Ceramah Master Cheng Yen: Menghimpun Jodoh Baik dengan Kesadaran dan Keagungan
Kondisi zaman sekarang sesuai dengan yang diprediksi oleh Buddha pada lebih dari 2.500 tahun yang lalu.
Saat ini, kita hidup di dunia yang diselimuti kekeruhan yang tebal. Contohnya pandemi kali ini. Kapan pandemi ini akan berakhir? Tidak tahu.
Setelah pandemi ini berakhir, kapan wabah penyakit akan menyerang lagi?
Orang-orang yang kini hidup tenteram hendaknya bersyukur, meningkatkan kewaspadaan, dan menaati aturan. Kita harus waspada dan bersungguh-sungguh melindungi diri. Hidup tenteram ialah yang terpenting dan merupakan berkah yang sesungguhnya.
Dua hari lalu, saya melakukan telekonferensi dengan insan Tzu Chi Jepang dan Korea Selatan. Mereka juga berbagi bahwa beberapa waktu lalu, orang-orang di negara mereka sangat panik dan tidak bebas beraktivitas karena diberlakukan pembatasan. Meski demikian, saat ada instansi pemerintah, kelompok yang bekerja di garis depan, atau organisasi yang melindungi orang-orang membutuhkan APD, insan Tzu Chi terlebih dahulu menyediakan apa yang mereka butuhkan. Banyak insan Tzu Chi di seluruh dunia yang saling memperhatikan dan mendukung.
Pada saat seperti ini, kita bisa melihat insan Tzu Chi di seluruh dunia bersatu hati, bekerja sama, dan memperhatikan satu sama lain. Asalkan pengiriman internasional lancar, mereka bisa mengirimkan barang bantuan untuk mendukung satu sama lain.
Agar bisa menolong lebih banyak orang, kita harus menyucikan hati manusia dalam kehidupan sehari-hari.
Insan Tzu Chi hendaknya lebih sering berbagi ajaran kebaikan dengan orang-orang. Saat hidup tenteram, kita harus mendengar Dharma. Saat hidup tidak tenteram, kita harus segera berbagi Dharma untuk menenangkan hati dan membimbing orang-orang.
Kini mendengar Dharma sangatlah mudah. Hampir setiap orang memiliki ponsel. Dengan mengetuk layar ponsel saja, orang-orang bisa memanfaatkan jaringan internet untuk mendengar Dharma atau menonton program kita dengan mudah. Tutur kata yang baik dapat menenangkan hati orang-orang dan Dharma dapat melenyapkan kerisauan dan kekhawatiran orang-orang. Setelah memahami Dharma, cinta kasih kita akan terbangkitkan.
Pandemi kali ini telah mendatangkan pelajaran besar bagi kita. Pada saat seperti ini, hati semua orang menyatu lewat jaringan internet. Berhubung mudah untuk terhubung dalam jaringan, mereka bisa memperhatikan satu sama lain dan saling berbagi ajaran kebaikan. Jadi, para Bodhisattva dunia menjangkau semua makhluk yang menderita.
Selain tahu untuk melindungi diri sendiri, mereka juga mencurahkan perhatian dan bersumbangsih bagi sesama. Contohnya insan Tzu Chi Korea Selatan.
Saat melakukan telekonferensi dengan mereka, saya melihat barisan panjang relawan berseragam abu-abu putih di belakang mereka. Mereka sangat tertib dan bersungguh hati.
Relawan Park berbagi dengan saya tentang kebakaran hutan di sana. Saat mendengar kabar itu, mereka segera mencurahkan perhatian. Saat rumah sakit kekurangan darah karena tidak ada orang yang berani menyumbangkan darah, relawan kita segera bergerak. Mobil donor darah dikerahkan untuk mengimbau orang-orang menyumbangkan darah. Ini dilakukan berkali-kali. Apakah setiap kali berjalan lancar? Tidak.
Mobil donor darah sering kembali tanpa hasil karena tidak ada yang menyumbangkan darah atau diberlakukannya pembatasan mobilitas. Jadi, relawan kita juga tidak berdaya. Meski demikian, upaya mereka penuh kehangatan.
Sungguh, insan Tzu Chi tidak takut kesulitan dan selalu bersumbangsih begitu ada kesempatan. Mereka tidak putus asa dan bersedia bersumbangsih. Asalkan memiliki jalinan jodoh, mereka pasti akan bersumbangsih.
Saya terus mengingatkan orang-orang untuk membina ketulusan dan bersungguh-sungguh membimbing orang-orang. Berhubung saat ini orang-orang tidak boleh keluar rumah, kita bisa berinteraksi lewat jaringan internet. Manfaatkanlah ponsel kalian untuk menghubungi teman-teman kalian dan mengimbau mereka melakukan hal yang sama agar semua orang dapat menerima pelajaran besar dari pandemi ini.
Pada masa waspada wabah penyakit ini, kita bisa melihat cinta kasih berkesadaran para relawan kita. Meski wabah penyakit sangat menakutkan, tetapi cinta kasih berkesadaran penuh kehangatan. Relawan kita menapaki Jalan Bodhisattva dengan cinta kasih berkesadaran yang penuh kehangatan. Kita harus bersungguh hati berbagi hal-hal yang baik dengan orang-orang.
Saya berharap setiap orang dapat memperoleh kedamaian dengan mendengar Dharma dan mengajak orang-orang untuk menjalani keseharian dengan cinta kasih. Agar keseharian kita penuh cinta kasih, janganlah kita membunuh hewan.
Saya memberi tahu para relawan kita bahwa sayuran dan buah-buahan sangatlah lezat. Pola hidup vegetaris adalah pola hidup yang murni. Saat pola hidup kita murni, tentu hidup kita akan tenteram. Jadi, mari kita menggalakkan vegetarisme.
Untuk mempraktikkan ajaran Mahayana, kita harus terjun ke masyarakat dan memperhatikan setiap keluarga. Saat ada kesempatan, kita harus menggalakkan vegetarisme. Inilah ajaran Mahayana. Mempraktikkan ajaran Mahayana berarti berpegang pada sila, samadhi, dan kebijaksanaan. Kita harus berpegang pada sila dan jangan membunuh.
Kita harus memanfaatkan kesempatan ini untuk mengimbau orang-orang menenangkan hati serta berdiam dalam pikiran baik dan niat untuk mendengar Dharma dengan tekun dan bersemangat. Ini disebut kebijaksanaan. Jadi, kita harus membina pikiran yang hening dan jernih, kelembutan, kesabaran, kesadaran, dan keagungan.
Kita harus memiliki pola hidup seperti ini, baru bisa tersadarkan serta penuh berkah dan kebijaksanaan sehingga dapat menjalin jodoh baik di tengah masyarakat.
Dalam masa merebaknya wabah penyakit ini, kita harus berbagi tentang pelajaran besar yang didatangkannya.
Waspada
dalam melindungi diri sendiri dan menaati aturan
Menyucikan
hati manusia dan saling mendukung
Dharma
melenyapkan kekhawatiran dan membangkitkan cinta kasih
Menggalakkan vegetarisme dengan cinta kasih
berkesadaran
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina, Stella
Ditayangkan tanggal 30 Mei 2020