Ceramah Master Cheng Yen: Menghimpun Kebajikan dan Menggalang Cinta Kasih dengan Ketulusan
“Di sinilah saya dan istri saya diselamatkan. Saat itu, saya menempatkan bantal di antara atap dan lantai sehingga atapnya tidak akan menimpa kami,” kata Satov korban bencana.
“Putri saya yang tercinta tengah tidur di sini. Ini adalah bantal yang saya beli untuknya,” kata Taha korban bencana.
“Ini bantalnya?” tanya salah seorang relawan Tzu Chi.
“Ini juga adalah selimutnya. Malam itu, dia berkata kepada saya, ‘Apakah adik-adik telah dipakaikan selimut?’ Lalu, saya pergi ke ruang tamu,” jawab Taha Korban bencana.
Lihatlah, gempa Turki kali ini telah melanda 11 provinsi. Dapat terlihat bahwa ini adalah salah satu bencana besar sepanjang sejarah. Bumi ini telah rusak dan banyak orang kehilangan orang yang mereka kasihi dalam sekejap. Kita telah melihat seluruh tayangan.
Saat ini, berkat kemajuan teknologi, gambar dan suara dapat terkirim secara langsung ke seluruh dunia. Semua orang yang menyaksikan tayangan gempa sangat terkejut. Semua orang tidak sampai hati mendengar peristiwa itu. Bencana dan penderitaan besar ini bisa dikatakan sebagai salah satu bencana terbesar dalam sejarah. Saat ini, saya sungguh tidak dapat berkata apa-apa.
Saya telah mendengar tentang bagaimana insan Tzu Chi Taiwan menunjukkan cinta kasih yang penuh bagi daerah gempa. Banyak barang bantuan telah dikirimkan ke Neihu. Ada pula sumbangan dana, baik itu 5 dolar maupun 10 dolar. Saya merasa bahwa itu semua adalah kekuatan cinta kasih. Besar atau kecil, setiap tetes kekuatan ini akan dihimpun, dicatat, dan dilaporkan secara terbuka.
Saya teringat akan gempa Turki tahun 1999. Lee Ming-liang, rektor Universitas Tzu Chi saat itu, turut memegang kotak dana dan turun ke jalan di Hualien. Saat itu, para guru, siswa, dan insan Tzu Chi juga turut memegang kotak dana dan berjalan menyusuri setiap jalan untuk menggalang cinta kasih masyarakat. Ini semua bukan demi uang, melainkan untuk mengingatkan semua orang bahwa kita perlu membangkitkan cinta kasih dan sadar akan ketidakkekalan hidup. Kekuatan alam sungguh besar. Apa yang dapat kita lakukan untuk mengurangi bencana? Satu-satunya cara ialah hidup mawas diri dan berhati tulus.
Kekuatan karma buruk semua makhluk terus terakumulasi sejak masa lalu. Manusia selalu penuh dengan ketamakan. Sedikit demi sedikit, karma buruk terus terakumulasi tanpa henti. Setelah beberapa waktu, bencana besar terjadi. Jika kita berharap untuk hidup damai dan tenteram, satu-satunya cara ialah membangkitkan cinta kasih dan menyucikan hati semua orang.
Saat bencana terjadi, hendaklah kita segera membangkitkan cinta kasih untuk mencurahkan perhatian. Dalam bencana yang terjadi kali ini, saya mendengar bahwa selain Tzu Chi, ada lebih dari 40 negara dan wilayah telah bergerak untuk menggalang dana dan menghimpun cinta kasih semua orang.
“Selamat pagi. Amitabha. Kami tengah menggalang dana bagi Turki.”
“Terima kasih, Bapak. Tuhan memberkati.”
Saya berharap bahwa semuanya dapat terus mengimbau dan menginspirasi semua orang untuk membantu Turki.
“Satu kebajikan dapat menghalau ribuan bencana. Go Go Go!”
“Tzu Chi dimulai dengan 30 ibu rumah tangga yang pergi ke pasar dan menghimpun tetes demi tetes cinta kasih semua orang. Hari ini, kami berada di sini dan kembali melakukan hal itu untuk membantu bencana gempa Turki dan Suriah,” kata Liu Xiao-cheng Wakil ketua badan misi amal Tzu Chi.
