Ceramah Master Cheng Yen: Menghimpun Kebajikan dalam Menyambut Tahun Baru

Hari ini adalah malam Tahun Baru Imlek, hari untuk makan bersama akhir tahun. Ya, pada pergantian tahun, orang-orang dipenuhi rasa sukacita karena dapat berkumpul dengan keluarga. Orang-orang yang merantau jauh membawa anak-anak mereka untuk pulang kampung. Dengan penuh rasa sukacita, mereka mengucapkan selamat Tahun Baru Imlek kepada orang tua. Seluruh anggota keluarga berkumpul.

Pada momen sekali setahun ini, anggota keluarga berkumpul dalam kegembiraan. Jadi, pada momen Tahun Baru Imlek ini, setiap orang sangat gembira. Demikianlah orang-orang merayakan Tahun Baru Imlek dengan penuh kegembiraan.  Semoga setiap hari hati kita senantiasa terbuka dan bahagia.

Dengan pintu hati yang terbuka, kita menyambut tahun baru yang penuh harapan. Namun, momen Tahun Baru ini akan segera berlalu. Dengan hati yang bersahaja, setiap hari kita hendaknya membentangkan jalan menuju Jalan Bodhisatwa yang lapang demi memberi manfaat bagi umat manusia.

Di jalan spiritual ini, kita bersiap untuk lebih meratakannya serta bersumbangsih lebih banyak untuk menciptakan berkah bagi dunia. Dengan demikian, hari-hari kita akan dipenuhi kebahagiaan dan momen-momen yang penuh kebaikan. Kita harus bersiap untuk ini. Kita semua hendaknya saling mendukung dan berbagi kebahagiaan dalam Dharma.

 

Pada kehidupan ini, momen sesaat yang lalu, hari kemarin, dua hari lalu, hari kemarin, dua hari lalu, bahkan tahun lalu, hendaknya tidak kita lupakan. Tindakan bermanfaat apa yang telah kita lakukan pada momen-momen tersebut merupakan penentu nilai kehidupan kita. Dalam momen Tahun Baru ini, kita hendaknya tetap bersumbangsih seperti biasanya.

Setiap hari harus diisi dengan kenangan dan nilai kehidupan. Belakangan ini, banyak insan Tzu Chi yang kembali ke kampung halaman batin untuk merayakan Tahun Baru Imlek. Namun, tahun ini banyak ketidakleluasaan akibat wabah koronavirus yang telah menyebar dari manusia ke manusia. Ini sangat mengkhawatirkan.

Dari mana virus ini berasal? Kabarnya, jika ditelusuri, virus ini berasal dari makanan. Manusia sulit menahan nafsu makan. Saat makan daging dari hewan bernyawa, tanpa sadar manusia juga menelan virus penyakit. Kini virus tersebut menyerang manusia. Akibatnya, virus ini menular dan menyebar di antara manusia. Jadi, kita harus sungguh-sungguh meningkatkan kewaspadaan dalam kehidupan sehari-hari.


Untuk pencegahan, yang terbaik selain menjaga kebersihan dan rajin mencuci tangan ialah menjaga pola makan. Dalam hal makan, kita hendaknya bervegetaris. Sayuran, buah-buahan, dan biji-bijian lebih aman, sederhana, dan paling sehat. Jadi, jangan mengonsumsi daging.

Kita berusaha untuk menyosialisasikan pola hidup vegetaris. Dengan pola makan vegetaris, kita menjadi lebih sehat dan meminimalisasi ancaman kuman penyakit. Memakan daging akan meningkatkan risiko penyakit. Berbagai jenis hewan mengandung kuman penyakit yang dapat menular kepada manusia.

Singkat kata, semua bermula dari ketamakan dan nafsu terhadap daging. Banyak hewan tak berdosa dipelihara oleh manusia untuk dimakan. Hewan-hewan itu tak berdosa. Karena itu, saya sering mengatakan bahwa berdasarkan data dari Dewan Pertanian, setiap harinya ada lebih dari 200 juta ekor hewan yang dibunuh untuk dimakan.

Saat akan diambil untuk dibunuh, hewan-hewan ini tahu bahwa mereka akan mati. Mereka akan berusaha melepaskan diri dan meraung. Raungan ini sama dengan tangisan. Mereka ingin menyampaikan bahwa mereka merasa benci dan ingin membalas dendam. Dalam diri hewan-hewan itu tersimpan kebencian dan rasa dendam terhadap manusia.


Pembunuhan hewan adalah karma buruk yang kejam. Jadi, Buddha juga pernah mengatakan tentang karma kolektif semua makhluk. Manusia menciptakan karma buruk akibat nafsu makan. Berhubung banyak orang menciptakan karma buruk akibat keinginan makan daging, karma ini terhimpun menjadi karma kolektif.

Karma kolektif ini memengaruhi dunia, bukan hanya manusia secara pribadi. Karma kolektif ini telah membawa masalah bagi lingkungan. Contohnya peternakan.  Bumi ini harus menyokong manusia.  Kini manusia juga mengembangbiakkan hewan dalam skala besar. Ini telah menyebabkan pencemaran udara dan tanah yang sangat parah.

Selain itu, hewan-hewan yang dibunuh menyimpan kebencian dan rasa dendam yang terus terakumulasi. Rangkaian sebab akibat ini akan membawa akibat bagi dunia. Kini kita harus benar-benar meningkatkan kewaspadaan. Belakangan ini saya berulang kali mengatakan hal ini.

Selain meningkatkan kewaspadaan, kita juga harus segera bergerak untuk menyelamatkan Bumi ini. Untuk itu, kita harus mengurangi polusi udara dan menjaga kelestarian tanah. Dengan demikian, barulah dunia akan tenteram. Ketenteraman dunia berawal dari keselarasan empat unsur.

Nafsu makan tak terkendali menciptakan karma buruk kolektif
Meningkatkan kesadaran untuk bervegetaris
Senantiasa menciptakan berkah demi semua makhluk di dunia
Membuka pintu hati dalam menyambut tahun baru

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 24 Januari 2020          
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina, Stella
Ditayangkan tanggal 26 Januari 2020
Beramal bukanlah hak khusus orang kaya, melainkan wujud kasih sayang semua orang yang penuh ketulusan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -