis. Gempa terus terjadi tanpa henti pada malam dan siang hari. Gempa ini sungguh menakutkan. Saya melafalkan Amitabha dan berdoa agar gempa tidak terjadi lagi. Kalian semua telah bekerja dengan sangat baik. Meskipun tempat tinggal saya sangat jauh, kalian masih bersedia datang membantu saya. Terima kasih,”
kata Nenek Liu yang berusia 83 tahun.

Melangkahlah dengan lembut agar tidak menyakiti bumi. Bodhisatwa dunia seharusnya memiliki spirit seperti itu. Bumi ini adalah Bumi yang besar. Namun, di tengah luasnya alam semesta, Bumi ini bagaikan butiran pasir. Walaupun begitu, Bumi ini menyokong banyak manusia dan makhluk hidup lain, termasuk tumbuhan dan hewan.

Bumi ini dipenuhi daya hidup dan sangat indah. Bumi ini memang sangat indah, tetapi apakah kita sebagai manusia tahu bagaimana cara menghargainya? Melangkahlah dengan lembut agar tidak menyakiti bumi. Kalimat yang sederhana ini sudah pernah saya sampaikan beberapa puluh tahun yang lalu. Namun, apakah kalian tahu bahwa kalimat ini dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari?

Kita mengambil langkah dengan ringan karena bila memijak terlalu kuat, kita dapat menyakiti bumi. Meskipun saya sudah pernah mengatakan ini bertahun-tahun yang lalu, tetapi sebenarnya, sebelum itu, tepatnya ketika saya masih muda, saya selalu sangat penasaran dengan Bumi ini. Akibat ulah manusia, Bumi mengalami perusakan secara terus-menerus. Hati saya selalu sakit saat mengetahui ini.


“Pada tanggal 17 April, atas undangan Pemerintah Kabupaten, kami datang untuk membicarakan proyek pemulihan, rekonstruksi, dan perbaikan pascagempa. Yayasan Tzu Chi, TSMC, dan Pemerintah Kabupaten berdiskusi tentang bagaimana cara membantu orang-orang yang rumahnya terdampak gempa dan bagaimana cara membantu memperbaiki bagian rumah mereka yang rusak,”
kata Liu Qiu-ling Ketua Tim Pencegahan Bencana Divisi Pengembangan Misi Amal Tzu Chi.

“Di bawah kesepakatan bersama yang kami buat, Tzu Chi akan menjadi penanggung jawab utama untuk Daerah Xincheng, Xiulin, dan Ji'an. Kita membantu warga yang rumahnya membutuhkan perbaikan ringan untuk mengisi formulir bantuan. Kita juga membuat panggilan darurat kepada tim perbaikan dari segala penjuru Taiwan agar kembali ke Hualien untuk membantu proyek ini. Dapat terlihat bahwa pada malam hari di tanggal 17, Kita telah terhubung secara daring dengan tim relawan di Hualien dan tim perbaikan dari seluruh penjuru Taiwan untuk bersama-sama membahas proyek ini,” lanjut Liu Qiu-ling.

“Dilihat dari angka pendaftar yang membutuhkan bantuan ini, yang paling banyak mendaftar berasal dari daerah Ji'an. Tentu saja, setelah melakukan survei awal ke rumah masing-masing dari mereka, perlakuan yang kita berikan akan berbeda-beda. Kita akan memprioritaskan lansia yang hidup sendirian serta warga yang kekurangan dan sakit. Kita berharap dengan sumber daya yang terbatas, kita dapat membantu daerah-daerah yang paling membutuhkan pertolongan,” pungkas Liu Qiu-ling.

Pada gempa yang terjadi di Hualien kali ini, para relawan Tzu Chi dari seluruh penjuru Taiwan ternyata berbondong-bondong datang ke Hualien untuk membantu perbaikan rumah-rumah warga tanpa harus diundang. Sulit untuk menemukan tukang di Hualien. Karena itu, para relawan dari segala penjuru Taiwan berkumpul untuk membantu perbaikan. Setelah perbaikan selesai, para relawan juga membersihkan rumah-rumah itu. Bukankah semangat "menjadi guru tanpa harus diundang" ini adalah semangat Bodhisatwa dunia?


Ketika sedang melakukan perbaikan dan ditawari segelas air, mereka akan berkata, "Tidak perlu, saya membawa air." Ketika ada yang ingin membuat camilan, mereka akan berkata, "Tidak perlu, kami bawa roti." Ini merupakan contoh bersumbangsih tanpa pamrih. Mereka memperbaiki rumah warga, lalu membersihkannya. Saat hendak pulang, mereka juga masih berkata, "Terima kasih, kami mendoakan Anda."

Tindakan mereka sungguh menyentuh hati. Hati mereka dan saya saling terhubung. Ketika saya memiliki suatu pemikiran, semua relawan langsung membangkitkan kekuatan untuk merealisasikannya. Melihat para relawan yang bersedia turun tangan pascabencana gempa di Hualien, saya sangat tersentuh dan bersyukur. Ada sangat banyak hal yang patut disyukuri.