Ingatlah bahwa misi amal kita dimulai dari 50 sen. Saya harap semuanya tidak melupakan sejarah Tzu Chi. Dalam sejarah 50 sen, setiap bulan, donatur kita telah mengumpulkan 15 dolar. Bahkan, ada anggota donatur yang menyumbangkan 5 dolar sebulan. Kita dapat melihatnya dalam buletin Tzu Chi edisi pertama.
Dana kita berasal dari himpunan cinta kasih semua orang. Badan misi amal Tzu Chi memanfaatkan Aula Jing Si sebagai tempat untuk menghimpun dan menggalang Bodhisatwa. Berkat adanya Aula Jing Si, kita dapat menggalang Bodhisatwa. Berkat gerakan bantuan dari Taiwan, kita dapat mengimbau negara-negara lain untuk melakukan hal yang sama. Di negara lain, ada banyak sekolah Tzu Chi dan mereka juga bergerak untuk menggalang cinta kasih.
“Saat ini, kami tengah membantu orang-orang di Turki. Kami membutuhkan banyak orang untuk menyumbangkan uang bagi mereka,” kata Yeoh Zi Yan Siswa Da Ai Kindergarten.
“Gempa yang terjadi telah menyebabkan banyak orang meninggal dunia,” kata Chua Poh En Siswa Da Ai Kindergarten.
“Dengan membantu korban bencana, para siswa dapat merasa bahwa mereka memiliki kekuatan. Meski mereka masih sangat kecil, mereka dapat melakukan sesuatu bagi para korban,” Chua Sin Chiek Orang tua siswa.
“Jika memiliki uang, kita dapat bersumbangsih uang; jika memiliki tenaga, kita dapat mengerahkannya. Ini bukan hanya demi Turki dan Suriah, tetapi untuk seluruh dunia. Hendaklah kita semua dapat memperhatikan dan mengasihi satu sama lain,” kata Tan Woo Teck Orang tua siswa.
Saya sungguh bersyukur karena semua orang terinspirasi pada bencana kali ini. Ini semua bukan tentang berapa banyak uang yang telah terkumpul, tetapi berapa banyak orang yang telah berpartisipasi dalam memberikan bantuan. Jumlah orang yang banyak menciptakan berkah yang banyak pula. Kebajikan semua orang akan terdengar oleh para Buddha dan Bodhisatwa. Bukankah kita selalu berdoa setiap hari?
Saya juga ingin mengimbau agar sekolah-sekolah kita berdoa di waktu yang sama. Saya berharap semuanya dapat mengatur waktu berdoa bersama di siang hari, pagi hari, atau siang hari sebelum kelas dimulai.
Saat ini, sesuai istilah ajaran Buddha, semua orang terus mengakumulasi karma buruk. Saya terpikir bahwa beberapa orang hanya berdoa saat terdesak oleh sesuatu. Namun, kondisi saat itu telah sangat mendesak. Bukankah kita seharusnya menerapkan hati yang tulus dalam kehidupan sehari-hari?
Tidak peduli apa pun agama kita, hendaklah kita mengimbau semua orang untuk berdoa sesuai kepercayaan masing-masing; tidak peduli apa pun agama kita, hendaklah kita membangkitkan cinta kasih semua orang. Buddha berkata bahwa sebersit pikiran kita dapat memengaruhi alam semesta. Ketulusan hati setiap orang dapat menggetarkan langit. Oleh karena itu, hendaklah kita menyatukan hati semua orang dari negara dan agama yang berbeda-beda.
Hendaklah kita sungguh-sungguh bersatu hati. Aksara Tionghoa "bersatu" mengandung makna menyatukan hati semua orang. Saya berharap misi pendidikan kita dapat menyatukan cinta kasih semua siswa. Demi bantuan bencana Turki kali ini, tidak peduli berapa pun jumlahnya, hendaklah kita menunjukkan cinta kasih kita.
Perpisahan antarmanusia membawa kesedihan
Memberikan bantuan tanggap darurat di tengah kesulitan
Menyucikan hati, menggalang cinta kasih, dan menghimpun kebajikan
Mawas diri, berhati tulus, dan menciptakan berkah bersama-sama
Ceramah Master Cheng Yen tanggal 26 Februari 2023
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Marlina, Shinta, Janet, Heryanto
Ditayangkan tanggal 28 Februari 2023