Ceramah Master Cheng Yen: Menghimpun Cinta Kasih untuk Bantuan Bencana


Indonesia tiba-tiba diguncang gempa pada tanggal 28 September dan telah memorak-porandakan wilayah yang terdampak bencana. Warga korban bencana sungguh sangat menderita. Insan Tzu Chi sudah pergi ke wilayah yang terkena dampak bencana. Kita juga sudah mengirimkan selimut dan nasi Jing Si dari Taiwan melalui udara dengan pesawat China Airlines dan sudah tiba di Jakarta. Setelah tiba di Jakarta, barang-barang bantuan itu dikirim dengan pesawat militer ke wilayah yang terdampak bencana terparah.

 

Kita mengirim 10.000 helai selimut ke sana untuk bantuan darurat. Warga korban bencana tidur di lantai karena mereka sudah kehilangan tempat tinggal. Mereka sangat menderita. Kita harus memberikan barang-barang yang mereka butuhkan sekarang atau sesuatu yang bisa membantu mereka. Saya yakin relawan Tzu Chi pasti sangat teliti dalam memikirkan hal ini. Relawan Tzu Chi Indonesia juga memberi bantuan dengan segera.

Tim TIMA juga telah memberikan pelayanan kesehatan di sana selama beberapa hari. Sebenarnya, beberapa hari yang lalu mereka telah tiba di Makassar. Para korban bencana yang mengalami luka-luka dikirim ke Makassar. Ratusan korban bencana yang mengalami luka-luka yang sangat beruntung dikirim ke Makassar untuk dirawat. Ketika insan Tzu Chi dan TIMA tiba di Makassar, akses ke daerah bencana masih belum memungkinkan. Mereka pun pergi ke rumah sakit untuk memberi perhatian dan menghibur para korban bencana.

 

Kita tahu bahwa para korban bencana hanya mengenakan pakaian yang mereka pakai tanpa membawa barang apa pun. Insan Tzu Chi pun mulai membagikan dana bantuan darurat kepada para korban bencana karena mereka tak memiliki uang. Relawan Tzu Chi membagikan dana bantuan darurat terlebih dahulu. Inilah yang dilakukan relawan Tzu Chi dari Jakarta. Mereka melakukan perjalanan jauh untuk pergi memberi perhatian. Penerbangan dari Jakarta ke Makassar membutuhkan waktu lebih dari 2 jam.

Dari Makassar ke wilayah yang terkena dampak bencana terparah, masih harus naik pesawat 1 jam lagi. Meski sangat jauh, mereka tetap segera pergi ke sana untuk memberi perhatian. Kapasitas rumah sakit sangatlah terbatas. Ada sebagian orang harus dirawat di luar gedung rumah sakit.

Sungguh, gempa yang dahsyat telah menyebabkan banyak kerusakan dan membawa penderitaan yang luar biasa. Bantuan dari luar tak dapat menjangkau lokasi bencana sehingga warga tak bisa mendapatkan bantuan. Melihat orang-orang menderita seperti itu, saya sangat tak tega. Kini, akhirnya, bandar udara telah dibuka kembali. Kini, bantuan internasional atau lembaga-lembaga amal sudah bisa menjangkau lokasi bencana.

 

Tentu saja, Tzu Chi juga memberikan bantuan. Insan Tzu Chi juga segera bergerak untuk memberikan berbagai bantuan yang dibutuhkan. Saya sangat berterima kasih untuk ini. Melihat berita tentang bencana di sana setiap hari, saya terus berpikir bagaimana memulihkan kondisi dan membangun kembali rumah-rumah di sana. Namun, masih sulit untuk memperkirakannya. Saya sangat berterima kasih kepada insan Tzu Chi dari beberapa negara yang menanggapi seruan bantuan bencana ke Indonesia. Lihatlah anak-anak di Kaohsiung. Anak-anak itu melakukan perbuatan baik.

“Kami memiliki agar-agar rasa madu dan rasa kundur. Mari ke sini beli agar-agar,” kata Murid-murid TK Cinta Kasih Kaohsiung.

“Murid-murid kami berpikir, melalui kegiatan ini, mereka bisa membuat agar-agar untuk berbagi dengan semua orang dan juga bisa membantu para korban bencana,” kata Wang Qiong-min, Guru TK Cinta Kasih Kaohsiung.


Saya juga melihat Bodhisattva lansia membuat kue dan berbagai jenis kegiatan lainnya. Semua orang berharap bisa melakukan perbuatan baik.

“Master berkata bahwa kita harus berempati terhadap orang lain. Master berharap kita semua bergerak untuk membantu orang yang membutuhkan,” kata Zhuang Lian-man, relawan Tzu Chi.

“Insan Tzu Chi harus bergerak untuk membantu orang yang membutuhkan dan menginspirasi setiap orang untuk membangkitkan cinta kasih,” ujar Guo Shu-min, relawan Tzu Chi.

Mereka bekerja keras untuk membangkitkan cinta kasih orang-orang dengan harapan semua orang dapat bersumbangsih dengan cinta kasih tanpa pamrih. Jika tidak, sekelompok Bodhisatwa ini


harus lebih bekerja keras. Saya berharap orang yang membeli kue bisa lebih mengembangkan cinta kasih mereka karena kue yang mereka beli adalah sumbangsih dari para relawan yang memiliki cinta kasih. Aman dan tenteram merupakan berkah.

“Kita tak hanya melakukan perbuatan baik sendiri, tetapi juga harus mengajak kerabat, teman, rekan kerja, dan semua orang yang kita kenal agar mereka turut terinspirasi. Bukan masalah berapa banyak uang yang mereka sumbangkan, yang terpenting adalah membangkitkan cinta kasih mereka,” ujar Ahmad Tohir, Staf Tzu Chi School Indonesia.

“Kekuatan satu orang sangatlah terbatas. Jadi, saya berharap lebih banyak orang berpartisipasi dalam kegiatan penggalangan dana amal ini untuk membantu para korban bencana di Indonesia,” harap Sudino Lim, Direktur Tzu Chi School.

“Saya berharap donasi saya yang sedikit ini, bisa membantu para korban bencana di Indonesia  dan semoga mereka bisa bangkit dan memulihkan kampung halaman mereka,” Lin Jing-you, Relawan Tzu Chi di Kaohsiung.

 

Kita harus baik-baik memanfaatkan tubuh kita. Tinggal di lingkungan yang baik, kita harus membangun ikrar untuk bersumbangsih dengan cinta kasih bagi orang yang membutuhkan di dunia. Setelah melihat penderitaan, kita harus menyadari berkah dan menciptakan berkah. Bisa hidup dengan aman dan tenteram merupakan keberuntungan. Kita harus memanfaatkannya dengan baik

dan mengubah berkah menjadi sumber daya untuk membantu orang lain. Kita harus berinisiatif untuk bersumbangsih guna membantu orang lain. Bertekad untuk segera meringankan penderitaan orang lain, inilah yang paling penting.


Memberi bantuan bencana tanpa mengeluh lelah

Bersumbangsih tanpa pamrih dan tepat waktu

Memikirkan dengan teliti kebutuhan para korban bencana

Menghimpun cinta kasih untuk membantu orang yang membutuhkan

 

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 8 Oktober 2018

Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia,

Penerjemah: Hendry, Karlena, Li Lie, Marlina

Ditayangkan tanggal 10 Oktober 2018
Jangan takut terlambat, yang seharusnya ditakuti adalah hanya diam di tempat.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -