Ceramah Master Cheng Yen: Menghimpun Kekuatan untuk Berbuat Bajik dan Menciptakan Berkah
“Dapat kembali ke Griya Jing Si dan bertemu Master benar-benar merupakan berkah dan sesuatu yang sangat kami nantikan. Meski udara di luar terasa dingin, hati setiap orang dipenuhi dengan kehangatan. Kembali ke kampung halaman batin, kami membawa dua hadiah untuk Master. Hadiah pertama berasal dari Taichung, yaitu kisah seorang pasien cedera tulang belakang yang telah kami dampingi selama 9 tahun,” kata dr. Jian Shou-xin, Kepala RS Tzu Chi Taichung.
“Saat berusia 32 tahun, dia sudah terbaring di tempat tidur selama 12 tahun tanpa melihat secercah harapan akan masa depan. Namun, berkat perhatian dari insan Tzu Chi dan usaha bersama, kini dia telah menjadi pelukis dengan mulut dan kaki. Dengan rasa hormat dan kagumnya kepada Master dan bhiksuni Griya Jing Si, dia melukis gambar Griya Jing Si. Lukisan ini telah kami bingkai untuk dipersembahkan kepada Master. Inilah hadiah yang pertama,” lanjut dr. Jian Shou-xin.
“Hadiah kedua ialah angpau berkah dan kebijaksanaan yang dibuat menggunakan lengan robotik Da Vinci. Proses pembuatannya tidaklah mudah, tetapi memiliki makna yang mendalam. Pembuatan angpau ini tidak memerlukan biaya tambahan, tetapi melambangkan harapan kami untuk menghadirkan teknologi canggih dengan sentuhan kemanusiaan dalam dunia medis, terutama dengan nilai-nilai cinta kasih Tzu Chi yang senantiasa kami terapkan dalam keseharian kami,” pungkas dr. Jian Shou-xin.
Saya merasa bahagia dan bersyukur. Tahun Baru Masehi ataupun Tahun Baru Imlek telah berlalu. Namun, musim semi selalu membawa daya hidup baru yang membangkitkan semangat di bumi. Ini sungguh membahagiakan. Meski setiap hari saya tidak meninggalkan tempat ini, rasanya seperti sedang berjalan mengelilingi dunia. Terkadang saya berada di belahan barat Bumi, terkadang di timur. Baik timur, barat, selatan, maupun utara, rasanya saya terus berkeliling dunia bersama dengan insan Tzu Chi yang selalu membawa cinta kasih.

Setiap orang telah berbagi pengalaman masa lalu dan membangun ikrar untuk masa depan. Hal terpenting ialah ketika relawan saling bertemu, meski terpisah ribuan kilometer, teknologi mendekatkan jarak di antara kita. Tidak peduli seberapa jauh jarak di antara kita, kita akan selalu merasa dekat. Jalinan jodoh sungguh tak terbayangkan. Cinta kasih yang dimiliki insan Tzu Chi selalu sama. Bukankah ini adalah berkah? Jalinan jodoh berkah telah menyebar secara luas. Saya merasa sangat bahagia.
Tahun baru ini, sejak Tahun Baru Masehi hingga Tahun Baru Imlek, membuat saya makin merasa bahwa hidup ini sangat bernilai. Saya selalu mengingatkan semuanya untuk menginventarisasi nilai kehidupan. Jadi, setiap kali memikirkannya, saya juga akan segera menginventarisasi kehidupan. Ternyata, hidup saya juga memiliki nilai yang berarti. Bagi insan Tzu Chi, kesuksesan terbesar ialah membangun hubungan yang penuh kasih sayang dan cinta kasih. Kasih sayang Bodhisatwa disebut dengan cinta kasih berkesadaran. Terlebih lagi, Bodhisatwa memiliki cinta kasih terhadap dunia sehingga dunia dipenuhi oleh cinta kasih.
Dalam pendidikan, fakultas terbesar kita ialah bidang medis dan pendidikan. Di Universitas Tzu Chi, setiap jurusan mempersiapkan lulusannya untuk berbagai profesi di masyarakat. Meski bekerja di bidang yang berbeda-beda, cinta kasih Tzu Chi tetap hadir dalam kehidupan mereka. Saya merasa bahwa inilah nilai dari kekuatan cinta kasih Tzu Chi. Saya merasa sangat bersyukur.
Lihatlah, bukan hanya cinta kasih antara tenaga medis, melainkan juga antara dokter dan pasien. Bukankah laporan hari ini ialah tentang hubungan antara dokter dan pasien? Selain itu, kita juga melihat kasih sayang antara ayah dan anak.

