Ceramah Master Cheng Yen: Menghimpun Kebajikan dengan Semangat Celengan Bambu

Belakangan ini, saya sering berkata bahwa tahun ini, kita melihat nilai dari praktik celengan bambu. Tahun ini, pandemi COVID-19 menyelimuti seluruh dunia. Berkat praktik celengan bambu, Tzu Chi dapat menyalurkan bantuan ke berbagai negara yang belum pernah saya dengar namanya.

Tzu Chi telah memiliki relawan di lebih dari 60 negara dan wilayah. Saat ada negara yang dilanda bencana, relawan di negara-negara tetangganya akan memberikan bantuan. Para relawan selalu menjelaskan bahwa Tzu Chi berasal dari Taiwan. Jadi, insan Tzu Chi luar negeri bersumbangsih atas nama Tzu Chi Taiwan. Sesungguhnya, sebagian besar bantuan diberikan dengan sumber daya setempat.

Bantuan bencana internasional Tzu Chi hanya diberikan ke negara-negara tertinggal. Jadi, sebagian besar negara memberikan bantuan dengan memanfaatkan sumber daya setempat. Contohnya praktik segenggam beras di Myanmar.

Orang yang memiliki bahan pangan menolong orang yang kekurangan bahan pangan. Saat ada 4 orang yang makan 80 persen kenyang, mereka dapat menyisihkan semangkuk nasi untuk menolong satu orang. Karena itulah, saya mengimbau orang-orang untuk menyisihkan segenggam beras setiap kali akan memasak. Segenggam beras ini akan digunakan untuk menolong orang yang membutuhkan.

Akumulasi segenggam beras yang disisihkan setiap kali akan memasak ini bisa melebihi 10.000 kilogram sebulan. Asalkan dipraktikkan oleh banyak orang, beras yang terakumulasi dapat menyelamatkan orang-orang yang membutuhkan di berbagai desa dan mengenyangkan perut mereka.


“Yang penting bukan berapa beras yang disisihkan, melainkan menginspirasi orang-orang untuk membangkitkan niat baik dan bersumbangsih dengan cinta kasih setiap hari,” kata Lü Qi relawan Tzu Chi.

“Saya akan mengajak warga untuk menjalankan praktik menyisihkan segenggam beras setiap hari,” kata Khin Sandar Win istri kepala Lembaga Kesejahteraan Masyarakat Yangon.

Sedikit demi sedikit beras yang terakumulasi merupakan wujud cinta kasih. Yang penting bukanlah besarnya sumbangsih, melainkan niat baik yang dibangkitkan.

Kita harus menggalang lebih banyak Bodhisattva dunia agar mereka berkesempatan untuk berbuat baik. Ini sangatlah penting. Saat setiap orang di tengah masyarakat membangkitkan niat untuk berbuat baik, meski hanya menyumbangkan 50 sen atau 1 dolar, maka setiap keluarga akan dipenuhi berkah. Kata orang, keluarga yang memupuk berkah akan dipenuhi berkah.

Dahulu, saya mengimbau orang-orang untuk menyisihkan 50 sen ke dalam celengan bambu setiap hari. Ada anggota komite yang berkata pada saya, "Master, kami akan berdonasi 15 dolar per bulan, bagaimana?" Saya berkata, "Tidak, saya ingin kalian menyisihkan 50 sen setiap hari." Mereka lalu berkata,

"Master, 50 sen setiap hari sama dengan 15 dolar per bulan." Saya berkata, "Saya bisa menghitung. Namun, jika berdonasi 15 dolar per bulan, kalian hanya membangkitkan cinta kasih sebulan sekali. Saya ingin kalian membangkitkan cinta kasih setiap hari meski hanya dengan berdonasi sedikit. Niat baik di dalam hati adalah yang paling bernilai. Karena itu, saya ingin setiap orang dan setiap keluarga selalu membangkitkan niat baik. Jadi, saya ingin kalian mendonasikan 50 sen setiap hari, bukan 15 dolar per bulan." Berkat semangat celengan bambu ini, kita dapat menyalurkan bantuan ke seluruh dunia.

 

Lihatlah bencana di Filipina. Kini insan Tzu Chi tengah menyalurkan bantuan dan mendoakan para korban bencana.

“Awalnya, saya mengira ini hanya bantuan kemanusiaan pada umumnya. Namun, tidak disangka, selain barang bantuan, relawan Tzu Chi juga memberikan dukungan spiritual kepada korban bencana. Saya mendengar bahwa ada banyak orang di seluruh dunia yang menggalang hati dan cinta kasih bagi Filipina. Kami sungguh sangat terharu,” kata Marcelino Reyes Teodoro Wali kota Marikina.

