Ceramah Master Cheng Yen: Menghimpun Kebajikan untuk Menciptakan Berkah
“Di bawah saya, banjir lumpur mulai surut. Rumah-rumah baru kembali terlihat. Di beberapa daerah, seluruh desa tersapu banjir. Sekarang, skala bencana ini semakin lama semakin jelas. Posisi kami berjarak 25 km dari Beira, tidak jauh dari Sungai Buzi,” Anderson, Reporter CNN melaporkan.
“Di sini adalah posko bantuan WFP. Orang-orang berkata mereka lapar dan sangat membutuhkan makanan, minuman, serta tempat berteduh karena rumah dan ladang mereka sudah rusak. Coba Anda rasakan,” Staf FAO mengatakan.
Hasil cocok tanam mereka sudah tidak ada. Tanaman jagung mereka mati semua. Kacang-kacangan juga tersapu banjir. Mereka tidak punya apa-apa lagi. Semuanya hilang tersapu banjir. Kita dapat melihat tayangan tadi. Bagaimana mereka melewati hari-hari? Bagaimana mereka bertahan hidup?
Di negara-negara Afrika Timur saat ini, antara lain Mozambik, Zimbabwe, dan Malawi, meski beberapa hari ini para tentara di negara masing-masing sudah bergerak membantu korban bencana, tetapi kehidupan warga masih menderita. Barang-barang bantuan yang masuk masih sangat kurang. Mereka sungguh harus bergantung pada secangkir kacang atau secangkir beras. Maksudnya, secangkir kacang ini adalah jatah untuk beberapa orang.
Di awal, kita mendengar bahwa di sebuah posko penampungan, secangkir kacang adalah jatah untuk 44 orang. Secangkir kacang dimasak menjadi sup dan menjadi satu-satunya makanan dalam sehari. Kita juga melihat ada sebuah keluarga yang harus bertahan hidup selama seminggu dengan secangkir kacang.
“Kami di sini tidak mendapat bantuan. Sebelumnya, kami hanya mendapat secangkir makanan. Berapa pun anggota keluarga kami, jatahnya hanya satu cangkir,” tutur Charles Wachi, seorang warga.
“Secangkir apa?”
“Secangkir kacang, jagung, atau beras. Tidak pasti, bergantung pada persediaan,” jawab Charles Wachi.
Bayangkan, jika anggota keluarganya banyak, bagaimana mereka bertahan selama seminggu hanya dengan secangkir bahan makanan?
“Bukan hanya kekurangan makanan, kami juga tak punya pakaian ganti. Kami tak dapat membawa terlalu banyak barang dari rumah, hanya ada pakaian di tubuh, bahkan untuk mencucinya saja sangat sulit. Semoga ada yang dapat membantu kami,” tambah Charles Wachi.
Kekurangan makanan sungguh membuat kita tak dapat membayangkan bagaimana mereka bertahan hidup. Kita tak dapat membayangkannya. Kita juga melihat di Zimbabwe akses jalan terputus. Mereka membangun jembatan sementara. Bagaimanapun, banyak warga bergegas pulang. Entah apakah mereka dapat menemukan keluarga atau kerabat mereka. Hujan deras yang disebabkan oleh badai menyebabkan meluapnya air sungai sehingga membuat jembatan terputus. Air mengalir deras ke permukiman warga dan menggenangi berbagai daerah.
“Saat bencana datang, istri dan anak saya sedang berada di rumah.
Kini saya hanya ingin mencari jenazah keluarga saya agar dapat dimakamkan dengan baik. Dengan begitu, mungkin saya baru dapat sedikit tenang dan terhibur,” kata Charles Wachi.
Penderitaan yang kita lihat ini sungguh membuat kita merasa tak berdaya. Kemarin saya juga mendengar laporan bahwa di Mozambik kini sangat kekurangan alat transportasi karena semuanya tengah digunakan. Relawan dari kantor Tzu Chi setempat juga telah pergi ke daerah bencana. Daerah itu berada di wilayah tengah, dengan jarak 1.000 km lebih dari kantor kita. Untuk menyewa kendaraan, saat ini sangatlah sulit dan harus berebut.
Kemarin sudah tiba lebih dari 500 paket barang bantuan. Semuanya sudah dsiapkan. Isinya berupa minyak, garam, kacang, beras, sabun, dan lain-lain. Standarnya sama seperti paket yang kita bagikan di Taiwan. Kemarin sudah dibagikan hampir 500 paket atau lebih dari empat ratus paket. Lima ratus paket yang kita kirimkan sudah hampir habis dibagikan seluruhnya. Hari ini pembagian bantuan akan dilanjutkan.
Kita membagikan bantuan kepada warga agar mereka dapat bertahan sementara selama beberapa minggu ke depan. Kita berusaha semaksimal mungkin. Di sana ada relawan dari Afrika Selatan, ada pula relawan dari Mozambik. Semua orang benar-benar bekerja sama.
Laporan terus dikirimkan kemari.
Yang kita khawatirkan ialah masalah sanitasi karena di sana tidak ada sarana MCK. Di tempat yang dihuni ribuan orang, ada orang yang buang air di tempat terbuka. Jadi, saat para relawan akan pergi ke sana, yang paling saya khawatirkan ialah masalah sanitasi. Jadi, saya terus-menerus menasihati mereka untuk divaksinasi sebelum berangkat dan minum air bersih. Namun, di sana tidak ada air bersih. Jadi, kesulitan di sana sangat banyak.
Namun, yang cukup menghibur ialah barang bantuan sudah berangsur-angsur tiba. Meski tidak dapat tiba sekaligus, tetapi dalam sekali jalan, bisa tiba lima ratus atau seribu paket bantuan. Mereka berkata bahwa Tzu Chi adalah organisasi yang pertama kali tiba dan membagikan bantuan secara langsung. Sudah lebih dari setengah bulan berlalu. Kita tahu bahwa warga setempat sangat membutuhkan bantuan.
Kita juga berterima kasih atas bantuan beberapa institusi setempat sehingga kendaraan dan para relawan kita dapat tiba di posko penampungan. Mereka juga meminjamkan gudang. Setelah ada tempat penyimpanan barang, para relawan juga mencari cara untuk tiba ke daerah bencana dan membagikan bantuan. Sejak kemarin, para relawan sudah mulai membagikan barang bantuan secara langsung. Inilah yang kita lakukan di Mozambik. Wilayah tengah negara itu dilanda bencana yang besar.
Untuk menjangkau daerah itu dari utara atau selatan, harus menempuh lebih dari seribu kilometer. Jauh sekali. Daerah yang dilanda bencana adalah satu kota dengan populasi yang besar. Kondisinya juga sangat parah. Begitu banyak penderitaan di sana.
Kita di luar hanya dapat mengerahkan kekuatan cinta kasih dan membangkitkan rasa empati. Jadi, saya harap semua orang di setiap negara dapat turut berdonasi berapa pun jumlahnya. Ini menunjukkan bahwa setiap negara memiliki cinta kasih. Dengan adanya cinta kasih, barulah kita dapat mencerahkan dunia dan menciptakan berkah. Semoga kita semua di Bumi memiliki cinta kasih.
Penderitaan di dunia membuat manusia tak berdaya
Bersyukur atas bantuan dari berbagai pihak
Menempuh jarak yang jauh demi menyalurkan bantuan
Bersama-sama menciptakan berkah dengan cinta kasih
Ceramah Master Cheng Yen tanggal 1 April 2019
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia,
Penerjemah: Hendry, Karlena, Li Lie, Marlina
Ditayangkan tanggal 3 April 2019