“Inilah kisah tentang cinta kasih, yaitu kisah transplantasi hati dari anggota keluarga yang mengubah sesuatu yang tampaknya mustahil menjadi kenyataan. Seorang pasien berusia 64 tahun menghadapi empat masalah medis yang serius,” kata dr. Zheng Shao-bin, Kepala Departemen Bedah.
“Pertama, dia mengalami infeksi setelah menjalani operasi penggantian sendi panggul kanan. Ditambah lagi, dia juga menderita selulitis berulang di kaki kanan. Dia memiliki hepatitis B, sirosis hati, dan kanker hati. Dari tiga masalah terakhir, transplantasi hati bisa menjadi solusi dan masalah pertama bisa ditangani oleh bagian ortopedi. Namun, ketika kedua kondisi ini digabungkan, tidak ada yang bisa mengambil Tindakan,” lanjut dr. Zheng Shao-bin.
“Sejak pasien datang ke RS Tzu Chi di tahun 2023, tim medis segera mengadakan rapat untuk mencari solusi bagi pasien. Dari departemen penyakit dalam, bedah, hingga radiologi, semuanya menganggap pasien ini sebagai tanggung jawab bersama. Ini bukanlah hal yang mudah. Namun, setelah melewati perjuangan selama satu tahun, operasi berhasil dijalankan. Pada akhirnya, pasien dapat pulih dan keluar rumah sakit dalam keadaan yang baik,” pungkas dr. Zheng Shao-bin.
Begitulah kisah transplantasi hati. Ketika seorang ayah sakit, sang anak rela mendonorkan hatinya untuk memperpanjang hidup ayahnya. Inilah kasih sayang antara ayah dan anak. Yang makin memberikan nilai bermakna ialah kemajuan teknologi medis. Di Tzu Chi, kita selalu berpegang pada misi untuk melindungi kehidupan dan kesehatan dengan cinta kasih. Ketika merenungkan kembali, saya menyadari bahwa saya memiliki harapan besar terhadap dunia medis. Kita sungguh-sungguh telah mewujudkannya.
Kita telah melindungi kehidupan pasien dan membantu mereka memulihkan kesehatan. Inilah wujud nyata dari cinta kasih antara dokter dan pasien. Cinta kasih ini benar-benar menyentuh hati. Bukankah ini merupakan nilai kehidupan? Meski kita bersumbangsih tanpa pamrih, kasih sayang yang terjalin sangat berharga dan bermakna. Dalam misi melindungi kehidupan, kita tidak pernah berhenti.
Seiring dengan meningkatnya standar medis, kita terus mengembangkan keterampilan dan teknologi untuk membantu pasien terbebas dari penderitaan. Dengan begitu, kita akan merasa tenang dan mendapatkan pengalaman yang banyak tentang pengobatan. Pasien adalah guru bagi para dokter karena tanpa menghadapi suatu tantangan, kita tidak akan memperoleh kebijaksanaan baru.


“Ibu Chen, 47 tahun, telah mengalami sembelit sejak usia 17 tahun yang dipicu oleh kebutuhannya untuk berdiet. Pada dasarnya, dia memiliki kepribadian yang mudah panik. Setelah menikah, dia mendapatkan tekanan pekerjaan dan keluarga yang membuat kondisinya makin memburuk,” kata dr. Qiu Jian-ming, Kepala Departemen Bedah Kolorektal.
“Dalam beberapa tahun terakhir, setiap harinya, dia harus mengonsumsi hingga 100 butir obat pencahar serta menggunakan 6 butir gliserol sebanyak 3 kali sehari agar bisa buang air besar. Dia telah berobat ke banyak rumah sakit, tetapi selalu dianggap sebagai pasien gangguan mental dan tidak ada yang bersedia menangani kondisinya,” lanjut dr. Qiu Jian-ming.
dr. Qiu Jian-ming melanjutkan “Saya sangat bersyukur dapat menjadi bagian dari keluarga besar Tzu Chi. Saya merasa bahwa Tzu Chi telah memberikan banyak pandangan kepada saya, terutama tentang pentingnya membantu pasien menemukan ketenangan hati. Interaksi dengan pasien tidak hanya sekadar mengobati, tetapi seperti mendidik seorang murid.”
“Prinsip mengajar dan belajar bersama sangatlah penting. Kita tidak boleh memiliki prasangka terhadap pasien, melainkan harus membantu mereka menenangkan hati dan percaya pada metode pengobatan yang diberikan. Melalui perawatan yang efektif serta dukungan terus-menerus, kita melatih pasien agar mampu menenangkan diri mereka sendiri,” pungkas dr. Qiu Jian-ming.
Saat ini, teknologi telah berkembang pesat. Meski demikian, teknologi tetap tidak bisa mengalahkan kemampuan manusia yang memiliki hati dan pikiran. Namun, hati dan pikiran baik saja belum cukup, kita perlu memiliki arah yang baik. Ketika niat baik kita bersatu, barulah kita dapat mempraktikkan kebajikan bersama dan menciptakan berkah.
Menginventarisasi kehidupan dan tidak menyia-nyiakan waktu
Bodhisatwa dunia memiliki cinta kasih berkesadaran
Melindungi kesehatan demi melepaskan penderitaan
Menghimpun kekuatan untuk berbuat bajik dan menciptakan berkah
Ceramah Master Cheng Yen Tanggal 11 Februari 2025
Sumber: Lentera Kehidupan – DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Marlina, Shinta, Janet, Graciela
Ditayangkan Tanggal 13 Februari 2025