Para relawan, saat kalian mendengar cerita-cerita yang menyentuh, tuangkanlah itu ke dalam tulisan. Saya selalu berharap kita dapat mencatat sejarah Tzu Chi zaman ini dan sejarah Tzu Chi beberapa tahun ke belakang dengan baik, termasuk soal gempa di Hualien kali ini. Ke mana kita pergi untuk menolong orang? Pada saat ini, selain membantu orang, kita juga menenangkan hati mereka dan memperbaiki rumah mereka. Ini semua merupakan cerita yang sangat kaya. Inilah yang disebut dengan memiliki kasih sayang.

Saya sering berkata bahwa kita perlu memperpanjang jalinan kasih sayang dan memperluas cinta kasih. Bagaimana mewujudkan cinta kasih itu dalam tindakan? Kita harus memiliki semangat. Semangat apa? Semangat cinta kasih Bodhisatwa. Meskipun tidak saling mengenal, tetapi selama ada yang memerlukan bantuan, kita akan berinisiatif untuk membantu mereka. Inilah yang disebut cinta kasih berkesadaran. Kita bersedia bersumbangsih tanpa pamrih demi membuat semua orang bersukacita.

Ketika para relawan hampir selesai membantu, mereka berkata pada saya, "Master, kami sudah mau pulang." Mereka sangat sibuk, tetapi demi bersumbangsih, mereka mengesampingkan pekerjaan mereka. Jadi, saya sangat bersyukur. Inilah yang disebut sebagai dunia para Bodhisatwa. Saat kebaikan kian tumbuh di hati mereka, pikiran-pikiran buruk secara alami akan berkurang. Inilah yang kita sebut energi berkah.


Kita semua hendaknya lebih banyak menciptakan berkah. Kita perlu tahu bahwa di dalam Sutra Amitabha, terdapat sepenggal kalimat yang sangat penting yang mengatakan bahwa agar seseorang dapat terlahir di Tanah Suci Sukhavati, akar kebajikan, berkah, kualitas luhur, dan jalinan jodohnya tidak boleh yang kurang. Dapat dilihat bahwa kita tidak bisa memenuhi syarat jika hanya melakukan sedikit kebajikan. Oleh karena itu, kita perlu melakukan sangat banyak kebajikan sehingga hati kita bebas dari noda dan pikiran kita tidak bercabang. Ini tidak mudah untuk dilakukan.

Namun, Tzu Chi telah membuka suatu jalan yang berada di tengah-tengah masyarakat. Anda tidak perlu berpikir terlalu banyak. Yang terpenting ialah bersumbangsih tanpa pamrih. Kata-kata ini sangat sederhana. Bersumbangsih tanpa pamrih berarti membersihkan pikiran dan menyadari bahwa tiada konsep diri, tiada konsep makhluk hidup, dan tiada konsep jiwa. Tiada pribadi "penerima" dana saya, juga tiada pribadi "saya" sebagai pemberi dana. Inilah yang dimaksud bersumbangsih tanpa pamrih. Satu kalimat tadi mencakup banyak hal.

Bodhisatwa sekalian, kalian tidak akan menyesal menjadi relawan Tzu Chi. Kalian harus waspada. Jangan biarkan hati kacau karena orang lain. Hati kita harus tenang dan teguh. Jangan biarkan hati kacau karena orang lain. Saya berharap para relawan Tzu Chi dapat memperluas jalan misi amal. Kita telah membuka dan membentangkan jalan. Kita hanya perlu memperlebarnya sedikit agar lebih banyak orang dapat turut menapakinya.

Lihatlah, betapa kuatnya unsur tanah, air, api, dan angin di dunia ini. Kita tak dapat mengatakan bahwa kekuatan manusia dapat menaklukkan alam. Jika ingin kekuatan manusia bisa menaklukkan alam, diperlukan sekumpulan manusia dengan hati yang penuh kebajikan supaya bisa menciptakan energi berkah. Jika tidak, energinya tidak akan cukup kuat.

Kita memerlukan banyak orang untuk menciptakan berkah yang besar dan membentuk energi keharmonisan. Jadi, kalian hendaknya senantiasa menyelami ajaran Buddha dan lebih bersungguh hati. Kita perlu membuka pintu mazhab Tzu Chi dengan cara yang benar dan sungguh-sungguh menghidupkan silsilah Dharma Jing Si. Semoga kalian semua sehat lahir batin. Doa saya beserta kalian semua. Semoga dunia ini aman dan tenteram. Terima kasih.   

Guncangan gempa menyadarkan kita untuk menghargai Bumi
Guru yang tak diundang datang untuk berkumpul
Bersumbangsih tanpa pamrih di Jalan Bodhisatwa
Menghimpun akar kebajikan dan pahala

Ceramah Master Cheng Yen Tanggal 05 Mei 2024
Sumber: Lentera Kehidupan – DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Marlina, Shinta, Janet
Ditayangkan Tanggal 07 Mei 2024
Apa yang kita lakukan hari ini adalah sejarah untuk hari esok.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -