Ceramah Master Cheng Yen: Menghimpun Cinta Kasih untuk Menyalurkan Bantuan
Bayangkanlah, dengan ditutupnya satu demi satu perbatasan, ke mana para pengungsi harus pergi dan bertahan hidup?
“Saya tidak tahu bagaimana masa depan anak saya. Saya hanya tahu bahwa masa depan anak saya tidak menentu. Di tengah kondisi seperti ini, saya tidak tahu harus bagaimana menjalani hidup,” ucap salah satu pengungsi.
Kita sungguh prihatin akan kondisi anak-anak pengungsi, tetapi juga tidak berdaya. Inilah tragedi di dunia ini. Melihat hal seperti ini pada zaman sekarang, yang sangat disayangkan adalah kita tidak memiliki cukup kekuatan untuk mengulurkan tangan bagi mereka. Mereka sungguh menderita.
Orang yang menderita sangatlah banyak. Pada tanggal 23 dan 24 Mei, diadakan Konferensi Tingkat Tinggi Kemanusiaan Dunia di Turki untuk pertama kalinya. Konferensi ini dihadiri oleh lebih dari 60 orang kepala negara dan perwakilan dari lebih dari 100 negara. Tzu Chi juga diundang dalam konferensi ini. Di seluruh dunia, bencana akibat ulah manusia dan bencana alam kerap terjadi sehingga membuat banyak orang menderita. Tujuan diadakannya konferensi ini adalah mencari cara untuk menolong orang-orang yang terkena dampak bencana. Kita sangat berharap perwakilan dari setiap negara dapat menyadari bahwa untuk mengakhiri bencana yang terjadi, semua orang yang menghadiri konferensi itu harus mencapai kesepahaman dan kesepakatan serta bertindak bersama untuk menyelamatkan Bumi. Dengan demikian, barulah dunia ini bisa aman dan tenteram. Inilah yang sangat kita harapkan.
Kini, di seluruh dunia, pengungsi ataupun korban bencana yang membutuhkan bantuan darurat telah melebihi 125 juta orang. Bagaimana cara kita menolong begitu banyak orang? Namun, dengan populasi manusia di Bumi ini yang lebih dari tujuh miliar orang, jika setiap orang dapat bersumbangsih, sekalipun hanya setetes air, maka orang yang membutuhkan akan tertolong.
Hari ini juga merupakan hari bersejarah Tzu Chi. Pada tanggal 25 Mei 2011, saya pertama kalinya mengimbau orang-orang cukup makan 80 persen kenyang dan menyisihkan 20 persen untuk menolong sesama. Inilah kekuatan cinta kasih. Jika semua orang dapat sepakat dan bertindak bersama dengan penuh cinta kasih, maka menolong sesama tidaklah sulit. Singkat kata, kapan dan di mana pun berada, kita harus bekerja sama dengan harmonis, hidup berdampingan, dan mengasihi semua orang di dunia ini. Jika bisa demikian, maka segala penderitaan akan berakhir.
Kita bisa melihat Canoa di Ekuador yang bergantung pada bidang pariwisata. Pascagempa, banyak bangunan yang rata dengan tanah atau menjadi bangunan yang berbahaya sehingga para wisatawan tidak berkunjung lagi. Pada saat seperti itulah para relawan kita pergi ke sana untuk menjalankan program bantuan lewat pemberian upah.
Kita menghimpun kekuatan warga setempat untuk membersihkan lingkungan mereka. Karena itu, kini sendi kehidupan setempat sudah mulai pulih kembali. Berhubung lingkungan mereka sudah dibersihkan dan mereka juga memperoleh upah sebesar 15 dolar AS per hari, sebagian warga sudah memiliki modal untuk memulai usaha kecil.
“Program bantuan lewat pemberian upah telah menghidupkan kembali ekonomi di sini. Inilah yang kami butuhkan. Pascagempa, kami menerima banyak barang bantuan. Namun, yang lebih penting sekarang adalah menciptakan lapangan kerja bagi warga agar mereka dapat memperoleh penghasilan untuk bertahan hidup. Warga menyambut hangat program bantuan lewat pemberian upah. Lewat program bantuan ini, mereka bukan hanya dapat menghasilkan uang, tetapi juga dapat bergotong royong dan turut mengerahkan tenaga untuk memulihkan kampung halaman mereka,” tutur Cesar Zambrano, Pejabat pemerintah Canoa.
Kita membangkitkan kembali semangat mereka dan menginspirasi mereka untuk mengerahkan tenaga sehingga wilayah mereka dapat bersih kembali serta semua warga dapat bersatu hati dan bekerja sama dengan harmonis. Relawan kita mempraktikkan ajaran kebenaran dengan bersumbangsih di sana. Warga setempat sangat tersentuh dan bersyukur.
Dalam telekonferensi kemarin, relawan kita di Ekuador juga menyampaikan bahwa berita utama di sebuah surat kabar setempat masih memuat tentang Tzu Chi yang menjalankan program bantuan lewat pemberian upah di kota keempat di Ekuador untuk memulihkan sendi kehidupan setempat pascagempa dan menghimpun kekuatan setiap orang. Relawan kita sungguh-sungguh mempraktikkan semangat ajaran Buddha dan mengembangkan kekuatan cinta kasih di sebuah wilayah yang asing. Pada saat yang sama, kita juga menginspirasi butir demi butir benih cinta kasih di sana.
Kemarin, relawan kita juga melaporkan tentang sebuah gereja yang mengalami kerusakan parah akibat gempa. Di gereja tersebut hanya terdapat tiga biarawati. Karena itu, insan Tzu Chi mengajak warga setempat pergi ke gereja itu untuk membantu membersihkannya. Lalu, para biarawati pun bertanya, “Mengapa kalian memilih untuk membersihkan gereja kami terlebih dahulu?” Relawan kita menjawab, “Karena warga membutuhkan keyakinan sebagai sandaran. Karena itulah, kami mengajak warga untuk membersihkan gereja ini. Setelah ini, kalian bisa merencanakan pembangunan kembali gereja ini.” Inilah yang insan Tzu Chi lakukan di sana.
Kita tidak membeda-bedakan agama dan menghormati para biarawati. Kita membersihkan gereja terlebih dahulu dengan bantuan warga setempat. dengan bantuan warga setempat. Setelah membersihkan gereja, barulah kita membersihkan tempat lain. Singkat kata, banyak orang yang kehilangan tempat tinggal dan banyak anak yang tidak bisa bersekolah karena banyak gedung sekolah yang runtuh.
Penyaluran bantuan darurat akan segera berakhir dan lokasi bencana sudah berada dalam tahap pemulihan. Selanjutnya, yang harus kita lakukan adalah menenangkan hati warga setempat dan membangun kembali rumah mereka. Selain mencari cara untuk menolong orang yang menderita, memulihkan sarana pendidikan juga sangat penting. Inilah yang harus kita usahakan.
Bekerja sama untuk memberikan bantuan kemanusiaan
Menghemat 20 persen untuk menolong sesama
Memulihkan sendi kehidupan warga dengan program bantuan lewat pemberian upah
Membantu membersihkan sebuah gereja dengan penuh rasa hormat
Ceramah Master Cheng Yen tanggal 25 Mei 2016
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina