Ceramah Master Cheng Yen: Menghimpun Cinta Kasih untuk Meringankan Penderitaan
Buddha mengajari kita bahwa segala sesuatu di dunia ini tidaklah kekal. Benar, segala sesuatu yang berkondisi di dunia ini merupakan hasil ciptaan. Segala sesuatu yang bisa diciptakan tidak akan bertahan untuk selamanya. Karena itulah, segala sesuatu di dunia ini tidak kekal. Segala sesuatu yang tercipta karena tindakan kita tidak akan abadi. Segala sesuatu di dunia ini akan muncul dan lenyap. Tiada yang abadi. Bukankah manusia juga mengalami fase lahir, tua, sakit, dan mati? Bukankah segala sesuatu di bumi ini mengalami perubahan seiring pergantian musim? Buddha juga berkata bahwa segala materi akan mengalami pembentukan, keberlangsungan, kerusakan, dan kehancuran. Segala sesuatu muncul, lalu lenyap. Sungguh, dalam hidup ini, tiada yang abadi. Jadi, segala sesuatu yang muncul pasti akan lenyap. Segala sesuatu yang terbentuk akan hancur tanpa menyisakan apa pun. Inilah hukum alam semesta.
Sesungguhnya, mengapa manusia hidup menderita? Dari mana penderitaan berasal? Hingga kapan kita bisa merasa bahagia? Berapa banyak kekayaan materi yang bisa kita miliki dan berapa lama kita bisa memilikinya? Pada akhirnya, saat kita mengembuskan napas terakhir, kita tidak bisa membawa apa pun. Tiada yang bisa kita bawa saat mati, hanya karmalah yang akan mengikuti kita. Jadi, apa lagi yang perlu kita kejar? Kita harus memahami kebenaran secara tuntas dan melenyapkan semua noda batin agar dapat merasakan kebahagiaan. Sungguh, tanpa nafsu keinginan dan kerisauan, tidak akan ada ketakutan sehingga kita akan merasa damai dan tenang. Inilah kebenaran di dunia ini.
Kita bisa melihat di seluruh dunia, bencana yang terjadi akibat ketidakselarasan unsur tanah, air, api, dan angin semakin parah dari sebelumnya. Bisakah kita tidak tersadarkan? Semua itu akibat karma buruk kolektif kita. Orang yang tersadarkan akan rela bersumbangsih. Jika rela bersumbangsih, maka tiada hal yang tidak bisa dilakukan. Pascatopan kali ini, insan Tzu Chi dari wilayah utara, tengah, dan selatan Taiwan serta Hualien dan Yilan pergi ke Taitung untuk memberi bantuan.
Lin Jin-hua,salah seorang anggota komite di Taitung yang mengalami kecelakaan lalu lintas 2 tahun lalu juga turut memberi bantuan. Dia sangat bersiteguh untuk menunjukkan jalan. Dia memimpin sekelompok relawan yang datang dari wilayah lain untuk menyurvei lokasi bencana. Berhubung merupakan warga Taitung, dia lebih mengenal daerah setempat. Biasanya, anggota komite ini juga sangat tekun dan bersemangat. Kecelakaan lalu lintas yang dialaminya sangat serius dan membuat orang sangat khawatir. Namun, dia telah berangsur-angsur pulih. Saat wilayah tempat tinggalnya dilanda bencana dan relawan dari wilayah lain pergi untuk membantu, dia pun menggenggam kesempatan itu untuk bersumbangsih. Berhubung insan Tzu Chi Taitung tidak banyak, tetapi ada banyak relawan dari wilayah lain yang pergi untuk membantu dan harus membagi diri ke dalam beberapa kelompok, dia pun menawarkan diri untuk menunjukkan jalan.
Ada pula seorang relawan dari Hualien yang bernama Yi-ping. Dia menderita penyakit jantung. Namun, dia berkata kepada anak-anaknya bahwa dia sangat berpengalaman dalam menyurvei bencana dan kini, yang dibutuhkan adalah relawan yang berpengalaman. Karena itu, dia harus pergi. Dia sungguh sangat berpengalaman. Dia berbagi dengan relawan setempat bahwa saat bertemu dengan korban bencana, apa yang harus dikatakan, apa yang tidak boleh ditanyakan, dan bagaimana menghibur mereka. Relawan yang berasal dari Hualien ini menderita penyakit jantung yang cukup serius. Lihatlah, semua orang di seluruh dunia adalah satu keluarga. Inilah tanggung jawab sebagai Bodhisatwa. Di mana pun ada orang yang menderita, Bodhisatwa akan menjangkau mereka. Ini menunjukkan keindahan di dunia ini.
Kita juga melihat anak-anak muda di Taitung berkumpul bersama untuk saling membantu. Kemarin, di sebuah sekolah khusus putri di Taitung, lebih dari 1.000 anak muda bergerak untuk membersihkan lingkungan. “Saya merupakan murid sekolah lain. Hari ini, usai membersihkan sekolah kami, kami datang untuk membersihkan sekolah ini,” ucap salah satu murid di Taitung.
“Saya berterima kasih atas sumbangsih mereka bagi Taitung dan sekolah kami,” ucap salah satu murid di Taitung.
Lihatlah, semakin banyak orang, maka semakin besar kekuatan. Sekelompok anak perempuan juga sanggup mengangkat pohon yang besar. Singkat kata, satu orang terlalu lemah, dua orang terlalu sedikit, dan tiga orang masih belum cukup. Jadi, kita harus mengajak lebih banyak orang dan tidak boleh melewatkan satu orang pun. Berhubung ini merupakan hal baik, kita hendaknya melakukannya bersama-sama. Semakin banyak orang yang membantu, maka sendi kehidupan Taitung akan semakin cepat pulih. Kita hendaknya mengajak semua orang untuk membangkitkan cinta kasih karena semua orang di seluruh dunia adalah satu keluarga. Ini sungguh membuat orang tersentuh.
Topan Nepartak yang membawa dampak bagi begitu banyak orang di Taiwan juga mendatangkan bencana besar saat mendarat di Fujian. Insan Tzu Chi di Fujian juga bergerak untuk memberi bantuan. Kita bisa melihat mereka melalui jalan berlumpur dengan susah payah. Pemerintah setempat sangat terhibur melihat insan Tzu Chi dan berharap kita dapat menjangkau lebih banyak wilayah yang membutuhkan.
Siang ini, sekelompok insan Tzu Chi akan terbang dari Taiwan ke Fujian. Jadi, selain insan Tzu Chi setempat, insan Tzu Chi Taiwan juga pergi ke sana untuk memberi bantuan. Sungguh, kita harus mengakumulasi cinta kasih banyak orang agar terhimpun kekuatan besar. Semoga dunia bisa aman dan tenteram. Banyak bencana yang terjadi sehingga banyak orang yang terkena dampak bencana. Namun, kita bisa selangkah demi selangkah menghimpun cinta kasih setiap orang dan memulihkan sendi kehidupan di lokasi bencana. Hal yang harus kita lakukan masih sangat banyak. Kita harus bersungguh-sungguh menggenggam waktu.
Merasakan kebahagiaan dan ketenangan setelah melenyapkan noda batin
Menjangkau semua makhluk yang menderita dan menjadi sandaran bagi mereka
Mengemban tanggung jawab atas semua orang di seluruh dunia yang merupakan satu keluarga
Bersama-sama menyurvei bencana dan menghibur orang yang menderita
Ceramah Master Cheng Yen tanggal 14 Juli 2016
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina
Ditayangkan tanggal 16 Juli 2016