“Kemarin, setelah mendengar penjelasan relawan, saya baru tahu bahwa baik kaya maupun miskin, semua orang bisa menolong sesama. Karena itu, setelah pulang ke rumah, saya berkunjung dari rumah ke rumah untuk mengajak tetangga mendonasikan koin yang mereka miliki untuk mendukung Tzu Chi berbuat baik,” kata Wilda Oribiana penerima bantuan.

Jika ingin hidup aman dan tenteram, kita harus menghimpun cinta kasih semua orang. Dengan demikian, kita bisa melihat cinta kasih.

“Biasanya, saat memasak, saya akan menambahkan sedikit daging karena keluarga saya tidak terbiasa hanya memakan sayuran. Namun, mendengar imbauan relawan hari ini, saya akan mengubah pola makan sebagai wujud rasa syukur dan hormat saya terhadap Master,” kata Rosa Villa Santos penerima bantuan.

Karena pandemi kali ini, saya menggenggam kesempatan untuk menyerukan bahwa bervegetaris itu harus. Jadi, ini adalah pelajaran kebajikan yang harus diterapkan oleh semua orang. Saya berharap semua orang dapat berusaha bersama.

Pandemi kali ini telah menyelimuti seluruh dunia. Setiap hari, saya menonton berita tentangnya. Sungguh, saya merasa sangat sedih. Karena itu, setiap hari saya berkata bahwa kita harus mendongak untuk bertobat. Berhubung kita semua merupakan makhluk awam, pikiran kita mungkin akan menyimpang, perbuatan kita juga mungkin akan salah. Karena itu, kia harus senantiasa bertobat dan menunduk untuk bersyukur.

Tanaman pangan saja sudah cukup untuk menjaga kesehatan tubuh kita. Jadi, kita tidak perlu menyembelih hewan untuk dikonsumsi. Bukankah Buddha mengajari kita untuk melindungi, mengasihi, dan menyelamatkan semua makhluk? Inilah yang terus diulas dalam Sutra Buddha.

Ajaran dalam Sutra mengingatkan kita untuk tidak mengonsumsi makanan yang membuat kita berutang. Janganlah kita berutang. Jika berutang, kita harus membayarnya.


Lihatlah ilustrasi mulut besar ini. Setiap detik, mulut ini dapat menelan 2.443 ekor hewan. Dalam sedetik saja, begitu banyak hewan yang dimakan. Jika bervegetaris, kita tidak akan memakan daging. Jika kita tidak memakan daging, hewan-hewan tidak akan disembelih. Dengan demikian, kita dapat melindungi hewan.

Buddha mengajari kita untuk mengasihi dan melindungi semua makhluk. Hanya dengan bervegetaris, barulah kita dapat mengembangkan cinta kasih menyeluruh. Saat ini, kita harus menggenggam kesempatan untuk mewujudkan cinta kasih menyeluruh ini.

“Awalnya, saya ingin berdonasi. Namun, berhubung berdagang makanan vegetaris, saya memutuskan untuk mengadakan bazar vegetaris agar dapat sekaligus mengajak orang-orang bervegetaris,” kata Wong Chai Lin relawan Tzu Chi.

“Sebuah topan mendarat di Filipina sebanyak 4 kali sehingga menimbulkan dampak bencana serius. Bisa turut bersumbangsih adalah berkah bagi kami. Jangan meremehkan kekuatan kecil satu orang karena ia dapat membentuk kekuatan besar,” kata Leow Sok Hoon warga.

“Saat orang lain mengalami kesulitan, kami juga harus membantu. Orang-orang yang selamat dari topan hendaknya mendoakan para korban bencana,” kata Lim Hui Yun warga.

Dapat hidup aman dan tenteram seperti ini, apakah kita harus bersyukur? (Ya) Benar. Ini karena kita menciptakan berkah. Setiap orang hendaklah membina ketulusan dan lebih banyak menciptakan berkah.

Berbuat baik setiap hari agar senantiasa membangkitkan cinta kasih
Setiap keluarga yang menciptakan berkah adalah keluarga yang dipenuhi berkah
Pandemi COVID-19 merupakan pelajaran besar untuk menyadarkan orang-orang
Bervegetaris untuk menyelamatkan Bumi

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 17 Desember 2020       
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina
Ditayangkan tanggal 19 Desember 2020
Cemberut dan tersenyum, keduanya adalah ekspresi. Mengapa tidak memilih tersenyum saja?
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -