Ceramah Master Cheng Yen: Menghimpun Jalinan Jodoh Baik dan Mewariskan Silsilah Dharma
“Dia ingin menjadi seperti pria dewasa. Berhubung teman-temannya ada yang berusia 15 hingga 20 tahun, dia juga ingin menjadi lebih berani,” ujar Olya, Sukarelawan Ukraina.
“Saya suka membantu orang yang membutuhkan, baik mereka yang lebih muda dari saya maupun orang lansia karena mereka sungguh sangat membutuhkan bantuan. Saya merasa malu terhadap orang-orang yang mengalami kesulitan akan kebutuhan sandang dan pangan karena saya tidak perlu mengkhawatirkan hal-hal tersebut. Jadi, saya akan berusaha yang terbaik untuk membantu mereka,” tutur Arsen, Sukarelawan Ukraina.
Lihatlah, anak yang begitu kecil ini telah menjadi dewasa dalam sekejap di tengah perang ini. Saya memuji kepekaan dan kebaikan anak ini, tetapi juga merasa tidak sampai hati. Kehidupan manusia di tengah kelahiran dan kematian ini, sungguh banyak perubahan, sulit diprediksi, dan penuh ketidakkekalan. Setelah datang ke dunia ini, Buddha pun merasa prihatin dan mengatakan bahwa kehidupan itu tidak kekal, penuh penderitaan, dan hakikatnya kosong.
Ada satu hal yang sangat penting di tengah ketidakkekalan hidup yang penuh penderitaan ini, yaitu akumulasi sebab penderitaan. Sesungguhnya, dari mana datangnya penderitaan? Penderitaan berasal dari kekuatan karma yang terus terakumulasi seiring waktu. Akibat akumulasi karma buruk dan sebab penderitaan hingga ke titik ekstrem ini, ada begitu banyak keluarga yang porak-poranda serta terjadinya gelombang pengungsi. Demikianlah ketidakkekalan hidup. Negeri mereka berubah seketika.
Berkat telekonferensi saat ini, siaran berita tentang perang pun dapat segera diakses oleh banyak orang. Kita dapat melihat bagaimana perang telah membawa kehancuran dalam sekejap. Warga sipil yang terkena dampak perang sungguh sangat menderita dan pilu. Orang-orang yang tidak sampai hati melihat penderitaan mereka pun segera memikirkan berbagai cara untuk membantu mereka. Jadi, sejak pecahnya perang, kita telah menemukan banyak penyelamat bagi para pengungsi.
Tentu saja, kita tidak dapat membantu semua pengungsi secara menyeluruh. Itu bergantung pada jalinan jodoh kita dengan mereka. Kapan pun dan di mana pun ada pengungsi, kita segera mencari tahu apakah di sana ada yang bisa menyalurkan bantuan. Ada pula pengungsi yang kebetulan melewati lokasi kita menyalurkan bantuan. Kita pun membantu mereka setelah melihat mereka.
Hanya jika terhubung dalam waktu, ruang, dan hubungan antarmanusia yang tepat berkat matangnya jalinan jodoh, barulah kita dapat menyalurkan bantuan bagi mereka. Demikianlah kita menjadi saksi sejarah zaman sekarang. Berhubung kita dapat menjangkau para pengungsi, kita pun bersedia dan bersungguh hati untuk membantu mereka.
Relawan kita merupakan insan-insan mulia yang mewujudkan kebaikan dan meringankan penderitaan semua orang. Semua itu berkat adanya jalinan jodoh baik. Sesungguhnya, relawan kita yang bersumbangsih di sana berasal dari berbagai negara. Ada pula relawan yang mencari nafkah atau menuntut ilmu di sana. Mereka yang berjodoh pun turut bergabung dalam barisan relawan.
Yang lebih istimewa lagi, ada sejumlah pengungsi yang berjodoh dengan Tzu Chi juga bertekad untuk turut bergabung dalam barisan relawan. Mereka tak ingin hanya menjadi penerima bantuan saja. Sebaliknya, mereka bersedia untuk menjadi relawan demi membantu orang yang membutuhkan. Meskipun harus menjadi pengungsi, tetapi mereka tetap dipenuhi berkah karena mereka telah berhimpun bersama insan Tzu Chi. Jadi, kini mereka juga disebut insan Tzu Chi dan benih-benih cinta kasih.
“Negara kami membutuhkan organisasi seperti Tzu Chi. Kami ingin belajar untuk mengasihi sesame dan menolong warga negara kami. Tidak hanya menolong keluarga ataupun teman, saya juga ingin menolong yang lainnya. Jadi, saya berharap Tzu Chi dapat mendatangi negara kami,” kata Anna, Sukarelawan Ukraina.
Dengan adanya jalinan jodoh dengan relawan kita, saat kembali ke Ukraina kelak, mereka juga dapat menabur benih cinta kasih hingga bertumbuh dan berakar di sana. Dengan demikian, mereka juga akan menciptakan berkah bagi masa depan masyarakat. Tentu saja, ada pula relawan kita dari negara lainnya yang akan terus berhimpun untuk menabur benih-benih cinta kasih di sana. Mereka semua berhimpun dalam kesatuan hati dan pikiran demi mewujudkan sebuah tujuan, yaitu mempraktikkan ajaran Tzu Chi.
Semua insan Tzu Chi bersama-sama menjalankan Tzu Chi, membentangkan tangan untuk merangkul para pengungsi dengan cinta kasih, dan menyalurkan bantuan bagi mereka yang berjodoh dan menyalurkan bantuan bagi mereka yang berjodoh. Di dunia ini, kita semua memiliki karma masing-masing. Buddha berkata bahwa karma bagaikan sebuah benih. Berhubung kita memiliki jalinan jodoh dan buah karma yang baik, kita dapat berhimpun bersama di sini untuk mewariskan silsilah Dharma dan ajaran Tzu Chi.
Tanpa adanya ajaran Tzu Chi di masa lalu, tidak akan ada Tzu Chi hari ini. Puluhan tahun yang lalu, muncullah sebersit niat saya untuk mendirikan Tzu Chi. Berkat jalinan jodoh hingga kini, Tzu Chi telah berjalan lebih dari 50 tahun dan berkembang dari sebuah kelompok kecil menjadi sebuah organisasi besar. Mulanya, relawan kita hanya berasal dari Taiwan saja. Kini, kita telah memiliki relawan di seluruh dunia.
Kita bisa melihat di tempat-tempat yang jauh, ada relawan kita dari berbagai negara yang berhimpun bersama untuk membantu orang-orang yang menderita. Saat ini, makin banyak pula orang yang terinspirasi untuk bergabung dalam barisan relawan. Ketika mereka kembali ke Ukraina kelak, itu berarti akan ada relawan Tzu Chi di sana. Jalinan jodoh baik ini sungguh tak terbayangkan.
Akibat perang, masa kecil anak-anak yang tanpa kekhawatiran berubah dalam sekejap
Karma buruk yang terus terakumulasi membawa penderitaan
Menghimpun jalinan jodoh baik dan berdana bersama
Mewariskan silsilah Dharma bagi generasi mendatang
Ceramah Master Cheng Yen tanggal 07 Juni 2022
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina, Devi
Ditayangkan tanggal 09 Juni 2022